Prioritas : 49

1.3K 106 18
                                    

Rumah Lio dan Lia menjadi tempat singgah anak-anak remaja itu setelah kelas di bubarkan. Tidak, setelah mereka kabur dari sekolah.

Farhan tertawa puas mengingat kejadian saat mereka kabur tadi di mana Lia hampir saja tertangkap oleh satpam karena larinya yang lambat.

"Muka lo tadi kocak banget, sumpah, Ya!" ujar Farhan sambil tertawa membuat Lia ikut tertawa.

"Tapi usaha kita tadi patut di rayakan sih. Gila aja, anak IPA kabur!" Okta berkata di iyakan oleh yang lain.

"Benar. IPA yang terkenal baik, ramah pokoknya yang baik-baik deh, eh kabur!"

"Lagian gurunya juga lagi pada karokean, ya kita muridnya juga lah!" ucap Lia menimpali perkataan Farhan.

Farhan menatap sampingnya, ada Lio yang hanya diam menyimak pembicaraan adik dan dua temannya.

"Yo? Lo ga sakit, kan?" tanya Farhan.

Lio menggeleng. Ia meminum cola dalam botol itu. Meletakan kembali lalu menghela nafas, menatap tiga orang di depannya, "Ghani mana?"

Ketiganya menganga, mereka baru sadar jika Ghani tidak ikut dengan mereka. Ghani kemana?

Farhan tepuk jidat, "Lah, iya, anjir! Tuh anak moa kemana?"

"Tadi bukannya ke toilet sama lo, Han?"

"Iya. Tapi gue ke toilet bawah sedangkan dia toilet atas terus lo bertiga nyamperin gue ngajak bolos!" jabar Farhan mengingat kejadian sebelum mereka di sini.

"Coba deh, lo telpon, Ya," sambungnya.

Lia mengangguk, mengambil ponselnya lalu segera mencari nama Ghani di kontak pencarian.

"Nyambung?" Okta bertanya karena mimik wajah Lia nampak aneh.

Lia mengangguk, "Nyambu-

"Hallo! Lo di mana, Ghan?"

"Di rumah lo!"

Tut.

Semua menoleh pada pintu di mana ada Ghani yang baru saja masuk dengan ponsel di tangannya.

"Lo-

"Bacot! Gue bagi minun!" belum sempat Farhan bertanya Ghani sudah lebih dulu memotongnya dengan ucapan kasar di tambah laki-laki dengan seragam yang sudah berganti menjadi kaus hitam bergambar abstrak itu langsung menyambar botol minuman di depannya yang masih tersegel, menenggaknya hingga tersisa tengah.

"Aaaa. Enaknya..."

Ghani merebahkan dirinya di samping Lio dengan kedua tangan yang di rentangkan.

"Eh! - Okta melempar wajah Ghani menggunakan bungkus kacang yang belum di buka - enak banget lo!"

"Enak pala lo botak! Ga tau gue kepanasan kali, udah mana gue jatoh dari tangga tadi." oceh Ghani sambil memejamkan matanya.

Keempat orang di dekatnya menatap termaksud Lio yang begitu terlihat jelas ingin taunya.

"Kok bisa?"

Ghani membuka mata, duduk dan kembali mengambil minuman yang tadi tinggal setengah. Menatap Lio yang bertanya.

"Nginjek tali sepatu sendiri." cengiran terbit. Dalam hati Lio menyesal karena sudah bertanya dan khawatir.

"Sih goblok! Gue kira mah ada tawuran atau apa, taunya - ah, lo, tendang, nih!?" saking geregetnya Farhan sampai ingin menendang perut Ghani.

"Kalem, bro! Lagian siapa suruh lo pada ninggalin gue, hah?!"

Prioritas [Selesai]Where stories live. Discover now