22. A Game

1.2K 142 18
                                    

SMA Nusantara, Jakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SMA Nusantara, Jakarta.
Tuesday, 15 November 2016.
12.13 PM.
-------------------------------------------------

Setelah banyaknya hal aneh yang terjadi di hari Jumat kemarin, Rasya benar-benar belum berbicara lagi dengan Nadira dan Fikri.

Ia sekarang justru sendirian di teras masjid, tengah mengenakan sepatunya kembali setelah melaksanakan sholat dhuhur.

"Sendirian aja, Neng," sapa sebuah suara yang sangat familiar di telinga Rasya, ia mendongak, mendapati Bobby berdiri di depannya.

Bob Onganjaya, temannya itu memang bukan umat muslim. Ia lanjut memakai sepatu saat Bobby ikut duduk di sebelahnya, menunggu.

"Gue pengen balik ke Pattimura," ujarnya.

Tak ada tanggapan dari Bobby. Rasya tak ingin membahasnya lebih lanjut, tiba-tiba ia berpikir apa jika mereka tak pernah datang ke sekolah ini maka semua masalah ini tidak akan pernah terjadi?

Jika iya, maka Rasya ingin meminjam liontin pemutar waktu milik Harmionie Granger agar ia bisa kembali ke masa lalu dan menolak pergi ke sekolah ini.

"Walaupun disini enak, ceweknya cakep-cakep, tapi gue juga pengen balik ke Pattimura." Bobby menanggapi.

Tatapan Rasya menerawang jauh. "Bob, lo pernah nggak ngerasa udah kenal banget sama seseorang tapi ternyata lo nggak tau apa-apa tentang dia, lo nggak bener-bener kenal dia?"

Tak menunggu tanggapan Bobby, Rasya melanjutkan, "Lo ngerasa tau semua hal, tapi ternyata lo nggak tau apa-apa."

"Kenapa? Fikri ngomong sesuatu ke lo?" Dari sekian banyak tanggapan yang bisa ia berikan, Bobby malah mengajukan pertanyaan yang membuat pikiran Rasya semakin keruh.

Apa hanya dirinya yang tidak tau apapun?

"Lo juga tau?" Ia menoleh, menatap Bobby sepenuhnya.

"Gue juga cowok kali, sikap Fikri ke lo selama ini udah kebaca jelas." Giliran Bobby yang menatap lurus ke depan, jari-jarinya saling bertautan. "Gue nggak bakalan ikut campur soal masalah lo sama Fikri, tapi sebagai temen lo gue cuma mau ngasih saran, sebelum lo ngambil keputusan apapun pastiin lo bener-bener tau siapa..."

The game by a loser is started

Ucapan Bobby terinterupsi suara yang terdengar seperti robot tapi sangat nyaring, hingga mereka semua yang berada disana menoleh ke sumber suaranya.

Begitupun dengan Rasya dan Bobby. Bahkan Rasya sampai membelalakkan matanya saat mendapati suara itu bersumber dari dua orang.

Yang pertama pada Adrian yang tengah mengunci pintu masjid dan kedua pada Darell yang duduk tak jauh dari tempatnya, tengah memakai sepatu.

Keduanya menghentikan aktivitas mereka, menatap arloji di pergelangan tangan masing-masing dengan ekspresi terkejut.

Tak ada yang berbicara, fokus mereka terarah semua kepada dua laki-laki itu. Kaget sekaligus penasaran apa benda yang baru saja berbunyi.

BARAJA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now