Forty Three

185 15 2
                                    

Satu bulan telah berlalu. Tiga minggu sudah Via kembali menjalani hari-harinya menjadi seorang murid kesayangan bu Wirna. Tentu saja menjadi kesayangan, bagaimana tidak, hampir setiap pagi Via berada di ruang bu Wirna. Untuk apa? Tentu untuk mendapatkan hukuman. Apa dia sudah pantas disebut murid kesayangan? Baiklah lupakan hal itu.

"VIAAAA KEMBALIKAN KACA MATA BAPAK!!!" Teriak pak kepsek.

"MAKANYA TADI WAKTU VIA AJAK NGOBROL BAPAK JAWAB DONG JANGAN DIEM-DIEM BAE. DIKACANGIN ITU NGGAK ENAK TAU!" Teriak Via yang masih berlari.

Mereka pun lari dimulai dari koridor ruang guru, koridor lab, koridor kelas 10, koridor kelas 11, koridor kelas 12, koridor aula, koridor perpustakaan, bahkan hingga koridor gudang sekalipun. Kini mereka sudah berada di tengah lapangan.

"Huh huh huh huh udah Vi, bapak nyerah aja deh. Mau kamu gimanain tuh kaca mata juga bapak bodo amat dah. Capek banget bapak. Kayak udah remuk nih tulang."

"Huuuuu bapak mah cemen! Baru gitu aja ngeluh. Harusnya bapak berterimakasih sama Via yang udah ngajak bapak olahraga di pagi yang cerah ini pak. Enggak kaya muka bapak yang teduh kek mau ujan badai." Kekeh Via.

"Sialan kamu bocah! Berani sekali kamu!"

"Loh emang bapak nyeremin? Bapak itu lucu tau." Kata Via membuat kepala sekolah itu tersipu.

"Iya lucu kaya SUN GO KONG!!!" Lanjut Via sambil tertawa.

"VIAAAAA AWAS KAMU YA!!" Kata beliau sambil kembali mengejar Via yang sudah lari duluan. Sungguh murid laknat.

"TANGKEP AJA KALO BISA WLEEEE!" Teriak Via sambil menjulurkan lidahnya. Para siswa di sana sungguh salut terhadap Via. Pasalnya hanya dia saja yang berani berlaku seperti itu terhadap kepseknya. Bahkan ini sudah yang ke tiga kalinya Via melakukannya.

Setelah dirasa sudah cukup lelah, akhirnya Via beristirahat di sebuah ruangan tanpa peduli ruangan apa yang sedang ia singgahi ini.

"Dari mana kamu?" Via tersentak kala mendengar suara itu. Ternyata ada orang lain di sini.

"Habis ngerjain pak kepsek." Jawab Via tanpa beban.

"Kamu nggak takut dikeluarkan dari sekolah?"

"Masih bisa sekolah di sekolah lain kali." Jawabnya lagi.

"Yaudah kamu sekolah aja di sekolah lain sana." Kata orang itu membuat Via mendongak dan melihat siapa lawan bicaranya itu. Saat baru menoleh, Via tersentak. Tenyata dia adalah bu Wirna.

"Eh ibu. Gimana kabarnya bu? Ibu hari ini cantik banget deh." Kata Via sambil nyengir kuda.

"Kembalikan kaca mata milik pak kepsek itu Via. Apa kamu nggak kasian beliau sudah cukup tua kamu bikin lari-larian hingga kecapean begitu." Kata bu Wirna sambil menunjuk ke arah pinggir lapangan dimana di sana terlihat pak kepsek yang sedang berteduh.

"Hahahaha akhirnya ibu mengakui bahwa pak kepsek udah tua." Tawa Via pecah seketika.

"Kamu ini! Ibu sedang memarahi kamu ya Vi, bukan sedang melawak! Ngomong-ngomong ibu masih ngambek sama kamu Vi."

"Lah gila ya bu. Mana ada orang ngambek curhat sama yang di ambekin."

"Suka-suka saya dong." Kata bu Wirna sewot.

"Lah kok sewot. Ibu jangan sewot-sewot, entar keliatan makin tua." Kata Via.

"Uwwu makasih Via, kamu perhatian banget sama ibu." Oke mungkin sekarang otak bu Wirna sudah ketularan gilanya Via.

"Tadi aja bilangnya ngambek, sekarang kaya gitu. Bunglon banget sih ibu."

"Udahlah cape ibu ngomelin kamu."

VIANDRA [END]✔Where stories live. Discover now