54. Tidak Akan Melepaskan

855 194 127
                                    

Siapa yang nungguin LangTari nih?

Yang belum follow akun meliyanajiaa, yuk klik follow😗

Makasii

HAPPY READING

54. TIDAK AKAN MELEPASKAN

Hanum beranjak berdiri, ia sudah selesai makan. Begitu juga dengan Langit dan Tari yang kini kompak menghabiskan minumannya.

"Kalian cuci piringnya, mama mau ke warung depan." Hanum tersenyum menyeringai, seperti menyimpan makna tersembunyi. Ia berlalu begitu saja, menuju warung depan komplek. Seolah sengaja membiarkan Langit dan Tari berdua.

Rasa canggung mulai menyerang keduanya, yang sebenarnya sedari tadi sudah canggung, kini ditambah Hanum yang keluar dari rumah.

Tari mengigit bibir bawahnya sejenak. Sebelum akhirnya ia berdiri duluan, membereskan piring kotor di atas meja.

"Nih, sekalian." Tari terkesiap kala Langit menaruh piring kotornya di tumpukkan piring yang Tari bawa. Lelaki itu menyengir. Seolah Tari adalah pembantu rumahnya.

Tari menerimanya tanpa berkata apapun. Ia segera melangkah ke dapur. Langit hanya berusaha mencairkan suasana. Tapi tidak mempan. Ia beranjak mengikuti Tari ke dapur sembari membawa tiga gelas kotor di atas meja. Tidak mungkin ia membiarkan Tari mencuci piringnya sendiri.

Tari meletakkan tumpukkan piring di wastafel. Ia kemudian membuka keran guna membilas piring kotornya. Baru saja hendak mengambil spons, Langit sudah mengambilnya. Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka. Hanya terdengar suara piring, gelas dan air mengalir.

Hingga piring tersisa setengah dari jumlah yang tadi Tari bawa. Langit bersuara.

"Tar, Langit minta maaf soal tadi." Tidak seharusnya Langit tadi mempunyai pikiran untuk mencium Tari. Walaupun tidak jadi, dengan posisinya yang seperti itu membuat Tari terkejut bukan kepalang, ia reflek mencium Langit.

Tari melirik Langit. "Tari yang minta maaf, Tari yang gak sengaja."

Setelah itu mereka kembali dilanda sunyi. Entah kenapa, oksigen di dapur rumah Langit seperti menipis begitu saja. Padahal mereka hanya berdua, tapi rasanya ramai hingga membuat sesak.

Langit dan Tari selesai mencuci piring. Sebenarnya Tari sedari tadi sedikit gugup, ia canggung. Ia ingin segera pulang ke rumahnya lalu menghabiskan waktu bersama Alka melalui ponsel.

Tari mengeringkan tangannya di lap yang tergantung di dinding dapur. Setelah selesai mengeringkan, ia melangkah ke ruang tengah. Langit melakukan hal yang sama, kemudian menyusulnya.

Tari sampai ke pintu rumah Langit, saat hendak membuka, mata Tari membulat, pintunya terkunci. Sepertinya Hanum sengaja mengunci rumahnya. Ia membalikkan badan, melihat Langit yang berdiri beberapa meter di depannya.

"Langit punya kunci rumah cadangan? Pintunya ternyata dikunci."

"Punya," ujar Langit sembari membalikkan badan, melanglah menjauh untuk mengambil kunci rumah yang selalu ia bawa, di kamarnya.

Beberapa saat Tari menunggu Langit, hingga lelaki itu kembali menghampirinya dengan cengiran khasnya.

"Kuncinya gak ada." Langit menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.

Tari mendengus pelan. Bukannya Langit selalu menyimpan kunci?

"Tunggu mama pulang," ujar Langit.

Dengan sedikit terpaksa, Tari mengurungkan niatnya untuk pulang. Tadinya sempat berpikir untuk keluar dari jendela saja, tapi sepertinya tidak sopan. Lebih baik ia menunggu Hanum sampai pulang. Mungkin ke warung tidak akan memakan waktu lama.

LangTari (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now