Godaan

1 0 0
                                    

Setelah memeriksa tensi Antony, perawat itu merapikan alat-alatnya dan mencatat hasil serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien di hadapannya itu.

Mareta tidak mau ketinggalan kesempatan. Dengan nada yang cukup mendayu, dia berkata pada perawat itu, "Mas, aku mau juga dong, ditensi."

"Engg...."
"Boleh, kan, minta tolong dikit aja."

Raut muka perawat itu tampak sedikit kebingungan. Memandang Antony dan Maret secara bergantian seakan bertanya meminta persetujuan keduanya.

Antony menyetujui. Menyilakan.

"Iya, Mas. Tolongin dia. Boleh kan? Nanti bill nya dimasukkan ke dalam tagihan kamar saya saja engga papa kok."
"Engg...."

Perawat itu tampak ragu.

Sementara Mareta makin pose menggoda. Ingin mengetes kedua laki-laki di depannya.

Ternyata Antony diam-diam juga menikmati peristiwa di depannya itu.

"Bukan masalah bill, kok, Pak. Tetapi....Engg... Gimana ya? Ah, baiklah. Mau dimana posisinya?"

"emang harus rebahan ya?"
"Engga juga sih... Tetapi itu lebih baik."

Tanpa sengaja Antony memandang ke arah pangkal paha perawat itu. Tampak ada yang menggembung di balik celana putihny.

Mareta rebahan di samping Antony.
Buah dadanya tampak menyembul di balik knit tanktop yang dipakainya. Apalagi dengan puting susu yang tak dibungkua oleh bra itu. Kedua lelaki di depannya pasti tahu bahwa ia tidak memakai bra.

Saat perawat memasang manset, Mareta sengaja sedikit bergerak dan menempel serta menggesekkan dadanya pada lengan perawat itu.

Meskipun perawat cukup kaget tetapi tampak menikmatinya.

Antony masih tetap mengamati Mareta dan perawat itu. Dengan pangkal paha yang juga menggembung. Membayangkan sesuatu yang menarik bila dilakukan bertiga di dalam kamar itu.

Nouva VitaWhere stories live. Discover now