Kelakuan Cyra!

19.3K 2.3K 23
                                    

Cyra memajukan bibirnya sejak bunda tidak berhenti membicarakan aibnya dari masa kecil hingga besar. Aib masa-masa dia masih mengompol di kasur sampai Cyra menginjak masa SMP juga bunda keluhkan hari ini. Padahal, kejadiannya sudah beberapa tahun kebelakang. Dan, ini bisa jadi keluhan keseratus kalinya.

"Haduh. Bunda repot deh. Yang udah-udah gak usah diungkit-ungkit!"

Bunda menatap Cyra tajam. Mungkin kalau bunda bertanduk tanduknya sudah mengeluarkan asap. Canda, semoga bunda tidak menebak kekehan kecil di balik wajah so polos Cyra ketika menatap wajah bunda.

"Perlu. Sangat perlu, biar kamu ingat kalau kamu dibesarkan sama orang tua. Gak besar sendiri, biar kalo semakin besar gak lupa sama yang ngerawat sejak kecil!"

Cyra jadi salah tingkah mendapatkan ucapan skak mat dari bunda. Memang lagi-lagi bakat berbicara Cyra yang terlalu aktif ini di turunkan dari sang bunda.

Hari ini tempat dua hari setelah Cyra keluar dari rumah sakit. Cyra tidak mau lagi berurusan dengan jarum suntik dan rebahan di ranjang pesakitan. Bunda sedang membereskan baju-baju Cyra ke dalam lemari. Juga, sejak tadi tak lelah mondar-mandir membersihka kamar putri satu-satunya walau plus dengan kultum di pagi hari.

"Kak. Kemarin bunda denger dari ayah ada pacarmu negokin kamu!" Suara bunda pelan. Tapi tingkat kekepoan bunda tidak bisa di tutupi. "Si Manyun itu ya? Gak kapok, sama ayahmu yang galak?"

Menarik selimut sampai kepala adalah jalan terbaik dari pada membahas masalah ini yang membuat moodnya langsung terjun ke dasar-dasar.

Rupa-rupanya ada yang tidak bisa di ajak kompromi. Sudahlah, apa yang bisa di harapkan dari lelaki sejujur Ilham? Mengakusisinya untuk menjadi sekutu Cyra tidaklah mungkin. Apalagi, Ilham anti dengan membohongi orang tua. Bagus sih, Ilmu agamanya dipakai bukan cuman dipelajari.

"Bunda nanya! Kakak gara-gara keseringan minum obat jadi budeg, ya?"

Cyra curiga, bunda adalah adminnya lambe rumpi. Ketajaman bunda berbicara bunda tidak ada tandingannya.

"He-em. Tapi, namanya Abimanyu bukan Manyun." Kataku sambil menurunkan selimut dan memeluk bantal guling. Pasca pemulihan mau leha-leha sepanjang waktu ratu besar pasti memaklumi. Kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan.

"Iah ya. Kalo manyun bibir kakak kalau lagi ngambek!"

Mulai. Hem. Dibullya bukan sama orang lain tapi sama bunda sendiri. Anehnya, kalo orangain yang mengejek Cyra bunda juga orang kedua setelah ayah yang tidak terima.

"Ayah kemarin marah?" Kini bunda duduk di ujung kasur sambil memijat kakiku. Jadi merasa bersalah telah mengomel bunda dalam hati.

"Engga. Cuman ayah gak suka sama Abi. Ya gituh!"

"Bunda juga sih!"

"Abi gak seburuk itu padahal." Kataku bermonolog sambil memejamkan mata.

"Padahal jam terbang ayah mengenai percintaan sudah jauh lebih dulu. Mantan playboy tau mana-mana bibit-bibit playboy juga. Jadi, dengerin kata ayah lebih baik."

"Aku masih belum paham di mana letak abi gak baik, bun."

"Gak ada yang nyuruh kamu memahami. Ya, kalau lagi bucin gak akan ada celah berpikir buruk pada pasangan. Walau, fakta menunjukan dia bukan pasangan yang perlu di perjuangkan."

Cyra terdiam, memikirkan kata-kata bunda yang memiliki makna bercabang. Lelah, berpikir hal-hal yang samar. Kapasitas otaknya berpikir tidaklah memadai. Jadi, Cyra menyudahkan otaknya untuk memecahkan misteri.

"Bunda kenapa ngomong gitu?" Dari pada menerka-nerka lebih baik tanyakan jawaban yang pasti. "Aku sendiri aja gak tau letak di mana aku harus menyudahi hubungan dengan Abimanyu. Tapi, ayah sama bunda kaya keukeuh banget bahwa Abi bukan lelaki baik. Aku gak ngerti!"

Tetangga Tapi Nikah (END)Where stories live. Discover now