Prioritas : 38

1.2K 124 21
                                    

Pukul delapan Lio baru datang kesekolah. Mentang-mentang tidak belajar Lio sedikit mengabaikan absen hadirnya. Ia baru saja turun dan ingin berjalan ke dalam sekolah namun lengannya langsung di tarik oleh Ghani yang mengajaknya berlari lalu berhenti di depan mading kelas sepuluh.

Lio membisu.

"A-Apa maksudnya ini?" tergagap.

"Seharusnya gue yang tanya sama lo. Ini apa maksudnya? Jangan bilang lo habis minum sama Aruna? Kemarin lo juga ga masuk, kan."

"Siapa yang nempel?" mengabaikan pertanyaan Ghani Lio membukan pembicaraan baru.

"Ya, Abila. Siapa lagi yang berani masang berita di mading selain Abila. Abila, kan ketuanya."

Lio menatap Ghani, "Abila?" Ghani mengangguk.

Lio bersiap untuk mencari Abila namun di tahan dengan ucapan Ghani.

"Mau apa lo?"

"Cari tuh cewe!"

Menahan gerakan Lio lagi Ghani berucap, "Dia lagi di BK. Katanya bukan dia yang masang tuh foto."

"Gimana bukan dia, jelas-jelas dia yang pegang kunci mading!"

Prioritas

Perseteruan belum selesai. Kini Abila sedang berada di ruang BK setelah ia memaki Eka yang dapat Abila pastikan jika ia pelakunya namun kakak kelasnya itu tidak mau buka mulut sekali pun Lintang mengancamnya dengan ancaman sama seperti Ancaman milik Abila tadi.

Sementra itu Poppy memilih bungkam tidak mau memberi tau apa maksud tindakannya itu. Sampai pada akhirnya kini Abila dan Poppy ada di ruang BK berhadapan langsung dengan bu Rasti dan bu Gilsha selaku pembina Mading.

"Bila, ibu tanya sekali lagi, apa kamu yang masukin foto Lio dan Aruna di mading?" untuk kedua kali bu Rasti bertanya mengenai siapa dalang yang memasukan foto itu.

"Bukan saya, Bu." jawab Abila.

"Kalo bukan kamu, siapa? Kamu yang saya kasih tangung jawab untuk jaga mading-

"Maaf menyela, Bu. Tapi kunci mading tidak ada sama saya sejak tiga hari yang lalu, Poppy yang pinjam mengatasnamakan Ibu."

Tatapan bu Gilsha beralih pada Poppy yang menunduk.

"Poppy, benar kamu mengatasnamakan saya?"

Poppy mengangguk.

"Untuk apa kamu minjam kunci mading sampai tiga hari tidak kamu kembalikan?" tanya bu Rasti menyelidiki.

Poppy pemainkan jemari tangannya gelisa. Ia takut berada di posisi ini. Sementara Abila terus penatap Poppy dengan pandangan kebenciannya. Ternyata tindakannya selama ini benar, benar jika ia tidak memilih akrab dengan orang selain orang sudah cukup lama di kenalnya.

"Poppy!"

Poppy terlihat menelan silivanya susah payah. Ia menatap Abila yang duduk di sampingnya sedikit takut.

"Kak Eka yang suruh saya, Bu." jujurnya setelah lama diam berfikir.

Abila tertawa pelan, sudah ia pastikan jika Eka yang menyuruh Poppy melakukan itu sebab ia mempunyai buktinya.

Setelah keluar kelas, Abila berjalan seorang diri dengan wajah penuh amarah, di persimpangan koridor ia terkejut karena tangannya tiba-tiba di tarik dan ternyata itu Millah. Adik satu ekskulnya yang pernah Abila puji karena kehebatannya dalam bercakap.

Prioritas [Selesai]Where stories live. Discover now