69. Benar-Benar Berakhir

271K 18.2K 19K
                                    

b

Gimana pranknya? Sebenernya kemaren itu salah pencet kawan tapi yauda lanjut jd prank aja😍

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Seneng gak ALAN update? Apa yang buat kalian setia nemenin Alan sampe ending?

Spam pake emoji yang menggambarkan ekspresi kalian sekarang :

Baca yang teliti ya, siapkan tisu yang banyak wkwk

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Eh janlup baca ceritaku yg ini, update setiap hariii lohhh

Eh janlup baca ceritaku yg ini, update setiap hariii lohhh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_______________________________


"Lan."

Gala menepuk punggung Alan lalu duduk tepat di sebelah cowok itu membuat Ilham dan Akbar sedikit bergeser.

Alan menatap Gala datar. Seolah bertanya, kenapa?

"Gimana lo sama Meisya?"

Alan terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Gala hanya dengan mengedikkan bahu. Dari raut wajahnya, Alan terlihat seperti banyak pikiran.

"Dari tadi diem mulu, kebelet berak kali, ya?" Bisik Ilham yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gala. Ilham ini memang tidak bisa diajak serius.

"Lo gak nyerah kan?" Tanya Gala lagi. Kali ini Alan menggeleng dengan cepat.

"Gak."

"Tapi kenapa pas di kantin tadi lo malah ngehindar?" Tanya Ilham bingung. Sikap Alan memang susah ditebak dan dipahami. "Masa baru berjuang beberapa hari aja udah mundur, gue nih bertahun-tahun berjuang tapi gak dapet-dapet biasa aja tuh. Tetep maju!"

Akbar tertawa meledek. "Gaya lo, Ham, Ham. Bilangnya biasa aja. Tapi tiap malem overthinking takut Nenda kecantol sama abangnya Riri, si Dewa."

Ekspresi wajah Ilham berubah seketika. Ilham memang sangat tidak menyukai pembahasan mengenai Dewa. Baginya Dewa itu hanya hama, yang tiba-tiba datang di antara dirinya dan Nenda. Membuat hubungannya dengan Nenda semakin rumit.

"Terus apa rencana lo ke depan, Lan?" Gala menghela napas pelan. "Kalo lo malah ngehindar kaya tadi, Meisya bakal ngira lo udah berhenti perjuangin dia."

"Gue takut Meisya risih," jawabnya.

Tatapan Alan lurus ke depan. Dalam keadaan apapun, wajah Alan memang selalu terlihat datar. Satu-satunya orang yang bisa membuat Alan menunjukkan berbagai ekspresi ya hanya Meisya.

ALAN [END]Where stories live. Discover now