Arabella 1

37K 2.2K 91
                                    

"Lari Ara! Cepat lari!!" teriak seorang wanita setengah baya.

"Terus Mama sama Papa, gimana? Kita lari bareng-bareng, yah! Biar Ara bantu buka ikatan mama sama papa." Gadis cantik berusia sekitar sepuluh tahun itu berbicara sambil menangis di selimuti ketakutan. Mancoba menyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Wanita setengah baya itu menggeleng. "Nggak sayang! Kami akan baik-baik saja, kamu lari keluar duluan! Nanti mama sama papa nyusul," titahnya.

Gadis kecil yang kerap di sapa dengan nama Ara tersebut terlihat gemetar, dengan suara tangisan yang semakin keras. Ara yang saat itu tidak tau apa-apa harus terlibat dalam urusan seperti ini

"Jangan menangis nak, kamu bukan gadis yang lemah, Mama yakin kamu pasti bisa! Jangan biarkan ada orang lain yang menyakitimu atau mengendalikanmu, cukup kamu yang menentukan apa yang menjadi pilihanmu. Karena kehidupan sangat keras, kadang kita harus terlihat jahat, dan tidak memiliki hati. Anggap ini sebuah permainan, siapa yang kuat dia yang menang. Cepat lari sayang, pergi sejauh mungkin! Kembali jika kamu sudah cukup kuat, dan bisa meneruskan perjalanan mama dan papa untuk memenangkan permainan ini!" ucap Karmila--- Mama Ara.

"A--apa ini pesan sebelum perpisahan, Ma? Ara nggak bisa tidur tanpa Mama sama Papa."

"Tidak sayang, anggap itu sebagai prinsip hidup! Tidak ada perpisahan, Karena mama sama papa akan selalu bersama dengan Ara. Mama sama papa 'kan selalu ada di hati Ara."

Wanita itu menyodorkan sebuah kalung berbandul kunci dengan desain yang sangat indah. "Simpan ini, nak! Hari ini kamu ulang tahun yang ke sepuluh tahun, 'kan? Maaf, Mama tidak sempat menyiapkan pesta ulang tahun untuk mu." Dengan tangan gemetar Ara langsung menerima kalung tersebut.

"Cepat, nak! Sebentar lagi orang itu akan datang! Pergilah sejauh mungkin, nak! Ingat jelas bahwa, ada kami yang menunggu kedatanganmu untuk memenangkan permainan ini!" ujar papa Ara dengan suara parau yang terlihat sudah tak berdaya, dengan wajah yang penuh darah, dan luka di sekujur tubuhnya.

"T--tapi, Ara takut, Pah! Ara nggak berani, kaki Ara lemes!" sahut Gadis itu dengan suara gemetar, dan dibanjiri air mata.

"Tidak ada waktu, Ara. Cepat lari!!! Orang-orang itu akan segera kembali, untuk membunuh kita, semua! Cepatlah Nak, ada Arga yang akan melindungimu! Bukankah masih ada kakak, dan Cila--- sahabatmu? Mereka akan membantumu." Karmila sudah tak mampu lagi menahan air matanya, bagaimana mungkin anak sekecil ini, harus dilibatkan dengan urusan bisnis.

Ara mulai berdiri gontai, hendak berlari keluar, namun langkahnya terhenti kala suara parau Karmila kembali terdengar. "Ara, kalung itu selain menyimpan keindahan akan menjadi kuncimu dalam menemukan jati diri keluarga kita, siapa dan bagaimana, kamu pasti akan menemukannya. Kamar mama dan papa di sanalah kamu akan menemukan jawaban dari setiap pertanyaanmu. Satu lagi yang harus kamu ingat, sayang. Jangan pernah percaya kepada orang lain, kecuali dirimu sendiri!" Ara mengangguk, walaupun sebenarnya ia tidak mengerti maksud dari perkataan Mamanya, apakah sebuah teka-teki? Namun gadis itu yakin, suatu hari nanti ia akan mengetahui maksud dari perkataan Mamanya.

Ara kecil pun berlari keluar dengan kaki gemetar, Karena ruangan tempat penyekapan mereka terkunci, gadis itu keluar melalui jendela yang muat dengan ukuran tubuhnya. Beruntung para penjaga itu sedang pergi semua, entah sedang melakukan hal apa. Mungkin semuanya berpikir bahwa, korban mereka tidak akan keluar karena kondisi yang sudah terluka parah, tapi tidak dengan Ara yang masih memiliki peluang untuk kabur.

"Ma, Pah! Ara akan kembali! Itu janji Ara!" ucap Ara sambil menangis sedangkan kedua orangtuanya tersenyum getir. Ara pun keluar dari gedung tua itu bersembunyi dibalik pohon besar dekat dengan gedung itu, jiwa gadis itu seakan ditarik ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, sehingga Ara memutuskan tidak pergi, tetapi hanya bersembunyi.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now