Prolog

106K 2.5K 151
                                    

Pernikahan.

Sebuah ikatan yang menyatukan satu keluarga dengan keluarga lain.

Sebuah akhir yang diagung-agungkan bahwa pernikahan adalah akhir yang bahagia.

Sesukses apapun hidup yang dijalani, jika belum menikah, maka tetap saja yang dinilai adalah sebuah pernikahan yang menjadi kesuksesan manusia.

Mereka tidak tahu saja kalau pernikahan bukanlah akhir bahagia, tetapi awal menuju kehidupan yang baru.

Setidaknya, itu yang dipikirkan oleh Rabella sekarang.

Walaupun Rabella kehilangan ingatannya, namun dia yakin bahwa dirinya menginginkan pernikahan yang indah juga.

Entah resepsi atau apapun itu, pasti Rabella pernah menginginkannya.

Bukannya pernikahan yang seperti ini.

Pernikahan di mana orang-orang di rumah ini bersikap sangat dingin padanya. Di rumah suaminya. Alva Damian Philips. Suami yang dinikahi oleh Rabella. Suami yang merupakan anak dari bos ayahnya.

***

Mata itu perlahan terbuka. Yang dia lihat hanyalah sebuah tempat buram dengan cahaya yang terlalu terang sehingga ia hanya dapat menutup kembali matanya dan membukanya berkali-kali, mencoba membiasakan dirinya dengan cahaya yang menyerobot masuk itu.

"Sayang, kau sudah bangun?" Adalah sapaan pertama yang terdengar kala ia membuka mata. Matanya beralih ke arah samping, dan mendapati wajah wanita paruh baya yang menatapnya lembut dan hangat. Matanya terlihat sembab seolah habis menangis. Dia menampakkan jarinya di depan mata, kemudian menggerakkannya ke kanan kiri, membuat matanya harus mengikuti gerak jari itu. "Kau sudah sadar rupanya."

Napas berat terdengar di telinganya ketika dia mencoba membuka mulutnya. "Sa-saya," dia berdeham, mencoba menetralkan suaranya yang serak. "... Di mana?"

Wajah wanita paruh baya itu mulai terlihat sangat jelas seiring berjalannya waktu. Dia juga menyadari ada pria paruh baya di samping wanita itu sedang menatapnya dalam diam namun tersirat kekhawatiran di sana.

Matanya kemudian bergulir, mendapati ada pasangan lainnya, lalu ada seorang pria yang sedang menatapnya dengan tatapan mengerikan.

"Kamu di rumah sakit, Sayang. Kamu sudah tak sadarkan diri selama 3 hari," jawab wanita paruh baya itu dengan senyum lembutnya.

Matanya kemudian berkedip beberapa kali, kemudian menatap wanita paruh baya itu. "Anda ... siapa?"

Wanita itu terlihat kaget mendengarnya. "Apa?"

Yang ditanya hanya menelan ludahnya dengan susah payah. "Kenapa ..., Aku berada di sini?"

Wanita paruh baya itu menatap pria dingin di sampingnya dengan kaget. Beberapa saat kemudian, wanita paruh baya itu kembali menatapnya. "Kau tidak ingat kejadian itu dan ..., Kami?"

"Hah! Omong kosong apa ini?!" Pekik pria mengerikan tadi.

"Anna, coba periksa dia." Kata wanita paruh baya lainnya yang ada di sana.

Anna, wanita paruh baya lembut itu makin mendekat padanya. Menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Kau tahu siapa namamu?"

Pelan, kepalanya menggeleng.

"Umur?" Tanya Anna, mendapatkan gelengan kembali. Anna terlihat syok dan menatap si dingin kembali. "Darren ..." Lirihnya, lalu menangis kencang. Pria bernama Darren segera memeluk tubuh Anna yang terguncang hebat.

Tekanan di bahunya membuatnya meringis dan menatap ke samping. Dia mendapati pria mengerikan itu sedang menatapnya dengan sangat tajam. "Dengar. Kau, adalah Rabella. Istriku."

"Alva! Apa yang kau lakukan?!" Pekik pria paruh baya yang lainnya.

Rabella hanya bisa menatap mata tajam itu yang masih terarah padanya.

"Kita menikah 3 hari yang lalu. Denganku. Alva. Alva Damian Phillips."

"Alva!!"

Rabella mengedipkan matanya beberapa kali. "Namaku ..., Rabella?"

Alva mengangguk. "Rabella Reinhard."

Saat itu, tubuh Rabella kembali lemas. Namanya terasa sangat membebaninya sehingga membuat Rabella hanya dapat mengikuti kegelapan yang menariknya dengan kuat.

Masih comming soon. Jadi tunggu aja kelanjutannya

Bastard Husband, Cold Wedding [Sequel Cold & Bastard Devil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang