O6

61 21 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Orang-orang menyadari kalau hukum atau otoritas yang mengatur kehidupan mereka, sedikit demi sedikit membentuk kepribadian mereka, mendidik mereka, atau bahkan menghalangi kehendak bebas mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Orang-orang menyadari kalau hukum atau otoritas yang mengatur kehidupan mereka, sedikit demi sedikit membentuk kepribadian mereka, mendidik mereka, atau bahkan menghalangi kehendak bebas mereka."

Han Taera, Nona besar keluarga Han itu kini tengah berdiri di atas panggung. Menatap dengan penuh percaya diri pada para mahasiswa di hadapannya. Netra tajam si gadis Han sama sekali tidak menunjukkan rasa gugup, seperti sudah sangat berpengalaman kalau soal bicara di hadapan banyak orang.

"Sebagian orang berpikir, hukum mendisiplinkan mereka dan orang-orang di sekitar mereka. Mereka pikir, kehidupan akan hancur tanpa hukum." Taera tersenyum pada para hadirin di acara itu.

Tungkainya kemudian berjalan ke lain arah, membiarkan hadirin di sisi lain agar dapat melihat dengan jelas betapa mempesonanya ia di atas sana. "Sebagian yang lain bilang, kehidupan tidak akan hancur tanpa hukum. Hukum yang menyesakkan menyebabkan orang-orang mencari kebebasan sendiri, melanggar semua aturan."

Kakinya kini kembali menapaki bagian tengah panggung. "Sebagai mahasiswa hukum, aku ingin tahu apa pendapat kalian soal ini." Gadis itu menunjuk ke bawah dengan matanya. "Di pangkuan kalian sudah ada kertas yang disediakan oleh para panita, bukan? Akan sangat menyenangkan kalau kalian bisa menulis pendapat kalian di kertas itu, aku tertarik untuk membacanya," tuturnya dengan senyum ramah.

Kalimat tadi sekaligus mengakhiri sesi ceramahnya pada mahasiswa jurusan hukum di Universitas Hansung. Setelah memberi sapaan penutup, si gadis Han itu turun dari panggung, diiringi dengan tepuk tangan dari para mahasiswa di sana.

Taera sejujurnya sudah lupa, kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki ke tempat itu. Seingatnya, ia tidak pernah datang semenjak kelulusan. Sebab, Taera terlalu sibuk mengurus urusan keluarga dan bisnisnya.

Sebagai anak tunggal dari keluarga kecilnya, tentu saja Taera menjadi satu-satunya harapan bagi Tuan dan Nyonya Han. Sejak gadis itu kecil, ibunya sudah berkata kalau Taera harus masuk ke universitas tempatnya berada saat ini. Taera harus mewarisi perusahaan dengan kepintarannya. Namun, alih-alih belajar bisnis, gadis itu justru memilih untuk pertama kalinya menentang sang ayah dan ibu, banting stir ke jurusan hukum.

Aphrodite : Behind The Mask Where stories live. Discover now