9

2.1K 243 23
                                    





















Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















Kali pertama Jungkook berada di keadaan seperti ini, dia bisa mengatasi semuanya dengan mudah dan tanpa halangan. Lagi, ketika seharusnya dia bisa beristirahat dengan tenang dia harusnya bekerja sedikit lagi. Jungkook tidak menganggap itu sebagai sebuah kesialan. Bukan juga urusannya mengetahui kanang dia harusnya bekerja sedikit lagi. Jungkook tidak menganggap itu sebagai sebuah kesialan. Bukan juga urusannya mengetahui kapan cycle bocah yang tinggal di rumahnya terjadi. Jungkook bukan pengasuhnya, dan lagi seharusnya Taehyung bisa mengurus dirinya sendiri.

Sayangnya tidak dengan apa yang dia lihat ketika Jungkook baru saja pulang. Agak sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lakukan. Dengan kondisi seperti ini, Taehyung membiarkan kamarnya sedikit terbuka.

"Dimana obatmu?"

Dari ujung ranjang, dia beralih. Kali ini berjalan ke sisinya. Menunggu jawaban dari Taehyung yang tidak kunjung dia terima setelah menunggu cukup lama. Telinganya menjadi panas dalam sekejap jika harus menerima suara desahan yang terus keluar.

"Jungkook— di sini gatal..."

Tidak bisa dibedakan lagi, entah itu adalah sebuah kesengajaan atau bukan. Ketika tangan Taehyung bergerak menuju bagian depannya, separuh telanjang tertutup bagian depan piyama yang untung cukup besar. Bagian itu terjejak, basah terlihat menembus sampai luar. Jungkook bertaruh jika bagian belakang bocah itu akan sama keadaannya. Atau bahkan lebih parah.

Dia mengambil inisiatif sendiri, laci nakas menjadi sasarannya untuk menemukan suppressant. Bocah itu harus segera dihentikan. Dan begitu Jungkook menemukan apa yang dia cari, bagaimanapun caranya dia harus membuat Taehyung menelan pil itu. Enggan untuk bangun meskipun Jungkook menyuruhnya. Meskipun dilakukan dengan cara yang sedikit aneh, tanpa ragu dia meminumkannya lewat mulutnya. Sayang, Taehyung menanggapinya sebagai sesuatu yang lain. Jungkook mengernyit, melihat bagaimana bocah itu bereaksi. Seperti saling membalas ciuman, ketika merasakan pahit dan berusaha mendorong pil yang baru saja masuk ke dalam mulutnya menggunakan lidah. Mudah untuk Jungkook untuk membuat bocah itu menelan obatnya. Pengalaman membuatnya menang.

Taehyung berakhir menelan pil penekan yang Jungkook berikan. Bukan ciuman, tapi bisa membuatnya berantakan ketika itu usai. Wajahnya terlihat semakin memerah dengan bibir terbuka. Ada jejak basah mengalir menuruni dagunya, anggap saja sekaligus berciuman. Bibir Taehyung terlihat sedikit membengkak merah.

Tapi yang masih menjadi masalah di sini adalah obat yang Jungkook berikan tidak seketika memberikan efeknya. Mungkin perlu setengah jam sampai obat itu akan menunjukkan reaksi. Dan dalam kurun waktu itu, masalah tidak akan pergi darinya.

"Jungkook, tolong—"

Katakan jika dia adalah alpha paling sabar. Di usianya yang sudah matang, dan keadaannya benar-benar prima sekarang. Jika hanya untuk menggauli bocah yang ada di hadapannya sekarang, Jungkook tentu sangat bisa. Tidak akan ada yang menghentikannya, apalagi tidak ada orang lain selain mereka. Tapi kewarasannya tetap membuatnya berpikir secara sehat. Jungkook memilih untuk melakukan hal lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 25, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SinéadWhere stories live. Discover now