40 : Akhir Yang Bahagia

61.9K 6.1K 1.8K
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

40 : Akhir Yang Bahagia

"I–itu karena ... aku ingin mencoba mengabulkan cita-cita Ratri, dia ingin memiliki anak dengan unsur nama yang memiliki arti bunga, sedangkan Flian dan Flori ... keduanya sama-sama memiliki arti bunga, aku tidak ingin menyerahkan mereka berdua ... hiks." Ratna kembali memeluk Ridwan.

Nama,
Flori Altrian Bastara
Flian Altran Bastara
Memiliki arti yang sama.

Flori Altrian Bastara
-Flori sendiri memiliki arti bunga.
-Altrian sendiri menunjukan sesuatu yang berwibawa dan mandiri.
-Bastara sendiri memiliki arti bijak, terdidik, dan senyuman.

Flian Altran Bastara
-Flian diambil dari nama Fl(or)ian yang juga memiliki arti sebuah bunga.
-Altran diambil dari nama Altr(i)an yang menunjukan sesuatu yang berwibawa dan mandiri.
-Bastara sendiri memiliki arti bijak, terdidik, dan senyuman.

Flori Altrian Bastara
Flian Altran Bastara
Nama yang terkesan berbeda namun memilik arti yang sama. Yaitu, Bunga yang berwibawa, bijak, juga pemilik senyum yang manis.

"A–aku harus menyerahkan salah satunya, jika aku memberikan Flian ... tidak akan ada penerus Bastara dari Ridwan. Jadi ... a–aku hiks, aku memilih Flori. Dan ... hiks, Ratri akan menggapai cita-citanya ... dia sudah menggapai cita-citanya melalui aku ...." Ridwan melepaskan pelukannya.

Dia menatap sang istri dengan tatapan tak percaya. Dokter Raka justru tertawa melihat situasi seperti ini.

"Ridwan ... udah gue bilang, disini Lo yang bodoh! Disini itu Lo yang bodoh! Asal Lo tau ya ...." Ridwan menoleh cepat ke arah Dokter Raka. Ridwan menunggu kelanjutan ucapan Dokter Raka.

"Anak Lo itu sakit leukemia stadium akhir! Waktunya gak akan lama lagi! Bela enggak tau soal ini, gue sembunyiin ini demi kebaikan dia sama janinnya. Walau Bela gak tahu, tapi nanti dia akan tetap tahu. Gue gak yakin nanti istri Lo masih hidup pas Bela tahu ini," ucap Dokter Raka dengan mata yang mengilatkan amarah.

"Istri Lo tahu semua! Dia nutupin ini semua dari Lo! Lihat, siapa disini yang tolol? Ah ternyata bener ya, jodoh itu cerminan diri. Toh, pembunuh nikah sama pembunuh," lanjut Dokter Raka. Setelah mengucapkan itu, dia langsung pergi meninggalkan rumah ini.

"Mas ... aku bukan pembunuh Mas. A–aku bukan pembunuh!" racau Ratna tidak jelas. Sedangkan Ridwan? Dia terdiam karena baru tahu mengetahui fakta bahwa putrinya memiliki penyakit seperti.

"Ratna, kenapa kamu sembunyiin dari aku? Apa hanya karena cita-cita bodoh adik kamu itu! Sampai-sampai kamu mau bunuh anak kamu sendiri?!" ucap Ridwan dengan nada membentak.

•••

H :)

Flori terbaring lemah di rumah sakit, dia benar-benar menghabiskan sisa waktunya di rumah sakit. Matanya terpejam, tubuhnya dipenuhi oleh alat-alat yang membantunya untuk tetap bertahan hidup.

Dokter Riqo sekarang sedang fokus dengan Flori, sehingga pihak rumah sakit memberi sedikit keringanan pada Dokter Riqo.

Mata Flori yang terpejam perlahan terbuka, yang pertama kali Flori lihat adalah Dokter Riqo yang tepat berada disampingnya, juga Bi Ani yang tertidur di sofa.

Mata Flori mengeluarkan air mata, sepertinya hidupnya sudah tak lama lagi. Melihat wajah lelah Dokter Riqo dan Bi Ani membuatnya merasa bersalah.

Sebegitu menyusahkan kah dia?

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang