1. RANDOM

352 40 2
                                    

Catatan: Mohon maaf ff ini lebih vulgar daripada yang lainnya. Jadi, bagi yang tidak menyukainya, dilewat saja.

Mungkin inilah yang dimaksud dengan dunia selebar daun kelor atau dunia sempit. Dari semua escort yang ada, mengapa harus Plan yang menemani Mean malam itu?

Plan dengan Mean pernah punya masa lalu. Mereka sempat menjalin hubungan saat kuliah meski hanya sebentar sebab Plan meninggalkan Mean tanpa alasan. Mean sakit hati dan ia tak mau mencari Plan atau kenal lagi dengan Plan.

Sekarang setelah hampir tujuh tahun, Mean bertemu lagi dalam situasi yang  sebenarnya menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi kedua pihak.

Menguntungkan, itu jelas untuk Mean. Sebagai pemesan perempuan di klub Hive yang terkrnal mewah dan bereputasi baik itu, Mean bisa melakukan apa saja kepada sang perempuan kecuali kekerasan, tentunya, kecuali jika sudah ada perjanjian sebelumnya dengan pihak manager Hive bahwa sang lelaki adalah pelaku BDSM, maka sang escort yanh dikirim adalah mereka yang menyukai BDSM pula.

Tidak menguntungkan tentunya bagi Plan. Mean bisa saja mengeluh tentang layanannya meski sebenarnya ia sudah melakukan dengan maksimal dam profesional dengan tujuan balas dendam karena dulu ia meninggalkan dirinya.

Kenapa Plan meninggalkan Mean sebenarnya dulu? Itu juga pertanyaan Mean sampai hari ini yang pasti akan terjawab sebentar lagi.

"Kalau kau ingin mengganti pendapingmu untuk malam ini, kau bisa melakukannya sekarang," sahut Plan. Ia tahu dengan pasti Mean membencinya dan mana sudi ia menindih perempuan yang ia benci.

"O, kurasa tak perlu. Lakukan saja yang kuminta," ujar Mean dengan nada dingin.

Plan sudah memperkirakan hal ini juga. Jika ia menolak mengganti, artinya ia akan melakukan sesuatu yang membuatnya puas untuk melampiaskan amarahnya bertahun-tahun lalu.

Lihatlah senyum itu! Dia seperti telah merencanakan sesuatu. Plan hanya bisa pasrah. Ia tak punya pilihan, kecuali melayani Mean malam itu. Tidak apa-apa! Itu pikirnya. Hanya beberapa jam dan paling lama sampai pagi. Setelah itu semuanya kembali pada semula.

Mean memerintahkan Plan mandi dan itu seusai dirinya. Plan melakukannya dan ia diminta untuk mengenakan pakaian yang Mean minta pakai. Yang ini, ia juga melakukannya.

Mean duduk di sofa menunggunya dalam keadaan berbungkus piyama hotel. Tak lama kemudian, Plan keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang diminta oleh Mean untuk dipakai sebelumnya.

"Berlutut di depanku dan hisap punyaku!" nada Mean dingin memerintah. Mean masih dalam posisinya dan ia membuka piyamanya.

Plan mengikuti perintahnya. Ia berlutut di depan Mean. Mean membuka kedua kakinya lebih lebar, membuat akses agar Plan leluasa menghisap naganya. Ia duduk bersimpuh. Wajahnya tepat didepan sang naga. Tangannya mrnjulir memegang naga Mean perlahan dan mengelusnya perlahan juga.

Plan mendekatkan wajahnya, lalu mencium kepalanya dan secara perlahan menelusuri batang sampai ke pangkalnya dengan bibir penuhnya. Sesekali ia menjulurkan lidahnya, menjilatinya seolah mengejeknya dari atas ke bawah, kembali lagi ke atas dan mengulum dua buah di bawahnya itu lalu kembali lagi ke atas.

Mean mengerang halus saat Plan melakukannya dengan ritme yang lebih cepat. Tak lama kemudian, Plan berganti gaya. Ia mengatupkan kedua tangannya membungkus batang naga, memberikan sensasi hangat pada bagian itu dan kemudian mengulum kepalanya dengan mulutnya sampai agak bagian bawah dan dan menghisapnya dengan cepat.

Bunyi kecipak ludah pada bagian naga dan lenguhan Mean yang semakin keras karena merasakan kenikmatan dari hisapan itu berlomba memenuhi ruangan dan setelah hampir satu jam, Plan melakukannya, akhirnya Mean menyemburkan cairannya. Sebagian masuk ke dalam mulut Plan dan sebagian besar memenuhi mukanya.

Mean sama sekali tak meminta maaf. Ia mengambil tisu dan membersihkan naganya. Plan dengan cepat berlari ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Mean tahu benar, ia tak suka wajahnya bermandikan cairan kental putih itu, apalagi menelannya, tapi Mean seolah sengaja melakukannya.

Dulu ketika pacaran, Mean pasti akan dengan cepat menarik naganya dari dalam mulut Plan dan menyemburkannya pada tisu. Ia tak mau Plan marah. Sekarang, lihatlah yang ia lakukan. Ia sengaja melakukannya.

"Kemari!" Mean menunjuk posisi tepat di sebelahnya dan meminta Plan berbaring.

Plan hanya menganggukkan kepalanya dan melakukam instruksi Mean. Ia merebah dan Mean menindihnya di atasnya. Ia membuka pakaian Plan dan kemudian mencium kedua gunung kembarnya bergantian. Ia melewatkan bibir Plan dan  sangat bersyukur. Ia tak mau berciuman dengan Mean. Mean akan tahu bahwa ia masih menyimpan perasaan untuknya.

Mean menggasak gunung kembar itu dengan bibirnya dan kemudian menciumi bagian bawahnya sampai pada bagian di antara selangkangannya dan ia menghisapnya juga dengan kencang membuat Plan menjerit kecil dan kemudian mendesah panjang sampai akhirnya setelah beberapa lama ia juga mencapai pelepasan.

Mean tak membiarkannya. Ia menjilati lubang depannya dengan lidahnya dan Plan harus kembali dibuat terhenyak padahal ia belum selesai mengatur napas setelah melakukan pelepasan yang pertama. Mean langsung memasukkan naganya dengan cepat dan kemudian mulai menggoyang Plan dengan agak kasar.

Lagi-lagi itu bukan gaya Mean. Dulu, Mean selalu memperlakukannya dengan sangat lembut dan perhatian. Ia akan menatapnya dengan teduh dan berkata dengan suara yang tenang apakah ia merasa nyaman atau tidak.

Dulu, bercinta dengan Mean selalu membuatnya bahagia dan Plan harus jujur mengakui ia adalah wanita yang paling beruntung dan bahagia dan waktu yang paling membahagiakan adalah saat ia bersama dengan Mean.

Mereka pertama kenal di kuliah. Mereka datang dari fakuktas yang sama, tetapi jurusan yang berbeda. Sama-sama melakukan kerja sukarela membersihkan lingkungan mereka bertemu di sana dan menunjukkan rasa saling tertarik. Mereka berkenalan dan tak perlu waktu lama untuk mulai berkencan dan dilanjutkan dengan pacaran.

Mereka berhubungan selama hampir tiga tahun sampai suatu hari tetiba Plan memutuskan Mean dan meminta Mean untuk tak mendekatinya lagi. Mean beberapa kali meminta penjelasan, tapi Plan tak mau bertemu. Ia memblokir semua akses Mean kepada dirinya dan membuatnya benar-benar tak bisa berkomunikasi.

Yang paling parah, saat Mean memcoba menemui Plan di apartemennya, tetiba Mean terkunci di lift dan ia hampir mati karena kekurangan oksigen karena terjebak di dalamnya selama hampir lima jam.

Ia juga pernah akan menemui Plan di studio latihan menarinya, tapi tetiba mobilnya ada yang merusak dan ia kecelakaan sampai akhirnya dia dirawat di rumah sakit dan setelah itu, Mean menyerah.

"Aaah, aaaw! Mmmmmph," desah Plan. Kenikmatan dan kesakitan datang pada saat yang bersamaan. Mean benar-benar main kasar di bawahnya. Ia menghujamkan naganya penuh amarah dan Plan hanya bisa menahannya.

Bersambung





Track 6 Mean and Plan Short Stories CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang