00. PROLOG

6.7K 517 34
                                    

⚠️ WARNING ⚠️Cerita ini mengandung kata-kata kasar, sadistic, dan adegan kekerasan fisik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚠️ WARNING ⚠️
Cerita ini mengandung kata-kata kasar, sadistic, dan adegan kekerasan fisik. Pembaca diharap bijak dalam memilih bacaan.

×××××

Rasya menatap sosok di depannya dengan mata berkaca-kaca, bibirnya mengatup rapat, terus berusaha menahan air mata yang sedari tadi memaksa keluar dari pelupuknya.

Dia... terlihat berantakan. Baju berwarna oranye dengan tulisan 'Tahanan 201' membuatnya lebih kacau.

Air mata Rasya meleleh, terlalu memenuhi pelupuk matanya sehingga ia tak bisa menahannya lebih lama.

Rasya menunduk dalam, terisak. "K-kenapa..?"

Sosok yang sedari tadi hanya berdiri mematung berjarak dua langkah dari tempat Rasya, kini duduk di samping Rasya, mengangkat wajahnya untuk sekedar menghapus air mata yang membasahi pipi gadis itu.

"Takdir."

Rasya memukul bahu laki-laki itu, semakin menangis kencang karena jawaban yang diterimanya.

Sementara perhatian laki-laki itu beralih pada pergelengan tangan Rasya, menariknya. "Lo bisa lepas ini sekarang," ujarnya.

Rasya langsung menggeleng, menarik tangannya lepas dari genggaman laki-laki itu. "Ini kenangan dari dia, gue nggak bakal ngelepasin ini."

Laki-laki itu tertawa, membuat desir hangat membanjiri dada Rasya yang sebelumnya sesak.

Lemah. Ia kini memang selemah itu, rasanya hanya dengan melihat senyum yang sama setiap hari, maka ia akan melupakan semua masalahnya, pun semua yang membuatnya gusar.

"Dia siapa?" tanya laki-laki itu, menatap dalam kedua mata Rasya.

"Pacarnya Rasya." Disusul sebuah tawa setelahnya. Semakin membuatnya terlihat menyedihkan karena menangis sembari tertawa.

Tarikan sudut bibir yang beberapa saat lalu ia dapati di wajah laki-laki itu kini menghilang, diganti dengan raut wajah kecewa. "Lo pantes dapet cowok yang lebih baik, dia brengsek."

"Nggak!" Rasya menggeleng cepat, menyangkal kalimat laki-laki itu. "Gue bakalan nunggu dia, entah lima tahun, sepuluh tahun, ataupun dua puluh tahun lagi."

Laki-laki itu menghela nafas berat. "Dia nggak pantes di tunggu. Lo cuma buang-buang waktu."

"Pantes dan nggaknya, gue yang putusin itu." Rasya menyahut, nada suaranya terdengar yakin walau pipinya masih dibasahi air mata dan hidungnya pun memerah. "Gue bakalan ngelepasian semua ini, kalau dia juga lepas."

"Tap-"

"Waktu besuk sudah habis, kami harus membawa saudara kembali ke sel." Suara lain menginterupsi, berdiri di dekat laki-laki itu sembari membawa borgol.

Dia berdiri, menepuk kepala Rasya beberapa kali sebelum melipat kedua tangannya ke belakang.

Dan borgol itu terpasang dengan sempurna disana.

Rasya mengusap air matanya dengan kasar, mencoba tersenyum selebar mungkin saat polisi membawa sosok itu pergi.

"I'll miss you," gumamnya ketika laki-laki itu menoleh kembali padanya.

Bersamaan dengan punggungnya yang menghilang di belokan, Rasya pun kehilangan keseimbangannya. Dia kembali duduk, menangis tersedu-sedu disana.

Persetan dengan semua yang laki-laki itu katakan, dia tidak akan menurutinya. Rasya tidak akan melepaskan gelang di tangannya, pun tak akan melupakan sosok yang sudah membuatnya kehilangan semua yang ia miliki bersamaan dengan kepergiannya.

-oOo-


A/N:

Aku mau minta saran, menurut kalian mending update...

Seminggu sekali (senin pagi / sabtu malam) tapi langsung tiga part

Atau

Seminggu tiga kali (senin pagi, rabu malam, sama sabtu malam) tapi tiap publish cuma satu part

Tulis di kolom komentar ya.

Dan, ini cuma sekedar 'peringatan' aja. Lima belas part pertama dari cerita ini merupakan part paling random alias nggak jelas banget, semuanya masih rancu dan tempo pindah settingnya bener-bener cepet, jadi daripada kalian kaget, lebih baik aku kasih tau lebih dulu disini, wkwk

Terus mulai part 16 nanti, perlahan-lahan bakalan mulai diperjelas. Intinya gitu sih.

BARAJA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now