Cold Wedding 9 : Masa Lalu

20.6K 1.3K 210
                                    

Kali ini, selain melakukan tugas di kebun, Rabella akhirnya menemukan hobi baru.

Menonton film mengenai detektif.

Rabella tidak tahu bahwa menonton film tentang detektif akan seseru ini. Rabella menonton menggunakan WiFi rumah Alva. Seharian ini, Rabella hanya duduk di dapur dengan camilan yang dibuat oleh para pelayan di sana.

"Di sini ada," kata Sheila, pelayan paling muda di rumah ini. Dan pelayan yang lebih dulu mencoba mendekati Rabella. Sheila adalah tukang rekomendasi film terbaik. Semua film yang direkomendasikannya seru dan menantang.

"Woah! Kau benar!" Ucap Rabella dengan takjub saat penjahat yang di dalam film itu tiba-tiba muncul dan berteriak ketika akan menusuk pemeran utama dalam film.

Sheila mengangguk-angguk santai sambil mengambil camilan kembali. "Lebih seru jika kau menonton anime, drama korea atau tv show saja. Walaupun berepisode, tapi wawasannya lebih luas daripada movie. Lihat saja film ini. Walaupun bagus, tapi tidak masuk akal. Seharusnya, kalau penjahatnya berniat membunuh detektif itu dengan sungguh-sungguh, dia tidak perlu berteriak, HYAA begitu. Ya ketahuan pastinya. Dan detektif itu akan berbalik lalu melawan. Lalu penjahat itu kalah dan BOOM sudah ketahuan jika penjahatnya tertangkap nantinya."

Rabella menelan camilannya. Matanya masih menatap lurus pada film. "Aku tidak bisa bahasa Jepang ataupun Korea. Dan tv show itu terlalu banyak seasonnya."

"Ya sudah kau tonton drama korea saja. Lebih romantis juga karena ada bumbu-bumbu percintaan."

Rabella mengangguk-angguk seolah mengerti.

"Mau tidak?" Tanya Sheila kembali.

Rabella mengangguk-angguk lagi. Walaupun tidak terlalu yakin. "Bolehlah."

"Bagus." Kata Sheila sambil mengambil alih ponselnya.

"Tapi aku tidak bisa bahasa Jepang ataupun Korea."

"Ada yang namanya subtitle di dunia ini, sayang."

"Apa itu? Kenapa kau membukanya di google dan bukannya aplikasi?"

"Tidak usah streaming. Selain hambur baterai, kau tidak bisa mengkoleksi filmnya."

"Tunggu! Kau mengunduhnya?! Bukannya itu ilegal?"

"Aneh sekali mendengar kalimat itu dari wanita yang hilang ingatan," kata Sheila, sukses membuat Rabella tertawa karena Rabella sendiri bingung dengan apa yang diucapkannya tiba-tiba itu. "Lagipula, untuk apa kau menonton film-film dengan genre ini?"

"Aku ingin mencari tahu masa laluku." Kata Rabella kemudian.

Dan Sheila menghentikan jarinya yang sedang menscroll. Dia mendongak, menatap Rabella dengan terkejut.

Rabella sendiri tersenyum. "Jujur sekali reaksimu," ucapnya, kemudian menghela napas panjang. Dia menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi. "Aku hanya tidak ingin lari. Jika memang aku adalah orang jahat dulunya, maka aku berhutang maaf kepada banyak orang. Dan aku juga tidak ingin menjadi orang yang tidak tahu apa-apa. Tidak adil sekali ketika kalian ingat semua kejahatanku, tapi pelakunya malah hilang ingatan dan tidak bisa menebus kesalahannya." Katanya sambil terkekeh.

Sheila masih diam. Wajahnya bahkan terlihat sangat murung sekarang. "Yah... Benar juga."

Rabella hanya tersenyum menanggapinya. Sedangkan Sheila masih memainkan ponsel milik Rabella, tanpa menatap Rabella sama sekali. Pandangan Rabella akhirnya bertemu dengan Nick yang baru saja datang.

"Nick!" Panggil Rabella sambil melambaikan tangannya dengan semangat.

Nick hanya menatap sekilas, mengedip, kemudian berlalu dari sana.

"Ih! Nick!!" Seru Rabella kesal, lalu berlari dari dapur untuk mengejar Nick yang masih berjalan walaupun Rabella panggil. Rabella menarik tangan Nick dengan segera, dan menekan kakinya ke lantai karena Nick tetap berjalan dan tidak berhenti. "Nick!! Aku ingin cerita!!"

Nick menghentikan langkahnya kali ini. Dia menatap Rabella dengan sebelah alis yang terangkat. "Aku tidak tahu kalau kita sudah sedekat itu sampai kau ingin bercerita sesuatu padaku."

"Cih," Rabella berdecih. Tangannya terlepas dari Nick. "Padahal kau sendiri menjawabku dengan informal. Masih saja begitu padaku." Cemberutnya.

Nick mengedip menyadari ucapan Rabella yang benar adanya. "Aku sibuk." Sudah terlanjur basah, Nick tetap meneruskan untuk informal pada Rabella.

"Kau hanya sibuk berlatih."

"Berlatih untuk mengembangkan kinerjaku."

"Sudahlah dengar dulu!"

"Buang-buang waktu."

"Aku mau mencari masa laluku, tahu!"

"Oh."

"Oh? Kau bilang oh?" Rabella melotot dan menatap Nick dengan sebal. Karena reaksi Nick sangat berbeda dari reaksi Sheila. "Apa kau tidak mau mendukungku mencari tahu masa laluku? Kau aneh!"

Nick membuang napasnya perlahan. Dia menatap datar pada Rabella. "Lalu setelah kau mencari tahu hal itu, kau mau apa? Memperbaiki kesalahanmu di masa lalu? Bagaimana jika kau tidak bisa memperbaikinya sama sekali?"

"Kau aneh! Apa kau tahu kalau kau sangat aneh?!"

"Kau yang aneh di sini."

"Tidak! Kau!" Pekik Rabella dengan kesal. "Kau menilaiku dengan buruk, walaupun aku bahkan tidak memiliki ingatan apapun tentang diriku sendiri. Kau sendiri yang selalu mengatakan hal-hal tidak masuk akal padaku. Dan kau bilang kau akan berteman denganku saat aku melakukan ini!"

"Aku tidak pernah berkata akan berteman denganmu."

"Nick! Kau menyebalkan!" Kesal Rabella sambil meninju lengan atas Nick. "Aw!" Serunya saat yang sakit malah tangannya karena otot lengan Nick yang keras. Rabella menatap Nick dengan penuh permusuhan. "Cih! Dasar orang kejam!"

Dengan tatapan kesal, Rabella berbalik dan ingin kembali pada Sheila. Namun, sebelum Rabella berjalan lebih jauh, Nick memanggilnya. "Nona."

"Sudah kubilang, jangan memanggilku nona-"

"Rumahmu mungkin bisa membantu."

Rabella menoleh dengan raut wajah yang masih kesal. "Apa?!"

"Rumahmu. Rumah lamamu. Rumah orangtuamu."

Rabella mengedip cepat. "Benar juga. Bangun dari pingsanku, aku langsung ke rumah Alva dan belum pernah ke rumah orangtuaku sama sekali. Kau benar juga," ucapnya sambil tersenyum lebar pada Nick. "Nick! Apa kau mau mengantar-"

"Tidak, terima kasih." Kata Nick, berjalan menjauh dari tempat Rabella sendiri.

Sedangkan Rabella bergeming di tempatnya dengan gondok. "Kenapa orang-orang di rumah ini hobi sekali menistakanku?"

***

Nick
Hanya ingin mengabari
Wanita itu pergi ke rumah orangtuanya

Pesan yang datang dari Nick itu segera mendapatkan respon heran dari Alva. Dengan kening yang berkerut heran, Alva dengan cepat mengirimkan balasan pada Nick.

Alva Damian Philips
Apa maksudmu?
Kau bilang kau ingin melindunginya
Tapi kau membiarkannya pergi ke rumahnya yang dulu?

Nick
Aku tidak jadi melindunginya
Aku malas

"Si Berengsek itu!" Geram Alva dengan kesal. Pandangan Alva kemudian beralih pada jam di tangannya yang menunjukkan pukul setengah 2 siang. Masih lama untuk sampai pada jam istirahat kedua. Alva juga tidak mau meninggalkan kerjaannya. Akhirnya, Alva hanya menghela napas panjang dan menyimpan ponselnya kembali.

"Apa boleh buat?" Gumam Alva pada dirinya sendiri. "Dad, sepertinya, misi ini pun akan gagal."

Karena udah bisa sampe 300, maka, AKAN DINEXT SAAT VOTE SAMPAI 300 DAN KOMEN SAMPAI 100!!!!

Bastard Husband, Cold Wedding [Sequel Cold & Bastard Devil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang