Ketemu Mantan

30.2K 3.5K 47
                                    

Sudah sejam lebih Cyra memilih baju yang sekiranya pantas untuk ia kenakan dihari pertama belajar mengaji dengan guru istimewa pilihan bunda.

Dipikir-pikir kenapa Cyra tidak memiliki rok payung atau celana kulot? Cyra ini perempuan apa kenapa banyaknya celana levis gaul-gaul dan rok span ngepas badan?  Apa pakai celana pajamas saja ya?

"Ya udahlah ya pakai itu aja. Kan longgar tuh, dari pada gue pakai levis atau kolor gak sopan banget lah." Ujarnya sambil memakai satu setel pajamas berwarna nude.

Gini-gini Cyra masih memikirkan hal-hal begituan, otaknya tidak bobrok amat untuk memikirkan hal yang pantas dan tidak pantas. Kalau mulut memang kadang asal jeplak, kelewat barbar. Itu sudah tidak bisa di ganggu gugat.

Setelah selesai dengan urusan pakaian, Cyra memutuskan menggunakan kerudung pasmina agar tidak ribet. Aslinya Cyra masih lepas pasang kerudung. Engga tau kenapa belum tersentuh untuk menggenakan hijab padahal setiap hari bunda selalu memberikan ceramah.

Ngomong-ngomong nih dia nyimpen qur'an di mana ya dulu? Kan ketauan Cyra engga pernah ngaji. Kalau shalat Cyra masih sadar dengan kewajibannya kok walau suratnya itu-itu aja. Hehe!

"Bunda, aku berangkat ya!" Teriak Cyra diruang tamu. Malas kalau harus nyamperin Bunda kekamar.

Mendengar teriakan anak gadisnya Bunda keluar kamar dengan wajah kesal diikuti Ayah yang ternyata sudah pulang dari kegiatan memancingnya. Tumben sekali, biasanya weekend gini seharian ayah kuat memancing. Pagi ketemu sore, alesannya ngilangin stres padahal Cyra yakin menghindari kecerewetan Bunda.

"Aduh-aduh yang jalannya kaya mau nyebrang. Inget umur ah!" Protes Cyra melihat kelakuan ayah yang di mana-mana maunya gandengan terus sama bunda.

"Syirik aja Kak!" Saut Bunda sambil meletakan kepalanya di pundak ayah. Mata Cyra hampir melotot namun buru-buru ia alihkan. Kalau ketauan bunda bisa kena ceramah lagi.

"Kok mau belajar ngaji pakai baju tidur, Nak?" Tanya Ayah, Bunda sepertinya sudah cerita soal putrinya yang dipaksa mengaji.

Cyra memperhatikan baju yang ia kenakan. Ini pajamas masa sih dibilang baju tidur. Mirip dikit tapi engga lah bagusan ini. Mana Bunda ketawa kenceng banget. Tuh kan kebobrokan Cyra ya dari Bunda. Tapi bunda suka ngelak. Katanya Cyra aja anak yang gak kalem.

"Duh Ayah, ini namanya pajamas lagi ngetrend bukan baju tidur. Udah ah mau berngkat tar telat. Assalamualaikum ayah, bunda!"

Dulu kalau berangkat sekolah atau les, Cyra suka diantar sampai depan kelas sama bunda. Banyaknya surat panggilan dengan keterangan bolos dan alpa membuat bunda murka sekaligus tidak mempercayai Cyra. Semenjak bunda hamil anak kedua barulah Cyra bernapas lega karena perhatian bunda cukup banyak teralih.

Sudah sampai depan pintu tetapi kembali mengingat si pinky sepedah kesayangannya mau tidak mau melangkah mendekati sepasang suami istri yang tengah bermesraan.

"Yah! Sepedah Kakak udah dibawa kebengkel, kan?!"

Ayah mengangguk sambil meminum kopi buatan bunda. "Udah Kak. Itu digaransi."

"Biar bisa sesepedahan bareng Ilham kan? Dasar modus ya kamu diem-diem. Gak mau gak mau dalem hati seneng mau ketemu pacar masa kecil."

"Bunda tuh, Yah, suudzon terus sama Kakak!" Adu Cyra tidak terima. Kan niat Cyra minta ayah benerin sepedahnya karena males aja kalau harus naik motor apalagi jalan kaki.

"Gak apa-apa kok kalo Kak Cyra kangen sama Ilham, ayah izinin keliling-keliling komplek pake sepedah kaya dulu. Kalo kempes nanti ayah kompain lagi."

Ini namanya dua lawan satu.

_________________

Gak tau kenapa jantung Cyra ini deg-dengan banget. Cyra naik sepedah aja dilama-lamain, tangannya sudah banjir keringat. Padahal gak nyampe lima menit seharusnya sudah sampai.

Tetangga Tapi Nikah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang