Arabella 7

10.1K 945 29
                                    

Ara, gadis itu kini tengah menjalankan hukuman yang di berikan Rey. Ia baru tau jika guru sedang rapat hari ini, maka dari itu sejak tadi bel belum berbunyi dan siswa-siswa bebas berkeliaran di lingkungan sekolah.

Sejak tadi seluruh siswa berkumpul menyaksikan Ara yang sedang keliling lapangan tanpa istirahat sedikitpun. Sebagian siswa menatap dengan iba melihat Ara yang seperti itu, apalagi para cowok-cowok yang tak hentinya memberikan semangat pada gadis itu. Ada juga yang secara terang-terangan mengejeknya. Jika sedang tidak dalam posisi di hukum, Ara bisa pastikan bibir yang berani mengejeknya pasti akan mengeluarkan darah saat itu juga.

Tak ambil pusing dengan tatapan para siswa, Ara terus jalan jongkok sambil mengelilingi lapangan. Karena hari yang semakin panas, matahari menjadi teman gadis itu saat ini. Sudah lima putaran berhasil ia lakukan, sisanya tinggal lima belas putaran lagi, sangat cepat. Bahkan sangat sulit menyelesaikan satu putaran, dalam waktu tigapuluh menit karena luasnya lapangan dan seorang Ara telah melakukan lima putaran dalam waktu satu jam. Impossible for a girl, Really great.

Rey dan teman-temannya ikut serta menyaksikan Ara mengelilingi lapangan, sambil jalan jongkok. Namun tidak bersama siswa-siswa lainnya, melainkan menyaksikan dari rooftop sekolah.

"Gila sih, keren banget tuh cewek!" celetuk Nathan heboh.

"True, gue aja yang nggak suka sama makhluk bernama CEWEK, gue akuin cewek yang satu ini beda nggak manja, berani banget. Salut gue," timpal Rafael.

"Mana cantik banget lagi, katarak kayaknya mata Rey yang bilang kemarin kalau Ara Biasa aja. Sumpah ya, malahan menurut gue cantikan si Ara, dibanding Naya," ceplos Nathan. Rafael mencoba untuk menegur Nathan dengan mencubitnya. Karena kesakitan dengan cepat ia menoleh ke arah Rafael, sedangkan Rafael dengan cepat memainkan matanya, mengisyaratkan agar Nathan diam tak melanjutkan ucapannya lagi. Namun Nathan yang tidak peka dengan tindakan Rafael, dengan sergap memukul tangan pria itu. "Ih apaan sih, maaf yah gue normal. Gue masih suka cewek!" celetuk Nathan.

"Najis! Maaf-maaf aja yah, gue juga punya selera yang tinggi. Nggak kayak modelan lo ini. Ganteng nggak, jelek iya!"

"Terus, lo ngapain pakai acara mainin mata lo itu? Geli gue liatnya, meskipun gue udah tau sejak lama, kalau lo pasti sukanya cowok bukan cewek. Tapi gue mohon jangan gue, masih banyak cewek yang ngantri untuk jadi pacar gue."

"Heh, meskipun gue udah lama jomblo, gue nggak pernah berminat untuk pacaran sama lo. Dan satu lagi, kalau gue mau detik ini juga gue bisa dapetin semua cewek yang ada di sekolah ini, termasuk para pacar-pacar lo!" ucap Rafael dengan sombongnya.

"Iya, ambil aja semuanya! Kali ini gue bakal mencoba setia untuk ayang Ara seorang!" Nathan tersenyum bangga, beginilah jadinya jika ia sudah tertarik pada satu gadis, ia akan merelakan para pacar-pacarnya yang lain. Tapi hal itu tak akan bertahan lama, karena Nathan memiliki sifat yang sangat cepat bosan pada suatu hal.

"Pede banget lo, mana mau si Ara yang cantik, suka sama Nathan si topeng monyet ini." Rafael tertawa terbahak-bahak.

"Bacot, lo! Wah, kalau gue bisa dapetin tuh cewek, pastinya posisi Rey dan Naya sebagai best couple di sekolah ini, akan tergantikan dengan gue dan Ara!"

Rey menatap malas kedua sahabatnya itu, sebenarnya dalam hati kecilnya ia memang juga mengakui bahwa Ara memiliki paras yang sangat cantik. "Selera kalian terlalu rendah! Mukanya biasa aja nggak ada cantik-cantiknya, jadi nggak usah lebay!"

"Tapi gue akuin sih, kalau tuh cewek berani banget, pokoknya dia cewek paling the best di dunia ini!" lagi-lagi Nathan memuji Ara.

Rey sudah sangat muak mendengar semua pujian Nathan yang dilontarkan untuk Ara, kini pria itu hanya diam rasanya ia ingin membungkam saja mulut Nathan agar sahabatnya itu bisa berhenti memberikan pujian untuk Ara.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now