Getaran

0 0 0
                                    

Antony merasakan getaran yang berbeda. Ada hasrat terpendam yang menggelegak rasanya. Seakan menuntut Antony untuk memuaskan hasrat tersebut.
Namun, logikanya masih waras.
Perempuan di hadapannya ini adalah orang asing. Dia tidak mengenalnya dengan baik.

Belum lagi, siapa tahu perempuan ini adalah orang suruhan kompetitor bar tempatnya bekerja. Kemungkinan apapun bisa saja terjadi.

Tetapi pesona Mareta memang sulit dihiraukan oleh Antony. Terlalu indah. Terlalu menggoda untuk dilewatkan begitu saja.

Antony gamang.

Sementara Mareta yang belum bergeser dari posisi duduknya seakan menangkap kegalauan hati Antony. Tarik ulur bak memainkan layang-layang menjadi pilihan permainan yang menarik menurut Mareta kali ini.

"Kamu mau aku kupasin apel?" tanya Mareta pada Antony yang terlihat menelan air liur beberapa kali di depannya.
"B.. Bboleh."

Antony sempat gugup. Tidak menyangka Mareta menawarkan hal itu. Padahal sebenarnya ia bisa melakukannya sendiri.

Mareta berdiri dan mengambil apel serta pisau yang ada di sebelah keranjang buah itu. Dan kembali duduk di tempat semula. Lalu mulai mengupas. Antony tidak melepaskan pandangannya dari Mareta. Setiap gerakan Mareta lekat-lekat dipandangnya.

Sesekali payudara dengan putingnya yang menjiplak di tanktop rajut itu bergerka karena gerakan tangan Mareta. Menambah keindahan pemandangan pekan itu.
Diamati oleh Antony membuat Mareta makin ingin menggoda Antony.

Ah dia malu-malj tapi mau. Demikian yang ada di beak Mareta.

Diletakkannya potongan apel yang telah dikupas di bibir, berharap Antony mengambilnya dengan bibir juga. Tetapi, Antony malah mengambil memakai tangan kanannya.

Mareta agak kesal. Antony tahu kekesalan Mareta.

Potongan kedua kembali Diletakkannya di tempat yang sama. Dan Antony masih melakukan sama seperti cara pertama.
Yang ketiga ketika Antony mengunyah potongan apel itu, tiba-tiba Mareta mengecup bibir Antony dan mengisapnya. Lidahnya merangsek ke maju dna berusaha membuka bibir Antony yang belum terbuka penuh. Memaksanya untuk membuka bibir. Tidak selesai di situ saja, Mareta sangat agresif mengisap lidah dan bibir atas serta bawah secara bergantian.
Meskipun Antony cukup gelagapan menerima serangan Mareta, tetapi Antony pun menikmatinya.

Kedua insan yang sedang haus pemenuhan hasrat seakan menemukan lawan yang imbang. Beberapa menit berlalu. Mareta mulai memegang tangan kanan Antony dan mengarahkannya ke payudaranya. Sebuah kode agar Antony meremas, memilin, dan memainkan dadanya yang mancung indah itu.
Untungnya Antony paham. Dipuaskannya hasrat perempuan asing tersebut dengan meremas-remas kuat. Kali ini tangan kirinya ikut andil di payudara sebelah kiri juga.

Mareta melenguh dalam keadaan bibirnya masih mengulum bibir Antony sambil memejamkan mata. Nafasnya mulai pendek dan terengah.

"Selamat sor... re, pak Antony..." seorang perawat pria tiba-tiba mengetuk pintu dan langsung membuka. Petugas yang akan meneriksa tanda vital Antony.

Ketiganya kaget.

Nouva VitaWhere stories live. Discover now