[ Lano - 13 ]

109 26 0
                                    

"Oke guys, kembali lagi sama ReLa di sini!" sapa dua orang penyiar radio yang tak sengaja Reno putar. Mulanya ia ingin mendengarkan podcast, tapi entah mengapa jarinya menekan aplikasi radio pada ponselnya.

Reno seperti mengenal suara salah satunya, itulah mengapa ia mengurungkan niat awalnya.

Setelah menyambungkan ponselnya dengan speaker bluetooth, Reno meletakkan ponselnya di nakas, lalu bergerak menuju pantry untuk membuat kopi dengan alat penggiling kopi mini yang memang tersedia di apartemen milik angkasa.

"Jadi kita sekarang ada di sesi apa nih Lak?" tanya penyiar laki-laki dengan suara renyahnya. Reno akui suara cowok itu memang enak untuk di dengar.

"Mmm apa ya kak? Kak Regar maunya sesi apa?" tanya balik si penyiar perempuan yang Reno yakin ia adalah Lala.

Oh jadi namanya Regar.

"Terserah lo deh, gue ngikut apa maunya perempuan. Apapun mau lo, gue jabanin dah."

Dih apaan cowok ini, goda-godain Lala. Kesenengan si Lala.

"Jadiiiiiiiii, kita masuk di sesi curela." suara Lala kembali terdengar. Kali ini mengatakan kata terakhir dengan nada. Reno yang mendengar itu, entah mengapa tersenyum tiada arti. Tiba-tiba saja dalam sekelebat bayangnya ia membayangkan Lala berkata demikian di depannya.

Ah, ngomong-ngomong suara Lala boleh juga. Tak heran jika saat SMA ia selalu mendapat nilai tinggi di bidang kesenian.

"Curhat bareng Regar Lala!" ucap keduanya dengan meriah.

"Jadi, untuk kalian yang baru saja mampir di p7 fm, dan untuk yang pertama kalinya dengerin suara kita, gue kasih tau nih guys. Curela adalah sesi kita berdua bakal bacain semua surat cinta tanpa nama. Jadi, bagi kalian yang pengen ngungkapin perasaan ke doi, tapi nggak berani, atau masih ragu, boleh banget kalian dm/kirim WhatsApp ke kita. Di jamin, privacy kalian aman di sini," Regar menjelaskan.

Reno tersenyum lagi. Boleh juga acara mereka berdua. Kapan-kapan bisa nih Reno ngerjain Lala melalui acaranya sendiri. Membayangkan Lala yang berhasil ia jahili saja sudah bisa membuat hatinya bahagia, apalagi kalau sampai terealisasikan?

Sedang asyik Reno mendengarkan siaran radio, suara bell pintu rumahnya terdengar membuyarkan fokusnya. Mau tidak mau Reno harus melihat siapa yang datang bertamu sepagi ini. Apalagi yang tau keberadaanya sekarang hanya segelintir orang, dan yang sering ke sini hanya Angkasa dan Gio. Reno yakin bukan kedua temannya itu yang datang berkunjung karena sebelumnya, ia sudah mewanti-wanti agar mereka tidak datang pagi-pagi, karena jam pagi adalah jamnya Reno beristirahat.

"Mama?" tanya Reno pada dirinya sendiri, setelah mengecek siapa yang datang pagi ini. Meskipun ragu, Reno tetap membuka pintu.

"Reno!" seru Sisy begitu melihat anak lelakinya membuka pintu. Ia langsung memeluk Reno dan mengatakan bahwa ia sangat merindukan Reno.

Reno sendiri hanya bisa diam Tidak tau mau berkata yang seperti ini apa. Setelah adegan berpelukan di pintu cukup lama, Reno mempersilahkan untuk mamanya masuk ke dalam apartemen yang ia tinggali sekarang.

"Tea or coffe?" tawar Reno begitu Sisy sudah duduk manis di sofa ruang tamu.

Reno merasa ada jarak antara ia dan mamanya. Mungkin sejak kepergiannya. "Apa aja terserah kamu." jawab mamanya.

Reno memilih membuatkan mamanya teh, karena ia tau setiap pagi mamanya sering meminum teh. Setelah meletakkan secangkir teh panas di meja, Reno kini duduk berhadapan dengan Sisy.

"So, what brought you here, ma'am? If you want me to come home, sorry, I won't," ucap Reno to the point. Ia sendiri masih bertanya siapakah yang memberi tau keberadaannya di sini. Apakah Angkasa, atau kah Bintang? Atau jangan-jangan Lala? Tidak mungkin, Lala kan tidak mengenal mamanya.

Alih-alih menjawab, Sisy justru menatap wajah lelah putranya dengan. Ia menduga Reno pasti bermain game sampai pagi, seperti biasa.

"Your eyes look tired, Reno. Do you feel annoyed, if mom comes early like this?"

Reno terdiam. Mamanya masih saja memberinya perhatian di saat dirinya mencoba mendinginkan sikapnya. Tapi Reno bisa apa selain ? Jika selama ini ia luluh karna sikap mamanya, kali ini Reno akan mencoba untuk lebih keras sedikit untuk mempertahankan egonya. Ia ingin dimengerti juga, baik oleh papanya atau mamanya.

"Mama datang ke sini, sudah jelas karena mama benar-benar merindukan anak laki-laki mama." Sisy masih berkata tenang. Tidak terusik sedikitpun dengan sikap Reno. Dalam lubuk hatinya ia justru senang dengan Reno yang sekarang. Reno yang berani berbicara, bukan Reno yang hanya diam tapi sebenarnya ia memendam.

Reno masih terdiam, dan menunduk. Sisy tau pasti putranya ini merasa canggung. "Mama mau masak, kamu punya persediaan bahan makanan apa?" tanya Sisy berusaha mencairkan suasana. "Jangan bilang kamu cuma punya mie."

"Lihat aja ma, di kulkas." tukas Reno akhirnya. Masih tidak mengerti dengan kedatangan mamanya kemari.

Sisy lantas beranjak menuju dapur, dan membuka kulkas. Mulai memasak, membiarkan putra sematawayangnya bergelut dengan pikirannya.

Setengah jam berkutat di dapur, Sisy memanggil Reno untuk bergabung dengannya di meja makan. Nampak dua porsi mie goreng dengan satu gelas jus wortel buatan mamanya mengundang selera makan Reno.

"Jus wortelnya diminum dulu, biar matanya nggak berubah jadi mata panda," ujar Sisy. Wanita itu turut duduk bergabung dengan Reno setelah menyelesaikan semua cucian piring yang baru saja ia gunakan untuk memasak.

"Oh iya, Ren. Papah kamu titip salam, katanya kalau kamu nggak mau kuliah di Indonesia, papah kasih kamu kesempatan buat kuliah di luar. Di negara mana aja, terserah kamu."

Reno menarik senyumnya. Sangat kecil sekali hingga tidak bisa dirasakan oleh Sisy. Sudah ia duga, mamanya datang pasti dengan membawa pesan dari papanya.

***

Reno Mahen : Jalan yuk!

Satu pesan masuk membuat kening Lala berkerut. Tidak biasa-biasanya Reno mengiriminya pesan seperti ini.

Lala : Sama siapa?

"Lak? Ayo sesi terakhir!" suara Regar terdengar mengalihkan perhatian Lala. Ia mengangguk dan membiarkan Regar untuk masuk lebih dulu ke ruang siaran, dan Lala akan menyusulnya.

Sebelum siaran, Lala terbiasa untuk minum air putih terlebih dahulu untuk membasahi tenggorokannya.

Selesai minum air, Lala segera memasukkan semua barangnya ke dalam tas, dan segera bersiap untuk kembali bekerja. Tapi saat Lala sedang memasukkan semua barang-barangnya, notifikasi di ponselnya membuat keningnya berkerut ke-dua kalinya. Ia merasa heran dengan orang yang mengiriminya pesan barusan.

Reno Mahen : Sama gue.
Reno Mahen : Berdua hehehe.

Hah? Tumben sekali.


***

Follow me on ig :

@dewiwlndd_

open fb, dm. @bydewik_

LANOWhere stories live. Discover now