Epilogue

10.5K 1.7K 1.6K
                                    

_____

"Kook, mau ke mana?" Ibu Jungkook yang sedang sibuk di dapur itu bertanya pada anaknya yang pagi-pagi sudah ingin pergi dari rumah.

"Mau bertemu Jimin."

Pemuda yang katanya akan berubah jadi dewasa itu berlalu keluar dari rumah. Tepat sekali ia bertemu dengan musim panas lagi, Jungkook mengenakan kaus putih selengan dipadu celana baggy berwarna biru. Rambutnya yang panjang juga dikuncir ke belakang.

Hidung bangirnya nampak mengerut mencium aroma jalanan depan rumahnya yang terbakar terik matahari. Pasti panas sekali kalau keluar sekarang, dulu ia selalu rutin pakai sunscreen setiap ingin keluar siang-siang.

Sekarang? Tentu saja masih dilakukan. Jungkook hobi melihat wajahnya mulus dan bersih, karena itu modal awal untuk mendapatkan perempuan pilihannya.

Berbicara soal perempuan, Jungkook sampai sekarang masih menempatkan hatinya untuk satu orang. Biasalah.

Laki-laki itu akhirnya berjalan pelan menuju garasi rumah. Sekarang ayahnya sudah punya mobil sedan, dari dulu menabung untuk membelinya. Tapi yang sering memakai tentu saja Jungkook.

Laki-laki Jeon itu sering berkencan dengan pacar-pacarnya menggunakan mobil. Ya begitulah, biar terlihat keren mengajak pacar sambil membawa mobil—mobil ayahnya.

Jungkook ke garasi mengambil sepeda milik ibunya yang berisi keranjang depan. Sepeda ini memang terlihat tua, apalagi warnanya centil sekali, warna pink.

Tapi benda ini selalu membantu Jungkook dalam keadaan terdesak. Kalaupun dijual, Jungkook tidak akan mau. Sepeda ini juga punya kenangan dengan kisah cinta Jungkook waktu itu.

Beberapa menit mengayuh sepeda, Jungkook melewati perempatan yang menjadi tempat persinggahannya dulu saat bertemu dengan gadis penyuka cokelat itu. Minimarket yang selalu jadi tempat favoritnya itu sudah berubah menjadi pet shop. Lantaran mungkin waktu ini minimarket itu bangkrut makanya dijual.

Sayang sekali, padahal itu adalah tempat paling istimewa Jungkook. Waktu itu saat melihat minimarketnya direnovasi jadi pet shop, Jungkook pulang-pulang menangis karena merasa kenangannya dihancurkan. Semenyedihkan itu memang.

Beberapa meter lagi, Jungkook sampai di depan pasar ikan. Ia memarkirkan sepeda ibunya di sana, orang-orang di lokasi tempat tinggal Jungkook sudah biasa melihat laki-laki Jeon itu mengayuh sepeda pink. Bukan dijadikan bahan guyonan, malah orang-orang di sana gemas setiap melihat Jungkook membawa sepeda itu.

"Jimin!"

Laki-laki yang dipanggil menoleh ke arah Jungkook, lalu tangannya melambai seolah merespon teriakan Jungkook. Jimin sekarang sudah sukses, ia melanjutkan bisnis ayahnya yang jadi nelayan ikan.

Tugas laki-laki Park itu hanya menyortir ikan-ikan hasil tangkapan untuk dibawa ke pabrik. Tentu saja ia hanya menyuruh-nyuruh orang, ibaratnya ia jadi bos menggantikan ayahnya.

"Kau sibuk sepertinya." Jungkook mendekati temannya itu.

"Ya beginilah, dulu aku sering mengejek bau ikan. Sekarang aku bahkan hampir tiap hari dikelilingi ikan."

"Kau masih bagus, daripada aku jadi penggangguran setelah lulus."

Jimin menepuk pundak Jungkook, "Membantu ibumu membuat brownies bukan pekerjaan? Setidaknya kau tidak diam saja di rumah jadi beban keluarga."

Iya, selepas lulus kuliah Jungkook dilanda kesedihan. Ia belum dapat pekerjaan yang disukainya, sedang menunggu kabar ayahnya juga, di kantor kemungkinan akan ada lowongan kerja untuk Jungkook. Ayahnya juga bosan melihat keseharian Jungkook di rumah selepas lulus hanya menonton kartun.

Chocolate ✔Where stories live. Discover now