35

141 8 0
                                    

Melisa memandangi hasil karyanya dengan bangga. Kamar tamu yang membosankan kemarin sudah ia sulap menjadi kamar yang cantik sesuai dengan seleranya.

Kemarin di toko perabot, Tobi memperbolehkannya mengubah semua interior kamar dengan yang Melisa mau. Dan hasilnya cukup memuaskan. Gordyn biru tua itu dia ganti dengan gordyn bunga-bunga biru yang menjuntai indah, senada dengan cat dinding berwarna baby blue yang lembut dibingkai dengan moulding kayu yang dicat putih.

Bedcover berwarna putih menutup ranjang Melisa yang berdipan ukiran kayu putih yang megah namun tetap berkesan sederhana. Dipan tempat tidur senada dengan meja rias dan lemari berukir berwarna putih tulang yang manis. Sebuah cermin besar di samping memantulkan suasana kamar yang nyaman. Karpet berbulu tebal berwarna cokelat muda membuat ruangan itu tampak berseri.

"Ini baru namanya kamar pribadi." gumam Melisa saat tiba-tiba seseorang menyahut di belakangnya.

"Keliatan norak!"

Melisa menoleh ke asal suara. Di pintu kamar, Tiffany sedang bersandar sambil melipat lengan dengan gaya tomboynya yang biasa. Senyuman mengejek terpampang di wajahnya.

Melisa tersenyum menatap adik iparnya itu, "Terlalu feminin ya?"

Tiffany mendengus, "Cocoklah untukmu." matanya menilai Melisa dari kepala turun ke kakinya.

"Kalo gitu, ayo kita lihat kamarmu!" ujar Melisa bersemangat.

Melisa menarik tangan Tiffany yang terkejut. Ia membawa Tiffany ke kamarnya lalu membuka pintu kamar gadis itu.

Melisa memandangi seluruh ruangan dengan takjub. Banyak sekali poster bertempelan di dinding kamar. Kebanyakan poster Harry Potter, band Metallica sampai band yang Melisa tidak kenal namun bergaya harajuku. Mirip dengan gaya Tiffany yang menyukai segala hal berwarna hitam.

"Wow!" Melisa tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ia menyentuh seri komik dan novel-novel yang tersusun rapi di rak.

"Tak perlu mengejek!" Tiffany sepertinya lebih merasa malu daripada marah melihat tingkah Melisa.

"Aku gak mengejek. Koleksimu banyak juga." Melisa duduk di tempat tidur Tiffany yang tertutup selimut hitam sambil memandangi seluruh kamar Tiffany.

"Kau tak tau apapun soal itu." balas Tiffany.

Melisa menaikkan alis, "Iya juga sih. Tapi aku suka kamarmu."

Tiffany terlihat malu-malu. Ia bersandar di dinding dengan sedikit tersenyum.

"Apalagi yang pakai selimut hitam kayak gini." tukas Melisa sambil mengelus bedcover Tiffany, "Pasti cuma kamu satu-satunya."

Tiffany mendengus kesal, ia duduk di kursi lalu memandang Melisa dengan mata mengancam, "Lu gak ngerti apa-apa soal selera gue. Ga usah sok komen!"

Melisa tersenyum, "Waktu kecil aku juga suka baca komik. Kamu paling suka komik apa? Aku sukanya Candy!"

Tiffany tertawa dengan nada yang dibuat-buat, "Apa itu? Sejenis jamur, atau kutu?"

Melisa yakin, pasti Tiffany tidak pernah membaca komik dengan genre seperti Candy. Lantas ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku tebak, pasti kamu anak ilmu politik!" tebak Melisa.

Tiffany sedikit kaget karena tebakan Melisa benar, "Kak Tobi yang bilang?"

Melisa menggeleng, "Aku ini punya bakat cenayang." lalu ia tersenyum geli melihat Tiffany mendengus. Melisa hanya tak sengaja melihat judul salah satu buku Dasar - dasar Ilmu Politik di rak.

MY GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang