16. Penting?

112K 15.7K 3.8K
                                    

Absen sesuai huruf depan nama doi kalian dong :v yang blm ada doi halu aja dulu hahaha

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan

"Lo sedih?"

Pertanyaan dari Sarah membuat Meisya mendongak. Meisya mendorong mangkuk rawonnya kemudian menatap Sarah. Menghela napas sejenak, gadis itu berujar pasrah. "Ini udah resikonya sih."

"Hm, jadi masih mau lanjut?"

Meisya terkekeh santai. "Kalo bisa lanjut kenapa berhenti?"

"Lagian ya, Sar. Kemaren Alan bilang, kalo mau nomor gue disimpen. Gue harus jadi orang penting di hidup dia. See, sekarang Alan udah simpen nomor gue. Itu artinya gue penting dong," sambung Meisya percaya diri.

"Sya..."

Suara berat itu mengalihkan atensi Meisya dan Sarah. "Gue boleh duduk?" tanya Kenan.

Sarah menatap Meisya yang masih diam. Tidak memberikan reaksi apapun. "Sya..." Sarah menyenggol lengan Meisya dengan sikunya.

"Ck, apa sih?"

"Kenan nanya bego," bisik Sarah sangat pelan.

Meisya memutar bola matanya malas. "Ya udah sih, lo jawab aja."

"Duduk aja Nan." Dengan terpaksa Sarah yang harus menjawab pertanyaan Kenan. Membuat cowok dengan nampan makanan di tangannya itu mengulas senyum.

Kenan duduk di depan Meisya. "Udah selesai makan, Sya?" tanya Kenan basa-basi. Namun ternyata pertanyaan itu terlalu basi bagi Meisya.

"Menurut lo aja," cuek Meisya. Meisya sama sekali tidak mau menatap Kenan. Gadis itu justru menyibukkan diri untuk bermain ponsel. Menggeser layar ponselnya secara random. Hanya untuk menghindari kontak mata dengan Kenan.

Kenan masih mengulas senyuman manisnya. Meski jauh dilubuk hatinya merasakan sakit luar biasa atas perlakuan Meisya sekarang. Namun, ia sadar semua ini terjadi memang karena kebodohannya di masa lalu.

Gadis yang menjadi cinta sekaligus pacar pertamanya, gadis yang dulu bahkan hingga sekarang begitu ia sayangi, begitu ia cintai, gadis yang selalu menemani hari-harinya. Kini semua berubah, gadis itu lebih memilih menjadi sosok asing yang tidak tersentuh. Dan Kenan, hanya bisa menerima meski belum seutuhnya ikhlas.

"Selera lo ngga berubah ya, masih suka rawon ternyata," celetuk Kenan sembari terkekeh pelan. Ia mencoba mencairkan suasana yang menegangkan ini.

"Hm, selera gue soal makanan emang ngga berubah tapi...." Meisya sengaja menggantungkan kalimatnya. Ia menghela napas berat kemudian menlanjutkan. "Tapi soal cowok, selera gue jelas berubah."

"Jadi.....lo ngga usah nyoba deketin gue lagi, Nan," lanjutnya tersenyum hambar. Detik itu juga Meisya langsung menyeret Sarah pergi dari kantin.

Tidak peduli dengan Sarah yang tadinya asyik menyeruput es jeruk. Saking kagetnya dengan tarikan Meisya, Sarah sampai tidak melepaskan gigitannya pada sedotan.

"Anjir, Sya! Gue nyedot angin woi!"

*****

Ilham mengikuti arah pandang Alan yang sedang menatap Meisya dan Sarah. Kedua gadis itu berdiri di pinggir lapangan sembari mengobrol dengan seorang guru. "Samperin kek, diliatin mulu."

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang