Chapter I : Day 1

12.8K 1.9K 560
                                    

______

Jungkook mengajak Jihan pergi ke arah belakang minimarket, ia berpikir sebaiknya ia menunggu orang tua atau kerabat Jihan. Masih kecil nanti diapa-apakan kalau tak ada yang jaga.

Ia dan Jihan tengah duduk di kursi panjang, keadaan di sana lumayan banyak ada orang yang berlalu lalang. Jungkook berusaha mendekat untuk duduk di samping Jihan. Wangi bocah ini adiksi menurut Jungkook, kalau Jihan berada di rumahnya mungkin sudah dijadikan pengharum ruangan. Soalnya wanginya segar.

"Jihan tadi sendirian ke sini?"

Gadis yang memakan cokelat itu menggeleng, melirik ke arah Jungkook, "Jihan ke sini dengan kakak Jihan. Tapi disuruh menunggu di minimarket dulu, soalnya kakak Jihan sedang kencan dengan pacarnya."

Wah, tega sekali saudaranya meninggal adik lucu seperti ini. Apa jadinya kalau gadis manis ini diculik, beruntung sekali penculik itu mendapatkan yang begini modelnya.

Dan juga seperti tebakan Jungkook, kakak dari Jihan ini pasti perempuan, karena biasanya yang suka bersembunyi kencan dengan kekasih agar tidak diketahui orang tua biasa dilakukan anak-anak perempuan.

"Jihan sama sekali tidak bawa uang? Sudah yakin nanti kakaknya Jihan datang jemput ke sini?" Well, Jungkook juga merasa khawatir dengan nasib gadis kecil ini.

"Tidak tahu, Jihan tidak dibekali uang dengan kakak." Jihan fokus memakan cokelat, bahkan bibirnya sampai belepotan. Gemas sebenarnya Jungkook menyaksikannya, tapi masih punya kesadaran untuk tidak memencet Jihan lebih dulu.

Saking lamatnya Jungkook memperhatikan Jihan, ia jadi membayangkan aneh-aneh. Omong-omong ia belum punya kekasih yang modelnya seperti Jihan ini, bisa dicoba tidak ya?

"Itu cokelatnya tidak gratis, lho."

Perhatian Jihan yang anteng memakan cokelat itu teralihkan untuk menatap Jungkook dengan alis yang memecut. Ia berpikir lagi, sebatang cokelat ini tidak mungkin sampai membuat Jungkook bangkrut tiba-tiba, kan. Tapi kenapa kesannya Jungkook seperti tidak rela uangnya habis.

Dengan keberanian penuh, Jihan mendekat ke arah Jungkook, "Nanti Jihan bayar kalau kakaknya Jihan datang, ya. Nama Kakak siapa?"

Astaga, ini terlalu dekat. Bau cokelat dipadukan dengan aroma buah ini berhasil membuat hidung Jungkook kembang kempis. Bocah ini bahaya.

"Namaku ..." Jungkook terdiam, masih memikirkan jawaban untuk Jihan, "Namaku Jung."

"Jung?" Jihan nampak bingung, namanya terlalu singkat.

"Iya, Jung." Akan lebih baik kalau Jungkook hanya memberikan Jihan sebuah nama inisial.

"Jihan panggil Kak Jung, apa boleh?"

Jungkook dengan mantap mengangguk, "Tentu boleh. Sangat boleh." Minuman yang ada di genggaman Jungkook ia buka, lalu diteguk sekali sebelum kembali menoleh ke arah Jihan, "Jihan masih sekolah?"

"Masih."

Tahu tidak, suara Jihan itu lebih mirip seperti suara anak kecil yang baru belajar membaca. Konsonan S nya masih terasa jelas sekali terdengar. Sumpah, gemas.

Jungkook tebak Jihan sudah berada dalam masa puber, tapi tak ada salahnya ia bertanya untuk jaga-jaga. "Sudah menstruasi?"

"Sudah." Bagus, artinya Jihan sudah matang dan siap.

"Jihan tinggal di mana?" Jungkook mulai melembut, biarlah ia dibilang cerewet bertanya ini itu. Yang penting ia tahu informasi tentang bocah ini.

Jihan sempat berpikir dulu mengenai pertanyaan Jungkook. Jihan tinggal di mana? Ya jelas Jihan tinggal di rumah.

Chocolate ✔Where stories live. Discover now