| 1 | Bertolak belakang ◡̈

241 69 73
                                    

"Hidup itu simple, yang bikin rumit itu diri Lo sendiri. Lakuin apa yang Lo mau, tapi inget pake otak! Jangan pake hati, karna hati itu selalu berjalan diluar logika."

~Langit Attharendra~

°°°

Pagi ini begitu cerah, namun tentu saja hari ku yang bahkan tak pernah secerah langit.

Hari ini aku sudah siap dengan seragamku yang sudah sedikit lusuh, sepatu yang agak koyak, dan tas kesayanganku yang bahkan warnanya sudah pudar. Hanya tas ini pemberian ayahku yang masih tersisa, semuanya sudah hilang, sebenarnya bukan hilang, hanya saja sudah hangus di bakar oleh ibuku.

Baru saja aku akan membuka pintu keluar, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tas ku keras, sampai-sampai aku terjerembab ke lantai.

Brukk!

Bibirku meringis pelan, karna luka di bagian kakiku yang masih belum sembuh.

"Uang!"

Satu kata yang sering Ibuku katakan, iya, "uang."

Meski ku akui aku memang tidak punya uang yang lebih, bahkan uang yang aku punya sekarang adalah uang yang aku pakai untuk membayar SPP bulan kemarin tapi, aku tak bisa menolak, ku ambil uang di sakuku, lalu ku berikan pada Ibuku.

Bukannya menerimanya namun ibuku malah menepis tangan ku keras, "CIH, MANA CUKUP! DASAR ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG!"

Ibuku lantas menyeret diriku sampai ke teras depan, lalu setelah itu dia bergegas kedalam rumah, sambil membanting keras pintu.

°°°

Dengan langkah yang sedikit pincang, aku akhirnya sampai didepan kelasku, kelas 12 IPA 2.

Aku menyisir pendanganku ke ruangan kelas, dan sudah seperti biasanya, semua siswa/siswi yang ada di dalam sana melihatku dengan pandangan jijik.

Huft!

Aku menghembuskan nafas kasar, mencoba untuk kembali kuat di setiap harinya.

Aku sampai di bangkuku yang paling pojok, baru saja aku akan menempatkan bokongku di kursi, namun lagi-lagi ada saja orang yang menggangguku.

"Sini, mana tugas gue!" ucap gadis yang berparas cantik, namun sayang hati dan sifatnya tak secantik fisiknya, dia Rossalia Maharani, dengan segera aku mengambil buku tugas Rossa dari tasku, lalu memberikannya pada Rossa.

Rossa lalu melihat hasil kerja ku, awalnya dia tersenyum tipis, namun saat membuka lembar tugas bagian akhir, tiba-tiba saja dia langsung menunjukkan raut wajah murka.

Dengan tidak berperasa, Rossa melempar buku itu ke wajahku.

"Bisa gak sih Lo ngerjain itu bener? Itu tugas gue masih belum lengkap tolol! Nomor 8 sampe 10 masih kosong!" Rossa yang geram, lantas menjambak keras rambutku.

Sial, lagi-lagi sifat pelupa ku berulah. Aku lupa menyalin jawabanku pada buku Rossa di nomor itu, karna semalam aku ketiduran.

"Aww, lepas!" cicitku pelan, rasanya rambut dari kepalaku akan lepas semua.

"Bagus Sa, lagian dia gak guna sih, hahahaha." Ucap Nindi, ya dia teman Rossa.

Tiba-tiba saja datanglah sosok laki-laki berbadan tegap, rahang yang keras, mata tajam, lalu dengan penampilan yang sedikit urakan.

BRAKKK!

Laki-laki itu menggebrak meja yang di tempati oleh ku.

Gerakan tangan Rossa yang sedang menjambak rambutku terhenti seketika, aku bersyukur Karena itu, dia penyelamatku ... Tapi,
"loh, kok Lo malah berhenti sih Rossa? Lanjutin aja haha, lumayan hiburan di pagi hari." ucap laki-laki yang hampir saja aku cap sebagai penyelamat, tidak, bukan hampir, melainkan sudah aku cap.

Dia, Langit Attharendra.

Dengan smirk liciknya, ia lalu duduk di depan bangku tempat dudukku.

Sial.

Langit itu tempat nyaman kedua ku, namun langit yang ini ... Ah sial, sudahlah.

Aku bersumpah, aku sangat tidak rela orang di depanku ini bernama langit.

°°°

Naya Rivera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naya Rivera

Langit Attharendra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit Attharendra

BUMANTARAWhere stories live. Discover now