[14] Tak sesuai keinginan

269 141 30
                                    

Lagi-lagi Vonya harus bertemu dengan Putri, apalagi sekarang ia sedang berjalan bersama Ananda. Takutnya, semuanya semakin menyebar. Ini akan menjadi urusan Putri dan Vonya tanpa ada orang yang tahu.

Vonya menghentikan langkah girang Ananda saat terus-menerus mengikutinya, Vonya tidak mau membuat cowok ini tahu semua apa yang telah ia lakukan. Ananda harus pergi kembali ke kantin karena semua teman-temannya sedang menunggunya datang kembali.

“Ananda, gue pengen lo-”

“Astaga, gue lupa!” potong Ananda panik.

Vonya bingung, dari jauh Putri sudah melihatinya dengan tatapan sinis. Seperti orang yang sedang menunggu untuk datang melewati.

“Gue harus pergi ke kantin lagi, soalnya mereka ..... ahhh—kampret kenapa gue bisa lupa sih,” gumamnya kesal. Menggerutu sendiri karena kenapa juga bisa lupa, apa mungkin karena dekat dengan Vonya jadinya ia melupakan semuanya.

Vonya memegang bahu Ananda, yang semakin membuat hati Ananda bergejolak serasa ingin meledak.

“Kenapa?” tanyanya namun dengan lirikan mata kemana-mana. Tepatnya saat pupil matanya menangkap Putri yang sedang memperhatikannya balik. Dari wajahnya yang nampak tak suka, itu membuat Vonya risih dan sebagainya.

“Von, aku ke kantin dulu yah. Ada rencana yang harus di selesaikan,” jawab Ananda lalu berbalik arah ke kantin kembali seraya tersenyum tipis, ia tidak mau meninggalkan cewek cantik ini di sini sendirian. Tapi mau tidak mau Ananda harus kembali ke kantin. Nanti semua temannya menyiksanya padahal baru-baru kumpul tapi mereka seperti sudah kenal lama.

Vonya hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kanannya kepada Ananda. Saat bayangan Ananda menghilang senyuman itu pudar, wajahnya sekarang nampak gelisah dan gugup bahkan di campur rasa takut sedikit. Di benaknya, kenapa harus takut sama salah satu orang yang tak ia kenal tapi orang itu mengetahui semuanya. Dan pasti, semuanya akan terbongkar. Itulah rasa yang Vonya takutkan, ia tidak mau jika semua orang kalau ia pelukan dengan Arka hanya ada mereka berdua di ruang UKS.

“Mau gak mau gue harus pergi ke kelas lewat jalan ini, kalau lewat jalan lain entar gue tersesat,” gumamnya. Dengan memberanikan diri Vonya berjalan pelan ke arah Putri dengan kedua temannya yang sedang berkumpul di area ini.

Saat Vonya semakin berjalan mendekati, Putri yang tertawa renyah memundurkan langkahnya ke belakang sedikit. Mencegat Vonya agar tidak lari saat melewatinya, wajahnya mulai berubah menjadi ketus. Karakter yang membuat orang lain tidak suka kepada Putri.

“Put, apa yang mau lo lakuin sama dia?” tanya Yuri. Berteman dengan Putri dari kecil sampai sekarang masih bersama, sahabat karib. Dengan kelakuan yang sama dan mempunyai sifat yang sangat licik daripada Putri.

Putri menghela kecil, “Ini urusan gue sama dia doang,” matanya melirik kedua sahabatnya itu sinis, “Jadi kalian berdua jangan ikut campur!” lanjutnya.

Putri menghadang langkah jalan Vonya yang ingin melewatinya, Putri menarik tangan kanan Vonya secara kasar untuk mendekatinya.

“Bisa kita bicara?”

••••

Ananda berlari menuju kantin, dengan tidak sengajanya ia menubruk Ilham seperti awal Kiara menubruknya. Lagi-lagi membuat Ilham harus menahan emosi.

“Duh, maaf gak sengaja,” ucap Ananda ngos-ngosan. Wajahnya penuh keringat karena berlari cukup jauh.

Ilham hanya bisa tersenyum tipis saat Ananda berkata itu kepadanya, “Gak apa-apa kok,” lalu ia pun melangkahkan kakinya kembali dengan langkah yang cukup santai. Wajahnya yang kembali dingin dan bersikap cuek membuat Ananda kebingungan.

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now