2. serendipity

28.8K 3.8K 713
                                    

Semua murid sudah berhamburan meninggalkan sekolah,  tersisa Jaemin seorang diri karna sempat diminta untuk membantu koreksi jawaban terlebih dahulu oleh Sir Kyungsoo.

"Demi apa??" sungut Jaemin, ketika mendapati stang sepeda nya bengkok, dan posisi nya sudah tidak berdaya.  Pasti ulah anak sekolah yang grasak grusuk waktu ngambil kendaraannya.

Masalahnya kenapa bisa bengkok kalau cuma jatuh doang?

Terpaksa Jaemin harus mendorong sepeda nya sampai rumah,  kalau bengkel sih kayaknya nggak dulu karna duit Jaemin beneran pas-pasan.

Kesialan nggak cuma sekali, Jaemin harus menerima kesialan lainnya ketika hujan tiba-tiba turun sangat deras.

Ia buru-buru berlari sambil menuntun sepedanya, sampai di sebuah toko yang kebetulan tutup jadi Jaemin bisa berteduh disana menunggu hujan reda.

Sudah hampir satu jam hujan nggak juga reda justru semakin deras dan hari semakin gelap, Jaemin merogoh ponsel di dalam saku untuk menghubungi Jaehyun tapi ternyata lagi-lagi Dewi fortuna tidak mendukungnya hari itu karna batrai hp kosong dan detik berikutnya Jaemin mengerang frustasi.

Trobos ajalah.

Jaemin langsung menuntun sepedanya untuk berlari menerobos hujan, rumahnya bahkan masih jauh bbeberapa kilometer tapi ya mau bagaimana lagi, daripada hanya berdiam diri dan nggak tau kapam huian berhenti.

Penglihatan Jaemin benar-benar keganggu karna air hujan yang mengguyur dirinya sampai dipertigaan Jaemin tidak melihat ada sebuah mobil yang melaju cepat,  untung saja Jaemin belum sempat berlari ketengah tapi tubuhnya tetap kena body mobil yang mengakibatkan dirinya terkapar lemah.

Sial.

Jaemin lelah banget,  rasanya ingin mati saja detik itu juga. Kenapa kesialan selalu datang bersamaan membuatnya kesal dengan hari yang benar-benar menyebalkan ini.

Sikut, lutut, dagu serta tubuhnya lecet semua bahkan darah segar terlihat jelas di sikutnya yang mengalir bersama air hujan.

"Astaga, sorry gue nggak sengaja... Gue bantu." untunglah pengendara mobil yang membuat Jaemin seperti itu mau bertanggung jawab lantas dengan buru-buru memapah Jaemin yang sudah basah kuyup ke dalam mobilnya.

"S-sepeda saya." kata Jaemin terbata akibat nyeri nya yang semakin terasa.














"Saya nggak pa-pa kak, saya pulang aja." permintaan Jaemin tentu tidak digubris oleh Jeno, kakak kelas yang secara kebetulan menabraknya tadi.

"Lo Jaemin kan?" Jaemin mengangguk dengan sisa tenaganya,  tau dari mana Jeno ini perihal nama Jaemin?

"Kalau nggak mau ke dokter,  setidaknya gue obatin luka lo dulu.  Gue nggak mau dicap sebagai orang brengsek yang udah nabrak terus nggak tanggung jawab!" Jeno mengendarai mobilnya pelan-pelan.

Nggak tau harus menolak bagaimana,  Jaemin menunduk tidak mengatakan iya atau tidak tapi dengan begitu Jeno menganggap diamnya Jaemin sebagai jawaban Iya.

Jaemin dibuat menganga ketika tiba disebuah mension mewah milik Jeno, besar namun terlihat sangat sepi.

"Ayo." Jeno sudah lebih dulu keluar dari mobil nya lantas membuka pintu untuk Jaemin.

Dengan ragu Jaemin melangkahkan kakinya,  tertatih bahkan dirinya hampir jatuh kalau saja Jeno tidak menahannya.

"Naik." Jeno berjongkok didepan Jaemin,  menyuruh pemuda itu naik ke punggungnya.

"Mikir apa? Buruan!!"

Mendengar perkataan Jeno yang persis sebuah perintah akhirnya Jaemin menurut, walau dengan hati tak enak ia menaik ke punggung Jeno.

Kakak Kelas | Nomin (Complete)Where stories live. Discover now