Cinta pertama

25.6K 3.1K 33
                                    

Menjadi anak lelaki yang dibesarkan dengan tanggung jawab besar, seringkali membuatnya kelimpungan. Ada dua wanita yang harus ia jaga kebahagiaaanya. Karena nyatanya, sosok bernama ayah hanya menyandang gelar tanpa menunaikan mewajiban.

Suara bising pertengkaran dan kekerasan fisik yang ayah berikan pada ibu, menjadi memori mengerikan setiap kali dirinya ingin terlelap. Ilham kecil yang ketakutan saat ingin terpejam. Ilham kecil yang sulit berteman.

Selain ejekan fisik yang dia terima saat masa kecilnya. Kepercayaan diri untuk menerima kasih sayang dari sekitar sudah habis. Karena kenyataanya yang seharusnya melimpahkan sayang malah memberikan berbagai macam tatapan permusuhan. Seakan-akan tatapan itu mengatakan 'anak sialan.' Jangankan untuk meminta kasih sayang, mendekat saja rasanya terlalu enggan.

Belum cukup ayah memberikan berbagai rasa sakit pada ibu dan juga anak lelakinya. Lelaki itu tiba-tiba datang setelah berbulan-bulan menghilang tanpa kabar. Membawa anak lain dari hasil perselingkuhannya. Naasnya sang ibu memasrahkan anaknya pada ayah yang tidak memiliki apapun untuk membesarkan putri mereka.

Bagaimana bisa seorang pemabuk, tidak memiliki pekerjaan tetap. Dan hobi berjudi mampu membesarkan anak? Terkecuali, ayah berubah dah tersadar bahwa jalannya terlalu salah untuk ditapaki. Sayangnya, lelaki itu terlalu membenarkan apa yang dia lakukan. Menganggap sekitar hanya orang-orang berisik yang terus menasehati tanpa arti.

Ibu dengan segala kehangatan dan rasa sayang, menerima dengan tulus Senja. Katanya. "Biar orang tuanya menyakiti hati ibu. Anak manis ini memiliki hati yang berbeda dengan orang tuanya. Yang semoga Allah luruskan jalannya dan jadikan dia penolong kedua orang tua serta ibu di akhirat nanti!"

Ilham mengerjap beberapa kali menyeka air matanya cepat. Kenangan itu muncul setelah melihat senyum manis ibu. Jangan lagi ada tangis kesedihan yang dulu ibu rasakan. Semoga Allah memudahkan jalannya untuk memuliakan ibu.

"Bu, masih ada yang mau dibeli?" Tanya Ilham lembut. Tangannya yang bebas dari barang belanjaan merangkul ibu. "Katanya waktu itu ibu pengen banget beli sepatu olahraga. Kaya punya artis siapa, tuh?!"

Ilham dan Ibu sedang berada dipusat perbelanjaan. Setelah menyakinkan bahwa anak lelakinya ini memiliki cukup uang dan bisa menabung juga, akhirnya ibu bersedia Ilham ajak berbelanja.

Awalnya malu-malu, namun setelah bertanya untuk kedua kalinya ibu tidak lagi menahan keinginan-keinginan yang mungkin sudah lama ia pendam. Seperti ingin membeli alat pijat otomatis karena punggungnya sering pegal saat terlalu lama berdiri dan duduk demi jalannya usaha catering.

Ibu memukul bahu Ilham pelan. "Kamu ini inget aja ucapan ibu!" Katanya sambil tertawa ringan.

Ilham merangkul ibu kembali setelah ibu melepaskan rangkulannya, lalu mengajak ibu memasuki salah satu toko yang menjual sepatu olah raga.

Ilham memegang kedua bahu ibu pelan sehingga kini posisi mereka berhadapan. Tersenyum dengan sangat manis, matanya menatap mata sayu ibu. Menyakinkan!

"Bu, selama ini ibu gak pernah minta apapun sama Ilham." Lelaki itu menarik napasnya pelan. "Ilham kasih pun ibu selalu menolak karena alasan uangnya untuk biaya kuliah atau disimpan untuk keperluan ilham. Udah banyak bu, yang ibu berikan sama abang dan Senja."

Ibu mengalihkan tatapanya dari mata anak lelakinya. Setetes air mata haru jatuh dari kelopak mata yang sisi-sisinya sudah mulai berkerut.

"Ibu cuman bercanda waktu itu! Udah lama banget, Bang!" Suara ibu bergetar menahan tangis yang semakin ingin dikeluarkan. "Yuk, pulang aja. Ini udah banyak banget belanjaan Ibu."

Ilham menggenggam tangan ibu. "Bu, ini uangnya dari hasil Senja nabung nyisishin uang jajan loh, sebagian dari hasil tabungan abang juga. Masa ibu tega nolaknya? Nanti abang bilang apa sama Senja?"

Tetangga Tapi Nikah (END)Where stories live. Discover now