Mood [Jimin 21+] Part 2

28.8K 495 28
                                    

Nungguin ya?
Gas part 2 nih
.
.
.

"touch me more oppa." rintih Y/n.

Jimin memasukkan 'miliknya' sekali hentak dan,

"AAHHK!" Y/n cum hanya dengan memasukkan 'milik' Jimin.

"Eoh y/n-ah, oppa baru saja memasukkannya kenapa y/n sudah cum? Sebegitu nikmat kah 'milik' oppa?" Rayu Jimin.

"Hhaaahh... Memalukan... Oppa jahat! Aku jadi terlihat mesum sekarang." Kata y/n sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Waee? Tapi y/n ingin kan oppa melakukan ini?" Jimin menggerakkan pinggulnya secara perlahan.

"Ahhh... Ahh... Ahhh.." -Y/n

"Chowa?" -Jimin.

"Hmm... Hmm... Ahhh..." -Y/n

Jimin melepas 'miliknya' dan itu sedikit membuat y/n kebingungan.

"Y/n-ah cobalah untuk berbalik badan." -Jimin.

"Seperti ini?" Y/n menuruti perkataan Jimin.

Jimin meraba 'milik' y/n dan mengarahkan 'milik' Jimin ke dalam Y/n.

"Oh, tidak posisi ini Ahh!" Jimin menghentakkan miliknya dan melanjutkan gerakkannya yang tadi terpotong.

"Y/n-ah chowa? Y/n suka posisi ini kan... Ahh." -Jimin.

Jimin Menarik dan mencengkram pinggang Y/n untuk tetap di posisinya agar Jimin semakin dalam menghentak dan menyundul titik terdalamnya.Y/n mendongak membanting kepalanya kebelakang merasakan tusukan Jimin yang tak main-main.

"Y/n-ah chowa? Ahh." -Jimin.

"Ahh.. ha... Ahh... Chowa... Chowa..." Y/n.

"AHHHKK!!"- Y/n cum untuk kedua kalinya, y/n kelelahan dan tak bisa menahan tubuhnya tetap dalam posisi.

"Baby u cum again? Hari ini Y/n sensitif sekali, oppa belum selesai."
Jimin menaikan pinggang Y/n dan mulai menggerakkan pinggulnya.

"Oppa... Y/n baru saja cum ahhh... Kalau seperti ini... Y/n tidak ahh kuat... Eummm.... Hhhahh... Ahhh..." -Y/n

"Ahh... Sensasi ini yang oppa tunggu tunggu ahhh... So f*cking tight." Jimin mempercepat temponya dan,

"AAHHHHH!!!! Mereka akhirnya mencapai titik puncaknya secara bersamaan.

Jimin tersungkur dan menindih tubuh mungil y/n, dan menciumi setiap inci punggung y/n yang sudah sangat kelelahan dengan nafas yang cepat.
.
.
.
Beberapa hari kemudian y/n sedang ingin mengantarkan bekal ke kantor Jimin. Ia sedang sangat rindu dengan Jimin dan tidak ingin menyuruh siapapun untuk mengantarkan bekalnya.
.
.
.
"Hana, tolong bersikaplah dengan profesional." Jimin menolak ajakan Hana untuk 'makan siang' bersama di sebuah hotel.

"Ayolah Jim, apa kau tidak rindu padaku?" Rayu Hana.

"Astaga, Hana jangan buat aku melihatmu dengan rasa hina Hana, aku menerima kerja sama bukan karenamu dan tolong jangan buat aku menyesali hal itu." Jimin.

Drrrttt (suara tlp kantor)

"Ya? Ada apa?" Jimin.

"Tuan, Ny y/n ingin menemui anda."

"Persilahkan dia masuk." Jimin.
Beeb

"Pergilah Hana, istriku datang, kalau kau melebihi batasanmu sekali lagi aku akan membatalkan kerjasama dengan perusahaan suamimu." Jimin.

Hana menarik Jimin dan mencium Jimin dengan cepat, dengan waktu bersamaan Y/n memasuki ruangan dan melihat kejadian itu. Jimin seketika mendorong Hana dan menatap kearah Y/n. Y/n syok dan segera pergi, ia merasa marah, sedih, kecewa menjadi satu.

"Y/n-ah! Hana, aku sudah membulatkan keputusanku dan sebaiknya kau tahu batasanmu." Jimin mengejar y/n, namun ia tak bisa menemuinya. Y/n meninggalkan mobilnya dikantor, dan itu semakin membuat Jimin khawatir.

Jimin mencari di setiap penjuru kantor namun y/n tak kunjung ketemu, penjaga keamanan mengatakan y/n sudah meninggalkan kantor menggunakan taxi.

"Astaga, y/n-ah tolong jangan buat oppa khawatir." Jimin akhirnya mencoba untuk pulang dan berharap agar y/n ada di rumah.

Sesampainya di rumah, Jimin berusaha untuk tenang dan mencari di setiap sudut ruangan, namun lagi lagi y/n tidak ada. Jimin segera menelpon Seokjin.

"Hyung, apa Y/n di rumahmu?" Jimin.

"Jimin-ah! Cepat kau datang ke rumah sakit, y/n mengalami kecelakaan-"
Beeb.

Jimin segera mematikan ponselnya dan segera menuju rumah sakit, ia sangat panik karena Y/n pernah melakukan hal yang tidak tidak saat ia sedih atau marah sebelumnya.

Sesampainya di rumah sakit, Seokjin menyambut dengan wajah sedih dan itu semakin membuat Jimin panik.

"Hyung, y/n bagaimana?" Jimin.

Seokjin menggelengkan kepalanya dan menunjukan ekspresi sedih. Seokjin meminta Jimin menemui y/n di kamar.

Jimin memasuki kamar y/n, y/n sedang terbaring. Jimin menggenggam tangan y/n, matanya berkaca kaca.

"Y/n-ah bangunlah, y/n salah paham, yang y/n lihat bukanlah kebenaran. Oppa tidak pernah menyukai perempuan lain selain y/n. Maafkan oppa, seharusnya oppa menolak ajakan kerjasama darinya. Kembalilah ke oppa y/n-ah hiks hiks." Jimin menangis sambil menggenggam erat tangan y/n.

"Oppa..." Y/n

"Y/n-ah! Kau sudah sadar?" Jimin mencium tangan y/n.

"Iya tadi aku hanya tidur sebentar-" y/n

"Apa lukamu serius? Ini sebuah keajaiban kau sudah sadar." Kata Jimin antusias.

"Eh? Tidak, aku tidak terluka parah oppa, tadi saat aku menuju rumah Seokjin oppa ada anak kecil menyebrang sembarangan, aku burusaha menolongnya dan aku terjatuh. Kakiku hanya terkilir, tapi Seokjin oppa memaksaku untuk rawat inap di rumah sakit." Y/n.

"Apa? Astaga aku ditipu olehnya." Jimin

"Hmmm...." Y/n menatap Jimin kesal.

"Y/n-ah maafkan aku, yang kau lihat tadi hanya salah paham." Jimin berusaha menjelaskan.

"Iya oppa, aku paham. Seokjin oppa dari tadi membelamu dan itu membuatku agak kesal." Y/n.

"Kenapa?" Jimin.

"Karena Seokjin oppa lebih percaya dgn oppa dari pada aku, aku malu dan sudah bertingkah kekanakan." Y/n.

"Tapi y/n hebat bisa menahan emosi y/n dan tidak berbuat macam macam seperti dulu, oppa bangga!" Jimin.

"I-itu semua berkat oppa, emosi y/n bisa y/n kendalikan dengan baik karena oppa. Terima kasih oppa, tapi..." Y/n.

"Eum? Ada apa?" Jimin.

"Baik itu sengaja maupun tidak sengaja, aku tidak suka oppa mencium orang lain." Y/n.

"Eoh? Y/n... Ingin membersihkannya?" Jimin.

Y/n meraba bibir Jimin dan semakin mendekat, y/n awalnya hanua mencium bibir tebal Jimin, namun lama kelamaan itu menjadi cumbuan. Mereka saling bertukar saliva, dan semakin terbawa suasana. Jimin sedikit mendorong y/n ke kasur tanpa melepas cumbuan mereka.

"Ehhkhemm!" Seokjin.

"Ah! Hyung!" Jimin.

"Dasar! Kalian seharusnya berterima kasih padaku, lanjutkan di rumah saja!" Seokjin.

"Baiklah, akan aku lanjutkan di rumah." Jimin menggendong y/n dan segera membawanya kemobil dan segera pulang.

"Jangan membuat kakinya bertambah parah bodoh!" Seokjin.
.
.
.
.
The end.

Akhirnya part 2 selesai
Gimana kenanggungan kalaian nunggu part 2? Mantap nggak?

BTS [NC21+] all members oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang