Chapter III : Day 3

11.6K 1.7K 687
                                    

______

Hari Minggu itu katanya hari yang paling ditunggu anak sekolahan. Di saat orang bilang itu adalah hari yang menyenangkan, beda lagi Jungkook yang malah tak senang kalau hari Minggu datang. Itu artinya Jungkook dikandangi ibunya seharian.

Tapi bagusnya, makanan enak selalu ada di hari Minggu. Ibu Jungkook pasti akan selalu membuat makanan lezat supaya anak kesayangannya betah berada di rumah sambil belajar.

Sama seperti sekarang, Jungkook menunggu ibunya memasak brownies cokelat dengan dirinya yang fokus mengerjakan tugas di depan televisi menonton kartun Lava.

Kalau ada iklan, baru ia mengerjakan tugasnya. Maklum, dia suka menontonnya. Acara pagi memang kebanyakan kartun, kadang Jungkook sering berebut remote televisi kalau ayahnya sudah datang dari bekerja ingin menonton berita.

Hidup Jungkook sederhana walaupun sebenarnya ia termasuk keluarga yang berada. Di Busan, nenek dan kakeknya jadi juragan lobak. Salah satu petani sukses, bahkan kakeknya sudah renta begitu punya mobil sedan. Sedangkan ayahnya yang pekerja kantoran di Seoul saja masih berpikir dulu ingin beli mobil.

Well, begitulah. Tapi Jungkook beruntung jadi cucu laki-laki satu-satunya keluarga Jeon. Nanti warisan kakeknya sudah pasti akan diberikan padanya.

"Makan yang banyak, ya. Biar belajarnya rajin, terus lulus dengan nilai tinggi." Ibu Jungkook menaruh sepiring brownies baru matang di depan Jungkook.

"Susunya mana?" Laki-laki Jeon itu protes melihat apa yang ibunya bawa.

Ah ya, sebuah rutinitas setiap pagi Jungkook harus minum susu penggemuk badan supaya pipinya tetap tembam. Ibunya suka kalau melihat Jungkook gendut-gendut lucu begitu, pipinya suka dijawil.

"Astaga! Ibu lupa, tunggu sebentar ibu buatkan." Wanita itu kembali ke arah dapur membuatkan Jungkook susu.

Sembari menonton, Jungkook memakan brownies buatan ibunya. Ia memperhatikan kue itu lekat-lekat. Rasa cokelat, ah jadi teringat Jihan.

Omong-omong gadis itu akhir-akhir ini sering mengganggu pikiran Jungkook, mungkin karena perlakuannya kemarin yang tidak sopan mencium Jihan tiba-tiba.

Enak tahu. Jungkook galau sampai dibuatnya.

Ibu Jungkook datang membawa segelas susu, namun wanita itu mengernyit heran melihat ekspresi anaknya yang nampak menatap heran brownies buatannya.

"Kenapa? Browniesnya tidak enak?"

Dengan pipi kembung penuh akan brownies, Jungkook sontak menggeleng menjawab ibunya. "Kue buatan Ibu selalu enak, kok. Jungkook hanya mengkhayal saja tadi."

"Kurang-kurangi mengkhayal, bisa gila nanti kalau sering berhalusinasi." Ibu Jungkook menyodorkan segelas susu itu pada anaknya, langsung diteguk Jungkook saat itu juga.

Usai meneguk susu, Jungkook menatap ibunya penuh penyangkalan, "Mengkhayal itu bisa meredakan stres, Bu." cerocosnya dengan bekas susu yang masih menempel di ujung bibir.

"Iya, kalau mengkhayalnya tidak berlebihan. Kalau sudah berlebihan malah itu pemicu stresnya."

Sudahlah, Jungkook tidak mau berpikir banyak soal itu. Yang penting, ia mau selesai mengerjakan tugas. Hingga kartun dan browniesnya habis, akhirnya Jungkook menyudahi tugasnya. Baru setengah padahal, tapi masa bodoh pikirannya sedang linglung sekali.

"Ibu, Jungkook mau tidur siang. Jungkook pusing." keluhnya menaiki tangga rumah dengan pelan.

Tentu saja, ibu Jungkook merasa khawatir. Takut karena dipaksa belajar anaknya jadi begtitu, merasa menyesal juga. "Ya sudah, kau tidur saja. Jangan banyak pikiran."

Chocolate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang