Minta Restu

17.9K 2.3K 12
                                    

Beberapa hari ini Ilham sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Kepalanya sampai pusing memikirkan kemungkinan terburuk. Ilham yakin takdir Allah pasti lebih baik. Namun, dia pun manusia biasa ada beberapa hal yang membuat hatinya tetap merasakan cemas.

Ilham meletakan tangan ibu pada genggaman tangannya. Mengenggam tangan yang teksturnya tidak semulus dulu. Ada banyak bekas luka karena teriris pisau. Luka-luka ini yang menjadi saksi perjuangan seorang ibu. Ilham mengecup lama punggung tangan ibu. Mengingat setiap perjuangan yang ibu lakukan untuk anak-anaknya.

Pernah memergoki ibu diam-diam menangis saat melihat uang yang tersisa dalam dompet hanya cukup untuk makan hari itu. Namun, saat keluar dari kamar dan menemui Ilham, tak ada tangis dan cemas, ibu berikan senyum terbaiknya agar anak lelakinya ini tak ikut merasakan kesedihan yang ibu alami.

"Bu, maaf belum bisa jadi anak yang sepenuhnya ngebahagiain ibu!"

Ibu yang tadi sedang fokus melihat tayangan kesukaanya, fokusnya kini teralih dan menatap anak lelaki satu-satunya. Tangan Ibu mengelus kepala Ilham dengan penuh kasih sayang.

"Bahagianya ibu itu punya anak-anak seperti abang dan adik. Gak pernah ngebentak ibu apalagi marah-marah sama ibu. Itu udah cukup, Bang!"

Ilham tersenyum. Mengenggap tangan ibu lebih erat. "Gak akan ada cara utuk membalas semua yang ibu berikan buat Abang. Karena pengorbanan ibu tak ternilai. Maka doakan ya bu, semoga Allah ridhoi abang dan adik untuk terus berjuang menghafal al-qur'an yang semoga abang dan adik bisa memasangkan mahkota di surga kelak untuk ibu dan bapak."

Mata sayu ibu kini meneteskan air mata. Air mata syukur karena Allah titipkan anak-anak yang memiliki ahlak yang baik. Anak-anak yang bukan hanya memikirkan kebahagiaan orang tuanya di dunia. Namun, kebahagiaan sejati sampai surgaNya.

"Semoga tangisan ibu ini tangis bahagia ya, bu? Karena kalau tangis kesedihan. Abang merasa gagal jadi anak!" Ujar Ilham. Tangan berukuran besar dengan tekstur tak halus itu mengusap hati-hati pipi wanita yang sangat ia hormati.

Ibu memeluk Ilham. Menangis tersedu-sedu dipelukan anak yang di besarkan dengan penuh perjuangan. Tangis bahagia karena kenyataanya ia yang tak gagal menjadikan anak-anaknya manusia. Manusia sesungguhnya.

"Ada yang mau Abang omongin sama ibu." Katanya, sambil mengelus punggung ibu.

"Silahkan, bang!"

Beberapa kali mata Ilham mengerjap. Bahkan terpejam cukup lama, ada ragu yang muncul kepermukaan. Namun, saat wajah ceria milik perempuan yang selalu ada dalam doanya membuat keyakinan untuk berusaha kembali hadir.

"Bismillah!" Ujar Ilham. Seumur-umur Ilham belum pernah merasakan hal seperti ini. Dan semoga ini yang pertama dan terakhir.

"Ibu, Ilham mau minta izin untuk mengutarakan niat Ilham meminang Cyra." Suara Ilham memelan seiring dengan tatapan Ibu yang tertuju padanya. "Ilham mengerti ibu ingin yang terbaik untuk Ilham. Tapi, Ilham rasa juga tidak sesholeh itu jika standar istri dan ibu terbaik adalah yang hafidzah seperti Anis. Anak ibu ini masih banyak kurangnya."

"Bang. Seserius itu niatan Abang, untuk meminang Cyra?" Tanya Ibu dengan nada sedikit keberatan.

Ilham mengangguk mantap. Ada banyak alasan mengapa Ilham semakin yakin pada Cyra. Wanita itu terlalu sulit jika hanya dilihat dari satu sudut padang.

"Insyaa Allah. Abang juga udah istikharah. hati Abang semakin tertuju pada Cyra. Sekarang abang cuman tunggu keridhoan ibu untuk mengutarakannya pada orang tua Cyra!"

Ibu tak mengatakan hal apapun. Ilham paham terlalu banyak pertimbangan yang kini tengah ibu perhitungkan. Kegagalan rumah tangga membuat ibu wawas. Menjadikan ibu terlalu pemilih persoalan calon pasangan untuk anak-anaknya.

"Bunda kirim pesan lewat whatsapp kemarin, bunda bilang Cyra kalau keluar rumah atau kuliah sudah mulai pakai kerudung. Anis juga ada bilang ke Abang kalau sempat ajak Cyra kajian di Al-latif."

"Anis juga cerita ke ibu!" Ujar Ibu sambil menyandarkan kepalanya pada Ilham. "Gak memungkiri kalau Cyra perlahan berubah menjadi lebih baik. Beberapa hari lalu juga ibu liat Cyra di pengajian rutin komplek. Kontras banget Cyra di antara ibu-ibu. Tapi, alhamdulillah!"

"Kalau begitu bagaimana, bu?" Tanya Ilham to the point karena terlalu bersemangat.

_________

CERITA SELENGKAPNYA BISA KALIAN DAPATKAN DENGAN MEMBELI VERSI EBOOK.

Keuntungan membeli versi Ebook:

1. Minim Typo dan lebih enak di baca.

2. Beberapa bab tambahan yang tidak ada di Versi WP.

3. Beberapa revisi alur dan memiliki ekstra part.

4. Memberikan semangat pada Author hehe.

Harga Asli : 50.000 full bab
Harga promo : 25.000 full bab (Ebook akan di dapatkan di akhir bulan) selama itu promo berlangsung.

Tetangga Tapi Nikah (END)Where stories live. Discover now