[ Lano - 38 ]

84 18 0
                                    

"Lalak! Ayok!" seru salah seorang teman kelas Lala.

Lala menatap ia sekilas, lantas kembali menulis tugas yang sudah ditunggu dosen. Setelah menulis kata terakhirnya, ia segera beranjak untuk menyusul Kristia, temannya yang sedari tadi setia menunggunya.

Sekarang adalah pukul dua siang, dan kebetulan hari ini adalah hari terakhir dirinya UAS. Masih ada beberapa jam sebelum siaran, dan Lala berniat menggunakan waktunya untuk beristirahat. Menidurkan dirinya yang akhir-akhir ini bergadang sepulang siaran.

Berfokus pada dua hal sekaligus ternyata tidak semudah bayangannya. Jam tidur Lala menjadi sering berantakan. Bahkan tak jarang ia tertidur di perpustakaan kampus di sela-sela tugasnya menjadi mahasiswa. Parahnya lagi, ia sering merasa tidak enak kepada sesama temannya jika ia tidak bisa mengikuti kerja kelompok yang kebetulan bertabrakan dengan jam kerja.

"Lak, bentar lagi kan mau libur semester, nih. Lo ada info loker nggak?" tanya Kristia.

Lala menggeleng. "Nggak tau," jawabnya. Ngomong-ngomong, ucapan Kristia barusan mengingatkan Lala tentang satu hal. Libur semester sudah dekat, itu tandanya Lala bisa sedikit beristirahat sekarang. Sudah tidak lagi dipusingkan oleh tugas kuliah selama dua minggu ke depan.

"Emang lo nggak pulang ke rumah?" kini giliran Lala yang bertanya, mengingat Kristia adalah anak rantau dari Bogor.

"Pengennya, sih, kerja. Biar ada pemasukan gitu, Lak. Tapi kalo nggak dapet, ya, pulang aja deh. Minta uang saku."

Lala ber-oh ria. Ia tidak bisa memberi masukan atau saran yang berarti mengenai permasalah Kristia.

Meskipun lelah menyapa setiap malam, rasanya sampai ingin menyerah detik itu juga. Kepala seperti akan pecah, semuanya terlihat rumit. Ingin berhenti pada salah satunya, tapi Lala ingin mendapatkan keduanya.

Serakah memang watak manusia, dan berusaha adalah jalannya. Boleh saja menjadi tamak, asal mau berjuang dengan lapang dada.

Senyum melengkung di sudut bibir. Ternyata, benar kata Reno.

Setiap malam, kamu memang harus bersyukur atas apa yang kamu dapat hari ini, tapi bukan berarti kamu bisa menerima begitu saja tanpa melakukan pergerakan untuk menunjang perubahan. Itulah mengapa, di setiap pagi kamu harus berjuang yang terbaik untuk hari ini. Berjuang sepenuh tenaga, agar kemudian bisa kembali merasakan syukur di saat malam tiba.

***
Menghela nafas pasrah, lantas segera bergegas bersiap. Huft,  Lala bahkan baru saja memejamkan matanya. Kali ini kepalanya terasa sedikit berat,  mungkin ini efek dari dirinya yang terus-terusan bergadang karena belajar. Apalagi ia yang sedang dalam masa UAS. Belum lagi tuntutan tugas-tugas dari dosen yang Lala kerjakan kilat di tempat kerja. 

Melelahkan, tapi mau bagaimana lagi? Di luar sana,  banyak manusia yang menginginkan posisi Lala sekarang.

Lala membuka pintu P.7 FM. Tidak seperti biasanya,  hari ini stasiun radio dalam bentuk ruko dua tingkat itu sedikit ricuh. Beberapa penyiar yang sudah habis jamnya saja, bahkan masih ada yang belum pulang. 

"Kak Ririn? Kok belum pulang?" Tanya Lala pada salah satu rekannya yang mendapat jadwal siang. Lala bertanya setengah berbisik, mengingat semua manusia di sini menampilkan wajah tegangnya. Menandakan bahwa sepertinya ada yang tidak beres. 

"Ada sedikit masalah Lak," Jawab Ririn yang juga berbisik. "Susunan jadwal dan random acara di komputer tiba-tiba hilang. Materi buat siaran besok juga ikut hilang. Jadi, malam ini semua penyiar diminta buat meeting dadakan bersama rekannya masing-masing untuk cari materi buat besok pagi, " Jawab Ririn. 

Lala menyerngit. Hilang? Bagaimana bisa? Setengah tahun ia bekerja di sini, baru kali ini ia menemukan masalah yang demikian.  Jika didengar dari cerita Ririn, sampai saat ini dugaan terbesar menjurus pada admin yang lupa me-save-as sebelum komputer dimatikan.

"Eh, Lak. Kamu nggak mau prepare?  Sepuluh menit lagi, jadwalnya kamu, tuh," ingat Ririn.

Ah, ya! Terlalu fokus berfikir, Lala sampai lupa bahwa sebentar lagi adalah jadwalnya siaran. 

Setelah berpamitan dengan Ririn,  Lala segera menemui Regar. Cowok itu terlihat fokus dengan pensil dan kertas di mejanya.

"Kak?" sapa Lala. Ia ikut mendudukkan diri di sebelah Regar. "Materi kita juga ilang, Kak?" tanya Lala. Ia melirik ke arah kertas yang sedang dipegang oleh Regar. Di sana tertulis jadwal dan sedikit rangkaian materi dengan tulisan tangan. 

"Iya, Lak. Bahkan yang untuk malam ini juga ikut hilang," jawab Regar. 

Kening Lala lagi-lagi bergelombang.  Merasa benar-benar dalam masa yang tidak baik sekarang. Apalagi ucapan Regar yang mengatakan bahwa ia besok harus berangkat lebih awal karena harus menyusun jadwal dan berita acara untuk satu bulan ke depan. Data yang hilang itu benar-benar tidak bisa diselamatkan.

Padahal, besok  Lala berencana untuk berencana untuk beristirahat total. Malam ini saja kepalanya sudah terasa pening, tapi mau tidak mau ia harus memaksa raganya untuk  bekerja, dan besok, lagi dan lagi Lala harus kembali memaksa dirinya lebih awal. 

***

Reno menatap layar ponsel yang menampilkan aplikasi streaming P.7 FM dengan kening bergelombang. Benar kata Diego, cracker itu sudah mulai beraksi sekarang. 

Tidak biasanya aplikasi itu menampilkan permintaan menunggu lama. Padahal, biasanya, tanpa ada kata loading, ponsel itu akan langsung berbunyi ketika aplikasi dibuka. Tapi pagi ini, yang terlihat justru demikian. 

Menurut Diego, para cracker itu memulai aksinya dengan menghilangkan jadwal, dan susunan acara yang telah mereka persiapkan sebulan sekali. Setelah itu yang mereka hilangkan adalah materi. Tanpa persiapan materi, seorang penyiar tentu akan kebingungan dalam berbicara agar selalu lurus berada dalam topik yang sama.

Padahal, sekarang kan jamnya Lala siaran. Sepertinya hari ini Reno akan sedikit terlambat dalam rangka mendengarkan suara gadis itu.

Reno mendengus. Tidak ingin berlarut dalam memikirkan pekerjaan Lala, pekerjaannya saja baru setengah jalan. Pagi ini ia mendapatkan client dari negara asalnya, Indonesia.  Seorang guru yang memintanya dibuatkan website agar pekerjaannya dalam belajar mengajar menjadi lebih ringan. 

Bukan tugas yang terlalu sulit untuk Reno. Tangannya yang sudah terampil mengetikkan huruf demi huruf secara cepat. Matanya awas untuk setiap kesalahan. Dalam membuat website seperti ini, semakin panjang ketikan,  maka semakin sulit pula revisi di akhir. Maka dari itu setelah mengetikkan satu perintah, Reno segera langsung mengecek hasil ketikannya apakah ada yang error atau tidak.

"Hey you! Selamat malam dan selamat bergadang! Balik lagi sama gue Regar, dan temen gue, ...."

"Lalak."

"Di siaran malam P.7 fm! Stasiun radio teremaja, paling masa kini!"

Mendengar itu, Reno menarik sudut bibirnya.

Suara itu akhirnya bisa ia dengar kembali.

Reno segera mengecek jam yang tertera di layar monitornya.

Siaran sesi mereka terlambat sepuluh menit, dan siaran sebelumnya terdengar tanpa persiapan. Seperti dua orang yang baru belajar menjadi penyiar, dan percakapan mereka melebar kemana-mana.

Belum menjadi perkara yang darurat menurut Reno. Apalagi Diego tadi sempat berkata bahwa mereka tidak sadar bahwa system mereka yang rusak dan justru menyalahkan admin yang kurang teliti dengan tidak me-save as semua data yang hilang itu.

Lagi-lagi Reno menarik sudut bibirnya tipis.

Ini baru awal.

***

Hai? Gimana menurut kamu?

LANOWhere stories live. Discover now