Eleven

457 36 0
                                    

"Udah tidur Dilannya?"

"Udah, tadi abis gue bacain dongeng."

"Kok lo kalo di rumah sama di sekolah beda banget?"

"Bedanya?"

"Ya, beda aja gitu. Kalo di rumah kaya lebih feminim tapi kalo di sekolah lo kaya preman."

"Situ nggak nyadar dirinya juga gitu?"

"Eh... emang gue gitu juga?"

"Ya....... pikir aja sendiri. Kuy makan lah dah laper nih gue, lo kelamaan."

"Lah bukannya gue yang nungguin lo dari tadi?"

"Bodo amat."

Mereka berdua pun beranjak menuju meja makan.

"Kok gue nggak yakin buat makan ya?"

"Kalo nggak suka nggak usah makan, gitu aja dibikin ribet." Kata Via sewot sambil mengambil nasi dan lauk pauknya.

Akhirnya, Candra mengalah dan memutuskan untuk memakannya. Suapan pertama dia memejamkan matanya sambil merapalkan doa agar dirinya tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi saat makanan tersebut sudah berada di mulut, mata Candra berbinar karena makanan tersebut tidak seburuk yang dia kira.  Bahkan ini termasuk makanan enak ralat sangat enak. Selanjutnya Candra pun makan dengan lahapnya sampai tidak terasa makanannya sudah habis sementara Via masih ada setengah.

"Katanya ragu buat makan masakan gue, kok laju banget makannya? Nggak sadar lagi belepotan kek gitu." Kata Via sambil terkekeh.

Perlahan tubuh Via maju mendekat ke arah Candra, kini jarak mulai menipis dari
15cm.....

10cm......

5cm.......

Dan........Via hanya membersihkan sisa makanan di bibir Candra dengan tisu. Sementara Candra sudah yang memejamkan matanya seketika mendongkak melihat mata Via yang begitu indah menyelami keindahan mata itu hingga tanpa disadari sang empunya mata sudah menyadari dan menjauhkan wajahnya.

'Sial! gue kira tadi udah mau nyatu, eh malah cuman ngelap bibir.' Candra menggerutu dalam hati.

"Lo ngapain tadi merem-merem? Jangan-jangan lo ngarep lagi dicium gue. Iya kan... ngaku sja deh lo."

"Eh... eng-enggak kok, lagian siapa juga yang ngarep di cium sama bokong panci kaya lo."

"Idih bokong panci katanya? Mirip Ariana grande gini dibilang bokong panci, lo tuh papan penggilesan."

"Apaan dasar bokong panci."

"Papan penggilesan."

"Teflon bolong."

"Kompor mbledug."

"Udah lah gue capek mau tidur. Lo mau tidur di mana?"

"Di mana-mana lah terserah."

"Oke lo tidur di kamar gue karena kamar tamu masih kotor dan berantakan."

"Terus lo tidur dimana?"

"Gue sama Dilan."

"Oke, kamar lo sebelah pojok itu kan?" Tanya Via yang dibalasi anggukan oleh Candra.

Via memandangi sebuah pintu bercat putih dengan sebuah papan nama yang menempel di pintu tersebut sambil terkekeh karena nama yang tertera yaitu 'Candra Manly'. Tanpa berpikir panjang Via pun membuka pintu dan langsung masuk. Saat sudah di dalam, Via di buat tercengang. Pasalnya, kamar milik Candra begitu rapi dan bersih. Jarang-jarang ada kamar cowo yang bersih dan rapi. Bahkan kamarnya pun tidak serapi milik Candra. Kamar yang benar-benar menggambarkan sosok maskulin seorang cowo.

Tidak hanya kesannya yang maskulin, dari wanginya juga sangat maskulin. Kamar Candra ini memiliki wangi khas Candra yang sangat menenangkan dan membuatnya nyaman.

Tidak selesai sampai di sana, Via kembali menelusuri kamar milik Candra. Kini dia tercengang dengan keindahan yang dapat dilihat dari balkon kamar. Dari sana, Via dapat melihat halaman belakang rumah yang menyuguhkan taman yang luas nan indah dengan beberapa lampu yang menyorot juga terdapat kolam renang di sebelah kiri. Dari sini Via dapat melihat berbagai bintang yang bertebaran dan sinar rembulan yang begitu terang dan indah.

Malam yang indah dengan ditemani sinar rembulan, seorang gadis tengah terlelap di kamar seseorang. Wajahnya terlihat sangat tenang dan damai apalagi terkena pantulan sinar rembulan membuatnya terlihat bercahaya di dalam kamar yang tidak ada pencahayaan dari lampu satupun.

VIANDRA [END]✔Where stories live. Discover now