32

126 6 0
                                    

Tobi menggendong Melisa yang mabuk dengan kedua lengannya. Ia membawa pengantinnya itu ke suit room yang jadi kamar pengantin mereka.

Melihat Melisa tak sadarkan diri seperti ini, Tobi jadi bertanya-tanya, sebanyak apa sebenarnya perempuan itu minum?

Ia meletakkan Melisa di tempat tidur dengan sangat hati-hati. Di bawahnya, kelopak bunga mawar yang sengaja menghiasi tempat tidur yang seharusnya mereka pakai untuk bercinta pertama kali, tertutup oleh gaun wanita itu.

Tobi berdiri memandangi hasil karyanya. Melisa seperti seorang putri tidur yang terlelap di atas singgasana bertabur bunga. Kecantikan yang sempurna. Tobi tak sanggup merusak keindahan itu dengan menyentuh sehelai rambutnya pun.

Ia tersenyum menatap Melisa. Istrinya. Kata-kata ini menggelitik perutnya sehingga membuat sebuah senyuman khas mengembang di wajahnya yang menghangat. Ia suka kata itu, istri. Ya! Melisa adalah istrinya.

Ingin rasanya Tobi melompat kegirangan atau salto-salto merayakan kebahagiaannya saat ini.

Tobi menunduk. Ia memandangi wajah pengantinnya yang tertidur seperti bayi. Helaian rambut menutupi wajah Melisa dari pandangan Tobi. Ia ingin menikmati wajah istrinya itu selagi Melisa masih tertidur. Hanya Tuhan yang tahu kapan lagi dia bisa memandangi wajah Melisa tanpa mendapatkan tatapan yang menusuk.

Dengan sangat hati-hati, Tobi menyentuh helaian rambut halus Melisa dengan ujung jarinya. Ia menyingkirkan mereka untuk menyingkap wajah Melisa sepenuhnya. Lalu ia terkesiap.

Wajah Melisa terlihat pucat pasi. Tidak! Ini bukan wajah yang ia kenal selama ini. Melisa-nya memiliki rona di pipi yang setiap kali melihatnya membuatnya ingin mengecup pipi yang menggemaskan itu. Bukan wajah serupa pesakitan seperti yang di hadapannya ini.

Melisa bergerak sedikit, ia bergumam dalam tidurnya. Tobi menegakkan tubuhnya sedikit. Ia takut nafasnya akan membuat Melisa bangun.

Bulu mata gadis itu bergerak-gerak dengan lembut. Tiba-tiba setetes airmata menetes dari sudut mata Melisa hingga jatuh ke permukaan bantal.

Tobi terkesiap.

Hatinya yang berbunga-bunga remuk seketika itu juga saat melihat apa yang barusan terjadi. Melisa menangis! Bahkan dalam mimpinya pun perempuan itu tidak bahagia.

Tobi meremas dadanya sendiri. Ia merasakan sesak yang dalam menghujam ke sanubarinya.

"Apakah karena menikahiku, kamu gak bahagia?" pertanyaan demi pertanyaan melintas di kepala Tobi.

Ia tak sanggup lagi!

Dengan keperihan hati, Tobi berbalik dan keluar dari kamar pengantinnya.

"Sudah! Sudah cukup aku merengut kebahagiaannya!"

Tobi menutup pintu di belakangnya dan berlalu keluar.

*******

Melisa berdiri di suatu castle yang sangat indah. Pilar-pilar besar yang memisahkan ruangan demi ruangan menggodanya untuk melihat-lihat.

Melisa menyentuhkan jarinya ke bunga-bunga mawar yang menghiasi setiap pilar, dan mencium aromanya. Wangi. Melisa tersenyum. Dia sangat menyukai aroma mawar.

"Mel..." suara bisikan yang menggema mengejutkan Melisa. Ia melirik di antara pilar-pilar raksasa itu, mencari sumber bisikan.

"Melisa...." suara itu bergema lagi.

Melisa melangkah menuju sebuah lorong di antara dua pilar, suara itu berasal dari sana.

"Melisa..."

MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang