[ Lano - 39 ]

86 21 6
                                    

"Entschuldigung, das ist die Reihenfolge." (Permisi, ini pesanannya)

Seorang pelayan menyediakan makanan yang dipesan Reno. Sebuah roti kebab ala Turki bersama kopi panas yang mengepul terdengar memanggil perut Reno yang memang sedari tadi sudah berteriak minta diberi makan.

"Danke, Kinara." (Terimakasih, Kinara) ucap Reno sembari menaik turunkan alisnya.

Kinara mendengus, mendapati pelanggannya yang kini sedang menatapnya lengkap dengan senyum ramahnya.

"Ternyata, lo. Tau gitu, gue suruh lo ambil makanan sendiri di dapur. Dasar manja!" celoteh Kinara.

Reno terkekeh pelan. "Ich bin der Käufer und der Käufer ist der König." (Saya ini pembeli, dan pembeli adalah raja)

Kinara tertawa mendengarnya. Mengetahui kemajuan Reno dalam berbahasa terlihat pesat ia menepuk pundak Reno pelan. "Murid Pak Carl yang baik."

"Sialan." umpat Reno. "Lo pulang jam berapa? Gue mau ajak lo makan di rumah. Mie instan kiriman nyokap udah sampe tadi pagi."

Kinara membelalakkan mata antusias. "Beneran? Asyik! Tiga puluh menit lagi gue selesai, dan lo jangan kemana-mana!"

***
Mie instan adalah makanan pokok anak rantau, begitu slogan Kinara beberapa hari yang lalu. Saat itu gadis itu mengeluh karena di supermarket ia tak menemukan satupun mie dengan cita rasa Indonesia.

Tapi hari ini, terimakasih banyak kepada Reno! Karena dia, sore ini Kinara bisa menikmati mie kuah spesial dari Indonesia, langsung dibuatkan oleh sang tuan rumah.

"Ngomong-ngomong, lo beli beneran di olshop sana? Nggak rugi di ongkos?" Kinara bertanya. Gadis yang sedang duduk manis di meja pantry dapur rumah Reno terlihat tidak melakukan pekerjaan yang berarti kecuali memainkan ponselnya.

"Nggak papa. Masih itungan murah," ujar Reno santai.

"Hmm, sultan mah beda."

Reno terkekeh pelan. Tidak terlalu mengindahkan ucapan Kinara. Lagipula, harganya memang tidak seberapa karena mie ini ia dapatkan dari mamanya, yang artinya, Reno tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk mendapatkan mie ini.

Mie instan ala Indonesia memang termasuk jajaran makanan favorit semua kalangan, termasuk Reno dan Kinara. Pembuatannya pun tidak memerlukan waktu lama. Cukup lima belas menit, dua porsi mie kuah lengkap dengan sosis, telur ayam, dan beberapa potong sayuran sudah siap tersaji di meja.

"Mantap!" seru Kinara. Tanpa ba-bi-bu, gadis itu langsung menyambar sumpit dan mulai mengaduk mienya.

"Ngomong-ngomong, kapan lo mulai hari pertama kuliah?" tanya Kinara. Gadis itu terlihat sedang meniup pelan mie yang mengepul panas sekarang.

Reno menggeleng. Tidak tau lebih tepatnya. Atau lebih tepatnya lagi ia tidak peduli. Benar-benar tidak minat dengan kegiatan itu meskipun ia sudah berada di sini sekarang.

"Gue pengen pulang aja, rasanya." keluh Reno, jujur.

Mendengar itu, Kinara menatap Reno cukup lama, sedang cowok itu tidak sadar ditatap Kinara. Kinara merasa tidak tega dengan cowok dihadapannya setelah mendengar penuturan jujur cowok itu. Kebebasan dalam menentukan masa depannya direnggut oleh ayahnya sendiri.

Cowok yang malang.

"Udah, lah, Ren. Sekarang ini yang lo bisa lakuin, ya, bersyukur. Mungkin jadi sarjana di negeri orang adalah jalan terbaik buat lo. Nikmati aja prosesnya. Proses lo akan menjadi beban, kalau lo nya sendiri nggak bisa ikhlas menerima."

LANOWhere stories live. Discover now