Special Part : Keluarga Bayi Jeon

11.6K 1.4K 1K
                                    

Bonus yang kalian inginkan(・´з'・)

____

Selama dua bulan ini Jihan sudah menjalani perannya sebagai istri dari Jeon Jungkook. Umurnya yang baru menginjak dua puluh tahun itu terasa asing dengan kehidupan barunya mengurus rumah tangga. Ya, bagaimana lagi, namanya juga resiko.

Jihan dengan keluarganya benar-benar lepas, Namjoon bahkan lega akhirnya Jihan sudah tinggal di rumah orang dan bisa mandiri mengurus apa-apa. Jihan dulu di rumah selalu merepotkan mama dan papa Kim. Itulah mengapa mereka bahagia ketika Jihan dinikahi Jungkook, beban keluarga jadi menghilang satu.

Rela tak rela harus direlakan. Tentu mereka tak ingin anaknya hamil tidak ada yang mau bertanggung jawab, nanti nama keluarga Kim bisa tercoreng. Tak apalah, dengar-dengar keluarga Jungkook ini termasuk mapan di Busan, juragan lobak katanya. Jadi mama papa Kim yakin, anaknya tidak hidup melarat setelah menikah.

Pukul tujuh pagi, Jihan terpaksa bangun dari ranjang setelah melihat sinar matahari dari jendela kamar mengenai matanya. Sejujurnya Jihan masih mengantuk sekali, tiap hari begadang menyusui bayinya yang selalu bangun ketika tengah malam.

Sebenarnya bisa saja Jihan sekalian tidur sembari menyusui, tapi ia tak bisa begitu. Kenyutan anaknya terlalu menyakitkan, itu membuat Jihan selalu terjaga setiap menyusui. Sebelum punya bayi, Jihan hampir selalu dapat waktu tidur yang banyak, sekarang setelah ada Jungkook kecil ia selalu kekurangan tidur.

"Kak Jung, ayo bangun!" Jihan menggoyangkan badan Jungkook yang tidur menghadap tembok.

Sudah diatur, Jihan berada di sisi ranjang, Jungkook berada di pojok dekat tembok dengan sebuah guling yang diletakkan di tengah-tengah sebagai sekat. Jungkook kalau tidur suka bergerak acak, Jihan takut bayinya terkena guncangan dari papanya yang tidur masih seperti anak kecil.

"Hari ini hari pertama Kak Jung bekerja." Jihan mencubit pipi Jungkook keras-keras lalu mendekatkan bibirnya di telinga laki-laki itu, "Bangun Suamiku ..."

Jihan lihat daun telinga Jungkook memerah tiba-tiba, ia tahu sekali sebenarnya suaminya ini sudah bangun dari pertama kali Jihan terjaga.

Kedua mata rusa milik Jungkook itu akhirnya terbuka, ia langsung meregangkan tubuh sebelum melirik maha karya luar biasanya yang nampak tertidur lelap di tengah-tengah ranjang.

"Uuh, bayinya Papa bangunnya tidak pernah pagi-pagi." Jungkook mengelus hati-hati kening bayinya, "Woobin tampan sekali ketika tidur, sama seperti Papanya."

"Choco, namanya Choco!" Jihan yang sedang menggelung rambut itu tiba-tiba menyahut.

"Woobin, Sayang. Choco itu lebih cocok untuk anak perempuan." jawabnya dengan rambut tebal yang masih berantakan khas baru bangun.

"Tapi Jihan maunya Choco. Lucu ..."

Perdebatan ini sudah lama terjadi, sejak datang membawa bayi, Jihan memang sudah menyiapkan nama untuk bayinya. Katanya nama Choco sangat menggambarkan pertemuan mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Tapi Jungkook malah tidak suka mendengarnya sebab anaknya laki-laki, nama Choco menurutnya terlalu feminim.

"Ya sudah," Jungkook turun dari ranjang dengan pelan supaya anaknya tidak terbangun, "Kita buat anak perempuan lagi agar nama Choco bisa dipakai."

Jihan memanyun jengkel, "Tidak mau! Perut Jihan tidak mau dioperasi lagi. Kak Jungkook saja yang hamil sana."

Hanya suara kekehan singkat yang Jihan dengar, ia berbalik memperhatikan Jungkook yang sedang membuka bajunya cepat-cepat sebab ini sudah terlalu siang baginya bersiap-siap.

Chocolate ✔Where stories live. Discover now