6. Again

17 0 0
                                    

Snack berserakan. Bau keringat dan kopi yang bercampur menjadi satu menambah semangat para laki-laki di kamar sempit asrama kampus. Teriakan bersahutan dengan umpatan. Kabel terjulur panjang, tak tertata, penuh charger ponsel pintar.

"Cih mana bisa gini?"

"Main yang bener dong!"

"Maju oi!"

"Eh jangan kampret... Cover gue Fa-"

Brak

Suara pintu dibuka secara kasar disusul oleh sosok jakung Serhan dengan wajah seram. Seluruh penghuni di ruangan itu kaget. Mengalihkan fokus pada Serhan. Mahasiswa baru yang tak tahu apa-apa ikut merinding.

Farid, sebagai seorang santri menghampiri Serhan. Takut kalau kawan dekatnya itu kesurupan setan penghuni kamar mandi di lantai bawah. Cerita miring tentang makhluk astral itu cukup terkenal di kalangan mahasiswa, terutama yang tinggal di asrama kampus, sebab Farid yang notabenenya memiliki indra keenam pernah melihat. Mahkluk itu juga pernah mengajaknya berkomunikasi, namun ia abaikan.

"Han, duduk dulu yuk." Ajak Farid sambil membopohnya.  Serhan nurut. Erza juga tak berdiam diri, ia menawari Serhan minuman kesukaanya, cola yang diteguk langsung. Dari lagaknya Serhan baik-baik saja.

Aman.

Pandangan Serhan makin menggelap.

"Ya Allah baru juga maba di sini, gini amat." Bisik salah satu adik tingkatnya, Wafa.

"Sstt baca ayat Kursi."

"Lo kan nonis." Albert pun tersadar "Lah iya." Mengundang grombolan maba lain terkikik dibalas pelototan mata oleh Nauval, seketika menutup mulut.

"Gimana? Sudah tenang kan?!" Serhan mengaguk, "Sekarang cerita sama gue. Kenapa lo dateng gak diundang pulang gak diantar tiba-tiba emosi?" Tanya Farid.

"Males gue cerita. Lagipula urusan gue udah selesai sama dia."

Para audien cuma manggut-manggut, walaupun tidak paham maksud Serhan.

"Kesimpulannya Kak Serhan enggak jadi ngisi Shopee pay di Indomaret?" tanya Juna out of topic tak mengindahkan pandangan teman-temannya yang seperti mengatainya 'bodoh'.
Serhan tertegun, ' Kapan gue bilang mau ke Indomaret? Ngaco nih anak.'

"Kita enggak bahas itu tolol."

"Oh. terus apa Al? jelasin dong." Pinta Juna dengan ekspresi datarnya. Nauval yang cukup tenang sampai geleng kepala mengetahui kelakuan sengklek para adik tingkatnya ini. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Like senior like junior.

"Anak kecil diam aja." Suruh Nauval. Memang yang paling waras dia seorang. Maka dari itu mereka nurut kalau Nauval yang buka suara.

"Latihan kita sampai mana tadi?"

"EH– baru selesai kak. Kita masuk babak selanjutnya, sesuai rencana besok langsung bisa tanding di cafe X." Jawab Wafa. Serhan mengaguk.

"Okey... kalau begitu kalian boleh pulang. Tim kita harus bisa masuk kejuaraan nasional. Terutama yang baru bergabung–" tunjuk Serhan pada kelima adik tingkatnya, "Kalian harus bisa menjadi support untuk kita karena besok kalian akan menjadi wajah untuk Tim. Tunjukkan bahwa UKM Game Online tidak bisa dipandang sebelah mata." Serhan berpidato membakar semangat, berubah 180 derajat dari tingkahnya tadi.

Farid mengernyit, 'sejak kapan ada UKM Game Online. Kegiatan kita ilegal, Han. Sadar oi!" Teriaknya.

-


Setelah kegiatan ilegal mereka bubar menyisakan Serhan dan tiga kawannya. Kamar yang awalnya berantakan sudah rapi kembali. Terimakasih pada adik-adiknya yang imut. Berkat mereka kamar ini mengkilap seperti baru lagi.

"Jadi lo sama si April udah end." Ucap Farid dengan tangannya yang tak berhenti menulis. Menyalin tugas memaknai dari pesantren. Erza yang rebahan di kasur mengunyah permen karet tidak henti-hentinya bermain game.

Menutup bukunya, Nauval pun ikut menanggapi, "Ya mau gimana lagi?! Balikan aja ama Mira."

Reflek Kedua kawannya menghentikan kegiatan mereka, seketika itu juga saling bertukar pandang. Kemudian menatap Serhan yang dari tadi diam terlentang di samping Erza.

"Lo putus karena belum move on dari Mira?" Tanya Farid menyelidik. Tak mengindahkan Farid. Serhan masih memejamkan matanya. Kesal. Erza langsung menarik salah satu kabel earphone Serhan. Ketiga pemuda itu tahu kalau Serhan tidak tertidur.

"Han?" Panggil Nauval. Serhan bangkit mengubah posisinya menjadi duduk bersila.

"Gue coba cewek bermacam-macam jenis, kecuali jenis Luci**a L*una tentunya gak akan pernah gue coba..." Serhan mengambil napas sejenak, "Mereka sama aja. Tapi yang bener-bener gue mau cuma Mira."

"Lo yakin itu bukan obsesi?"

"Pertanyaan lo berat amat Val."

"Tapi ada benernya Za. Takutnya kalau si Serhan udah dapetin si Mira bisa aja dia juga bakal bilang 'ternyata cewek semua sama aja", yang mana dia cuma mau aja..."

"... Duh ngeri. Gue pernah dipaksa cewek gue baca wattpad– karakternya obsessive ke si cewek, ngeri cuy. Sampai dibunuh karena saking obsessivenya." Farid dan Erza berkidik ngeri mendengar keterangan Nauval.

Tidak ada angin maupun badai, Serhan meringis. Salah satu sudut bibirnya naik. " Whahaha ada benernya juga si Nauval. Selanjutnya Jef bakal gue bunuh..."

"Lah kok gitu?"
"Dia udah berani deketin Mira."
Erza menepuk bahu Serhan, "Lo canda boss?" Serhan mendecih.
"Iyalah, gila apa gue bunuh orang."

"Mau gak mau lo harus serius sama Mira. Coba deketin lagi dengan cara yang baik. Kalau jodoh pasti bakal disatuin Han." Tutur Farid menenangkan Serhan.

Serhan yang sudah mendapatkan ketenangannya kembali pun pamit pulang kepada kawan-kawannya. Sebenarnya ia ingin bermalam di asrama bersama mereka. Memilih mengurungkan niatnya, ia tidak ingin tampil dengan pakaian yang sama ketika bertemu Mira keesokan harinya.

-

Mira tampak terburu-buru memasuki cafe. Ia lupa. Beruntung selamat sampai tujuan. Celingukan mencari sosok Serhan yang tenggelam dalam lautan para laki-laki.

"Mir!"
"Astahfirullah– Erza. Duh jangan ngagetin dong muncul dari belakang gitu."
"Sorry..."
"Lo datang mau nyemangatin Serhan kan?"
"... Dia nyuruh gue liat pertandingan dia."
"Oh– lo tunggu aja di meja sebelah," Erza menunjuk ruangan yang sepi. "Di sini banyak cowok. Daripada malu." Mira mengaguk. Mengambil kaca dari tas selempang, ia rapikan rambutnya yang berantakan. Mengencangkan tali rambutnya melorot.

Bertandingan semakin sengit. Serhan beserta timnya mengerahkan tenaga lebih. Hingga Erza mendekatinya. Berbisik, "Semangat! Di pojok ada Mira. Cantik banget." Bagaikan sebuah mukjizat Serhan berhasil membantai semua lawan.

Menang

Tim Serhan berhasil keluar sebagai pemenang. Anggota timnya berkumpul. Berpelukan. Tidak mereka sangka akhirnya menuju babak nasional.

"Bang Serhan hebat." Ujar Albert
"Ini berkat kalian semua guys."
Berbeda dengan anggota tim lainnya, Nauval justru bereaksi, "Cih padahal gue mau pindah main game Genshin Impact. Kalau gini terpaksa tiap hari main game ini mulu– bosen."
"Apa hubungannya Pal?" Tanya Farid
"Ya Serhan pasti memperketat sesi latihan kita."
"Tenang Kak... Kak Serhan kan juga ikut UKM lain. Pasti dia sibuk. Mana ada waktu mengawasi kita." Sahut si Wafa disetujui yang lain.
"Sono Han. Ditungguin Mira." Serhan mengaguk.

Serhan menghampiri Mira yang duduk menghadap jendela sendirian ditemani segelas matcha. Benar kata Erza. Gadis itu tampak cantik dengan setelan dress bunga dipadukan outer jeans.
"Nggak makan Mir?" Mira menggeleng. "Gue traktir. Pilih sesuka lo." Tangan Serhan menyodorkan menu. Mira pun memilih chicken toast, sedangkan Serhan lemon tea dan mie ayam.

"Gimana pertandingannya?"
"Alhamdulillah lanjut sampai babak nasional. Doain menang." Mira mengamini. Sambil membicaran hal-hal sepele, pesanan mereka datang.
Serhan yang mengaduk minumannya ragu berkata pada Mira. "Mir, gue suka lo..."

TBC

Dear My Friend (On-Going)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz