9 | Rasa Yang Kusebut Luka

4.7K 919 766
                                    

Hari kemarin berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan bekas apa-apa selain retakan panjang yang semakin membuat cacat di dada. Bahkan setelah Gara mencuri dengar pembicaraan Mama dengan Raja di meja makan, yang ia lakukan hanya diam dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Saat Raja mendekat untuk mengajaknya bicara, ia hanya menjawab seadanya lalu mengatakan bahwa semua baik-baik saja.

Namun, ternyata diamnya justru membawa ia pada rindu yang tak bermuara. Gara terjaga sampai larut malam dengan foto Papa yang ia bawa ke ranjang. Tidak ada keluh yang ia bagi, karena ia hanya ingin diam dan menikmati. Mengenang hari-hari sebelum Papa pergi. Saat semua masih terasa begitu mudah. Saat ia masih bebas menentukan ke mana ia akan melangkah.

Lalu malam panjang itu Gara habiskan dengan tangis yang setengah mati ia tahan. Dengan keluh yang hanya akan ia simpan. Sampai akhirnya ia terlelap dengan foto Papa yang ia peluk, hingga fajar membangunkan.

Akan tetapi, cowok itu memilih tinggal di atas ranjang. Mencoba menghitung detik sampai mentari benar-benar naik ke permukaan. Ia menatap lagi foto Papa yang ternyata masih berada dalam pelukan, merekam garis tegas wajah Papa yang diam-diam ia abadikan juga dalam ingatan.

"Selamat pagi, Pa," bisik Gara datar. Mencoba membayangkan jika Papa ada di sana dan menyambut paginya, seperti dulu, saat lelaki itu masih ada.

Namun, membayangkan semua justru membuat luka yang sudah ia coba pendam semalaman kembali terbuka. Cowok itu menggenggam lagi foto Papa, berusaha meluapkan perasaannya di sana. Hingga suara langkah kaki terdengar dari luar dan mendekat ke kamarnya. Itu Mama. Buru-buru Gara memasukkan foto Papa ke dalam selimut lalu kembali memejamkan mata.

Dalam pejamnya, ia bisa menangkap langkah Mama melewati pintu kamarnya yang selalu ia biarkan terbuka. Ia benci ruang tertutup dan untuk itu ia tidak pernah menutup pintu kamarnya.

Gara bisa merasakan kehadiran Mama. Wanita itu duduk di sisinya dan mengusap kepalanya. Hangat. Sentuhan sederhana ini membuatnya merasa berharga. Sampai akhirnya wanita itu membuka suara.

"Masih pules banget tidurnya. Pasti capek banget, ya, Sayang? Maafin Mama, ya. Kerjaan Mama bikin waktu Mama buat ngurusin kamu jadi berkurang."

Kemudian Gara merasakan kecupan singkat di keningnya. Tetapi setelahnya getar suara Mama berbeda.

"Mama mungkin keterlaluan sama kamu. Maaf, kalau Mama bikin kamu nggak nyaman. Tapi Mama lakuin semuanya karena Mama nggak mau kehilangan kamu, Gar. Mama sayang sekali sama kamu. Demi Tuhan, Mama sayang kamu. Kamu anak Mama. Terlepas dari gimana cara kamu datang ke hidup Mama, kamu tetap anak Mama."

Ada jeda cukup panjang sejak kalimat Mama berakhir dan berganti diam. Menyisakan usapan-usapan lembut di kepala Gara sampai akhirnya jarak keduanya terurai. Lalu Mama bangkit dari sisi Gara, mengecup keningnya sekali lagi dan pergi meninggalkan tanda tanya besar yang tak terpecahkan.

Saat langkah tegas Mama sepenuhnya hilang, saat itu juga Gara membuka mata dan menatap ke pintu kamarnya yang tetap terbuka lebar.

Kenapa ... ia merasa ada yang aneh dengan kalimat Mama?

🍀🍀

Jam kosong di kelas Laksa kini terasa begitu menyiksa. Cowok itu tidak tahu harus melakukan apa. Tugas yang gurunya tinggalkan pun hanya membeku di atas meja, menjadi satu dengan kertas juga pena yang dari tadi jadikan pelarian. Sudah berlembar-berlembar halaman ia penuhi dengan coretan, tetapi niat untuk menyelesaikan soal masih belum juga datang. Kenapa, sih, otaknya nggak mau diajak berteman?

Kesal, cowok itu mencoba mengalihkan pikiran dengan memejam. Tidur sampai jam pelajaran habis sepertinya jauh lebih baik, daripada ia harus mendengarkan teman-temannya membuat kegaduhan. Belum lagi nyaring suara musik yang mengentak-entak dari ponsel para gadis di baris paling depan. Waktu Laksa tanya, katanya mereka lagi streaming MV idola kesayangan. Lalu kelas itu pun penuh dengan nama-nama asing yang diserukan bergantian. Mulai dari NCT, Blackpink, sampai Bangtan Seonyeondan.

Sebelum Senja Tenggelam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang