11 | Tempat Singgah Ternyaman

3.9K 852 785
                                    

Laksa tidak pernah diajarkan untuk mengemis belas kasihan orang meski ia hidup tanpa memiliki apa-apa. Sekalipun ia kelaparan di jalanan dan mati menyedihkan setelahnya, kata Ayah, itu masih lebih baik daripada harus mengemis di kaki orang-orang yang bahkan tidak peduli ia ada. Selama ini, Laksa berhasil mempraktikkan ajaran Ayah dengan sempurna. Namun, hari ini, di hadapan Raja, cowok itu seperti sengaja menjatuhkan harga dirinya.

Hilang sudah citra sombong dan angkuh Laksa. Tapi ini kesempatan langka. Laksa bisa punya waktu leluasa bersama Raja itu sebuah takdir yang tak terduga. Ibaratnya ia baru menang lotre dan mendapat kesempatan foto bareng plus ditraktir makan Jimin BTS idola Ayah, Laksa tidak akan membuat semua ini sia-sia.

Lagipula, untuk tiba di titik ini, Laksa harus ketabrak motor sampai kepalanya benjol dulu dan pingsan setelahnya. Masa iya ia cuma harus bilang terima kasih ke Raja karena sudah membayar biaya kliniknya lalu pergi begitu saja? Otak Laksa ini walaupun suka lemot, tapi kadang-kadang juga bisa bekerja lebih licik daripada seharusnya.

"Mampir dulu, yuk! Ayah bakal ngamuk kalau tau gue bawa pulang temen, tapi nggak disuruh mampir." Laksa menyela di antara langkah patah-patah mereka dari jalanan depan menuju halaman rumah yang dipenuhi daun mangga. Tepat setelah taksi yang membawa mereka pergi dan hanya menyisakan asap-asap tipis di udara.

Semenjak meninggalkan motornya di jalanan tadi, Laksa tidak tahu lagi bagaimana Raja mengatasi semuanya. Ia tidak tahu kepada siapa pemuda itu menyerahkan motornya atau bagaimana ia mengambilnya nanti. Yang Laksa tahu, Raja sekarang ada di sini. Mengantarnya pulang meski harus ia paksa dulu dengan berpura-pura mengalami cedera jempol kaki.

"Sejak kapan gue jadi temen lo?"

Namun, seketika jawaban Raja menghancurkan pelangi warna-warni di mata Laksa. Anak itu mendecak, tetapi masih tidak melepas pegangannya dari ujung jaket Raja.

"Emang temenan harus ada persetujuan dari kedua belah pihak, ya? Bukannya asalkan lo kenal gue dan gue juga kenal lo, lo nolongin gue dan gue bilang makasih ke lo, itu udah cukup buat ngubah status dua orang asing jadi temen?"

"Lo kira temenan segampang itu?"

"Ya emang sesederhana itu. Lo dan pikiran lo aja yang bikin semuanya jadi ribet. Kalau kayak gini lo jadi mirip banget sama Gara. Sama-sama terlalu menutup diri buat orang-orang yang tulus mau berteman. Pantas aja selama ini anak itu selalu sendirian, jadi sad boy paling kesepian di sekolahan."

Tetapi sepertinya nama Gara yang Laksa gumamkan memang berefek besar untuk Raja dan dunianya. Pemuda itu seketika menatap Laksa, seolah sedang menyalakan tanda bahaya. Di detik itu juga Laksa sadar bahwa sejak awal dunia Raja memang hanya berputar di atas nama Gara. Sama seperti bagaimana nama Raja akan selalu membawa dampak luar biasa untuk Laksa, nama Gara juga berefek sama untuk Raja.

Kesimpulannya, Raja tidak suka ketika nama adiknya dibawa-bawa.

"Nggak usah bawa-bawa Gara seolah lo tau dia. Gue malah seneng dia nggak punya temen. Jadi nggak ada manusia-manusia busuk yang deketin dia cuma buat manfaatin. Kayak lo, contohnya."

Perdebatan ini akan panjang jika diteruskan, untuk itu Laksa hanya tertawa kemudian menyeret lagi langkah mereka. Berusaha menyembunyikan getir yang tiba-tiba hadir saat Raja membela Gara seolah anak itu benar-benar semestanya.

"Gue beda, Kak. Orang lain mungkin deketin Gara buat morotin dia secara diem-diem. Tapi gue enggak. Gue langsung ngomong terang-terangan kalau gue mau temenan sama dia karena dia banyak duit. Itu bedanya gue sama mereka."

Sebelum Senja Tenggelam Where stories live. Discover now