-43- Asisten Baru

46 5 2
                                    

Kini seorang gadis tengah berjalan di koridor sekolah, dengan membawa setumpuk lembar kertas.

Dirinya berjalan menuju ruang osis, karena sudah ditunggu oleh seseorang, karena beberapa hari ke depan dirinya menjadi asisten Ketua Osis.

Saat membuka pintu ruang osis suara laki-laki menggema "Lama amat sih! Bawa kertas doang, gitu aja pake lama!" ketusnya membuat gadis itu tidak terima.

Gadis itu menatap laki-laki tersebut dengan tatapan tajam, "Heh, Manusia! Asal lo tau ya, printer di ruang tata usaha rusak bego! Jadi gue nge-fotocopy  di sebrang sana! Kalau bukan karena Pak Zaky gue ogah!" kesal gadis itu menatap laki-laki tersebut dengan tajam, sedangkan laki-laki itu tertawa seakan tidak merasa bersalah.

"Iya deh sorry, btw thanks!" ucap laki-laki itu tertawa, lalu menarik tangan gadis itu untuk keluar dari ruang osis, laki-laki juga tidak melupakan untuk mengunci pintu ruang osis, dan kuncinya di simpan di dalan saku celana.

Laki-laki itu menaruh tangan kirinya di punggung gadis itu, membuat gadis itu berdecak kesal, "Heh, pegel nih punggung gue. Lo kira punggung gue tempat penitipan apa!" ucapnya kesal lalu menurunkan tangan laki-laki itu dari punggungnya, dan berjalan duluan mendahului laki-laki itu.

"Nada tunggu!" ucapnya lalu mengejar Nada dan menarik tangan Nada tanpa menghiraukan tatapan tajam dari gadis itu.

"Kemana sih kak! Jangan tarik tangan gue bisa? Lo kira tangan gue gerobak apa!" kesal Nada, membuat laki-laki itu terkekeh.

"Tumben panggil gue, pake embel-embel 'Kak' biasanya juga sebut nama." terkekeh laki-laki itu, lalu menarik tangan Nada hingga sampai di depan kantin.

"Bacot, suka-suka gue. Sewot amat lo!" kesal nya, lalu melepaskan tangannya dari laki-laki itu.

Laki-laki itu duduk di kursi yang masih kosong, di susul Nada duduk di depannya.

"Mau apa?" tanya, laki-laki itu kepada Nada yang baru saja menaruh pantatnya di kursi.

"Emang mau bayarin?" tanya gadis itu ketus, dan di jawab dengan anggukan, "Karena gue udah bikin lo capek, sampai foyocopy ke sebrang jalan. Gue traktir deh, siapa tau dengan gue nge-traktir lo, gur jadi tambah ganteng gitu. Apalagi sekarang banyak yang suka sama gue. " ucap laki-laki itu percaya diri membuat Nada kesal, dan mendaratkan tangannya di dahi laki-laki tersebut.

"Tuan Devano Angga Alvino, yang terhormat. Gak gitu juga kali konsep nya! Kalau lo mau traktir gue, ya udah traktir aja, hitung-hitung lo sedekah sama gue. Kan bisa tuh, tambah pahala. Kalau lo mau tambah ganteng. Noh! Cium pantat sapi, gue jamin nih, lo tambah ganteng apalagi gue videoin nih, gue sebar di Instagram. Gue jamin, followers lo banyak!" canda Nada dengan kekehannya membuat laki-laki di depannya menatap kesal.

"Cepetan mau apa? Sebelum gue berubah pikiran!" kesalnya menatap gadis di hadapannya yang masih terkekeh.

"Mie ayam, es teh, keripik pisang, bakwan, kentang goreng level 5, udah itu aja." ucap Nada tersenyum tanpa rasa bersalah, "Yakin mau makan semua?" tanda Vano tidak yakin, kalau gadis di hadapannya memakan semua yang dirinya pesan.

"Kan mumpung di traktir nih, ya udah gue beli aja yang gue mau. Udah sana pesan, bentar lagi bel!" suruh gadis itu membuat Vano tidak percaya, dan tersenyum tipis menatap Nada tidak sabar ingin memakan semua.

Setelah beberapa menit, Vano membawa sebuah nampan, di bantu oleh penjual mie ayam, Pak dhe Darmo.

"Ini nduk, monggo di sekeca'aken." ucap Pak Dhe Darmo, menggunakan bahasa daerahnya, Jawa.

"Makasih Pak Dhe." ucap Nada tersenyum lalu langsung menurunkan mangkuk mie ayam, dari nampan dan melahapnya tanpa menunggu Vano yang masih menurunkan beberapa makanan dan minuman dari nampan.

DENADA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang