2.FINALLY

295 42 3
                                    

Malam sebelum hari Valentine, Plan menerima telepon dari Mean. Ia menanyakan rencana Valentine Plan dan Plan yang memang sudah berencana untuk pergi ke Hutan Raya Kancanaburi menjelaskan kepada Mean.

"Sendiri?" tanya Mean.

"Iya, sendiri," jawab Plan.

"Boleh aku temani?" tanya Mean lagi.

"Kau tak ada rencana?" tanya Plan balik.

"Rencananya ingin mengajakmu ke suatu tempat. Tapi kalau kau ada rencana, bagaimana kalau aku yang ikut denganmu?" tanya Mean sekaligus menjelaskan.

"O, begitu!" jawab Plan pendekm ia sebenarnya kaget sebab Mean ingin mengajaknya jalan.

"Plan, halo?" tanya Mean lagi setelah suara Plan tidak terdengar.

"Uhm, baiklah. Besok, pukul sembilan bertemu di stasiun, ya!" sahut Plan lagi.

"Siap. Oke." Mean menjawab dengan cepat.

"Fandinaa, Plan," lirih Mean.

"Iya, fandinaa, Mean," jawab Plan.

Keesokan harinya mereka bertemu di stasiun dan mereka langsung membeli tiket kereta menuju tempat tujuan. Setibanya di tempat, mereka berjalan-jalan dalam hening dan Plan mengambil beberapa foto pemandangan di sana.

Mereka beristirahat, duduk di bawah pohon di dekat danau. Mereka duduk bersebelahan dan memandang ke danau dalam keheningan selama beberapa waktu.

"Aku ingin tanya sesuatu, boleh?" tanya Plan akhirnya memberanikan diri. Ia melihat ke arah Mean. Mean menganggukkan kepalanya dan menatap Plan.

"Kenapa kau menciumku saat aku tidur di bus dan di loker? Kenapa memelukku saat di rumah Phi Gong? Kenapa memberikan perhatian kepadaku seperti itu?" tanya Plan.
Mean diam sejenak. Ia melihat Plan dengan tenang.

"Aku menyukaimu," sahut Mean sambil menatap Plan dengan serius.

"Menyukaiku?" Plan kaget. Matanya membelalak.

"Kenapa tak mengatakan apa-apa? Kenapa menyentuhku begitu saja? Kau bisa kulaporkan ke polisi dan aku bisa bilang kau melakukan pelecehan seksual kepadaku," ujar Plan lagi dengan nada yang agak kesal.

"Iya, kau benar. Untungnya kau tak melakukannya. Aku tak bisa mengatakannya sebab aku membuat perjanjian dengan Neena," sahut Mean dengan nada lemas.

Plan mengernyitkan alisnya. Ia semakin tak mengerti. Mean menjelaskan bahwa Neena menangkap basah dirinya tengah bermasturbasi sambil menciumi kaos voli Plan dan ia merekamnya dan sejak saat itu ia mengancam Mean tak boleh mendekati Plan sama sekali atau ia akan menyebarkan video itu.

Namun, Mean tidak tahan. Ia menyukai Plan sejak lama bahkan ketika ia mendekati Love, itu hanyalah sebuah modus agar ia bisa dekat dengan Plan.

Neena menyatakan cinta kepada Mean, dan Mean menolaknya. Akhirnya mereka membuat perjanjian bahwa Mean akan membantu Neena mendapatkan siapapun yang ia mau selain dirinya dan Neena harus menghapus video itu. Sekarang Neena sudah jalan denhan kapten tim basket, Joss, dan sekarang videonya sudah dihapus juga. Jadi, Mean punya keberanian untuk menyatakan cinta kepada Plan.

Plan sangat kaget saat mendengar hal itu, khususnya bagian Mean yang menyukai dirinya sejak dulu dan sekarang Mean menyatakan perasaannya dan memintanya jadi pacarnya juga.

"Plan, maafkan aku, melakukan hal-hal yang membuatmu bingung dan takut. Sekarang, kau sudah tahu alasannya. Jadi, maukah kau menerimaku jadi pacarmu?" tanya Mean lagi sambil menatap Plan dengan lembut.

Plan baru saja akan menjawab saat tetiba hujan turun dengan cepatnya. Mereka langsung berdiri dan berlari menuju tempat teduh. Mean menuntun Plan dengan cepat dan mereka masuk ke dalam sebuah mobil Van yang biasanya disewakan untuk duduk dan menikmati pemandangan.

Mereka duduk bersebelahan dan kemudian membersihkan dirinya dari air hujan. Plan langsung melepas ikatan rambutnya dan mengurainya serta membersihkannya dengan sapu tangan yang ia bawa di dalam tasnya.
Ia bahkan tak sadar Mean tengah menatapnya.

"Kau cantik sekali. Ini kali pertama, aku melihatmu mengurai rambutmu," ujar Mean sambil meneguk ludah. Tatapannya dipenuhi rasa kagum. Tentu saja hal ini membuat Plan canggung. Ia tidak melanjutkan kegiatannya. Ia menunduk dengan wajah memerah.

"Maafkan aku! Aku menakutimu?" tanya Mean sambil mengambil sapu tangan dari tangan Plan dan mencoba melanjutkan pekerjaan Plan mengeringkan rambutnya.

"Mau apa?" Plan kaget. Ia menepiskan tangan Mean.

"Mengeringkan rambutmu. Aku khawatir kau akan masuk angin," ujar Mean.

"Aku bisa melakukannya," ujar Plan sambil mengambil sapu tangan dari tangan Mean.

"Terima kasih," sahut Plan sambil mengeringkan lagi rambutnya.

"Plan, kau belum jawab pertanyaanku. Kau menerimaku atau menolakku?" tanya Mean lagi.

Plan diam. Dia memalingkan wajahnya, menyembunyikan wajahnya yang malu.

"Plan," bisik Mean.

Plan menoleh dan wajah Mean sudah berada dekat dengan wajahnya. Plna melotot. Ia tak mungkin menghindari gamitan Mean yang dengan cepat menyambar bibirnya. Plan mencoba menepiskannya, tapi Mean menarik wajah Plan dan menangkupnya dan dengan leluasa memagut bibir penuhnya itu.

Plan tidak membalasnya, tapi lama-kelamaan rasa hangat muncul dari bibir Mean dan lidah Mean yang dengan lembut mencoba menelusup masuk ke bibirnya dan akhirnya mereka berciuman lama dan mesra.

"Mmmmph," desah keduanya sambil memejamkan matanya dan tak lama kemudian keduanya melepaskannya dan saling menatap sambil menyunggingkan senyum.

"Kau menikmatinya?" tanya Mean pelan. Plan menganggukkan kepalanya dan memalingkan tatapannya ke arah lain karena malu.

"Syukurlah," lirih Mean. Ia mencium ujung hidung Plan dan menyatukan keningnya dengan kening Plan sambil masih menangkup wajahnya lembut.

"Hei, jadi pacarku, na! Pleaseee!" lirih Mean sambil masih pada posisinya. Mereka berpandangan dengan lembut.

"Iya," jawab Plan sambil tersenyum.

Mean sumringah. Mereka berciuman lagi dan kemudian berpelukan sambil menyunggingkan senyuman.

"Mean, aku belum siap!" desah Plan saat Mean merebahkan Plan dan ia berada di atasnya.

"Tidak apa-apa. Aku tak akan memasukannya. Di luar boleh? Berkenalan saja, hmmm?" bisik Mean. Ia menahan berahinya.

"Okay," desah Plan.

Dan mereka bercumbu di dalam mobil itu. Mereka kembali ke rumah setelah hampir pukul delapan dan berciuman kembali sebelum berpamitan.

Bersambung










Track 6 Mean and Plan Short Stories CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang