[ Lano - 10 ]

115 30 0
                                    

"Kasih tau gue, dimana rumah lo, atau gue nggak akan turunin lo!" ancam Regar. Ini adalah kali kedua ia mengantar Lala pulang kerja. Dan karena hari ini kebetulan ia membawa mobil Jeep nya, Regar memaksa Lala untuk mengatakan di mana rumahnya, dan ia akan mengantarkannya sampai depan rumah.

"Nggak usah kak, gue mau ambil barang dulu di warung bunda," Lala beralasan. Matanya bergerak gelisah, mencari alasan yang sekiranya membuat Regar mau mendengarkannya.

Tapi dari sekian banyak alasan yang ia buat, Regar masih tetap pada pendiriannya. Ia kekeh akan mengantar Lala sampai depan rumah.

"Ya udah deh." Lala menyerah. Dalam hatinya ia merapalkan doa agar bundanya tidak di rumah. "Maju dikit, rumah pager hitam no 25."

Regar mengangguk, dan segera menjalankan mobilnya untuk mengikuti instruksi Lala.

Ternyata, nasib baik tidak sedang berada di pihak Lala. Lala membulatkan mata begitu ia melihat bundanya terlihat sedang menyapu teras.

Duh gawat

"Itu bunda lo?" tanya Regar. Lala mengangguk ragu. Mulutnya benar-benar bingung mau menjawab apa. Ia tak ingin Regar berkenalan dengan bundanya.

"I-iya. Lo mau langsung balik kan kak? Ati-ati ya kak! Gue turun dulu," ucapnya cepat sembari  melepas sabuk pengaman, dan semakin panik ketika melihat Regar melakukan hal yang sama.

"Gue ikut turun deh, tuh liat bunda lo udah ngawasin kita. Nggak enak lah kalo gue langsung cabut gitu aja."

"T-tapi kak."

"Kenapa sih? Ada yang lo takutin?" curiga Regar. Lala terpaksa menggeleng dan membiarkan Regar melakukan keinginannya. Otaknya kini sudah buntu mencari alasan.

"Assalamualaikum, tante." sapa Regar sembari mencium tangan Marisa.

"Waalaikumsalam. Temennya Lala ya? Wah makasih ya udah repot-repot nganterin Lala. Sini-sini masuk, mampir dulu." Lala semakin tidak tenang mendengar bundanya memperlakukan Regar dengan baik sebagai tamu. Karena kalau Regar mengiyakan, ia akan semakin lama di sini.

Tapi ternyata dugaannya salah. Regar menjawab dengan jawaban yang bisa membuat Lala bernafas lega.

"Nggak usah tante, udah malam. Saya langsung pamit aja."

"Loh, kok buru-buru? Masuk dulu aja,"

Jangan mau kak, jangan mau.

"Lain kali tante sudah malam," tolaknya halus, dan Regar segera pamit untuk pulang.

Setelah kepulangan Regar, Lala segera pamit untuk masuk kamar. Ia mengatakan hari ini ia sangat lelah, untuk menghindari percakapan dengan bundanya.

***

Kak Regar : Bunda lo baik, besok gue mampir deh.

Satu pesan masuk, membuyarkan lamunan Lala. Terlebih isi pesan itu yang membuatnya menggeleng tidak mau.

Lala segera mengetikkan pesan balasan. Bertanya untuk apa Regar mampir ke rumahnya? Kalau tau akan terjadi seperti ini, besok-besok ia tidak mau lagi pulang bersama Regar.

Bukannya pesan jawaban yang didapatkan Lala, gadis itu justru menerima panggilan dari Regar.

"Halo?"

"Halo Lak? Belom tidur?" tanya Regar. Suaranya terdengar masih segar untuk waktu yang sudah larut malam.

Lala melirik ke arah jam dinding. Nampak jarum pendek di angka 11. "Belum kak. Kenapa nelpon?" tanyanya to the point. Jujur saja sebenarnya Lala sedang malas berbicara dengan siapapun malam ini.

LANOWhere stories live. Discover now