Epilog

7.1K 160 21
                                    

Aku mengosok gosok bibirku dengan kasar, Berusaha menghilangkan bekas jejak bibir Defron dan Dimas benar benar hilang dari bibirku. Walaupun bibirku sudah terasa kering dan mulai berdarah aku tetap terus menggosok gosokan bibirku, Aku benar benar gak sudi ketika kembali mengingat kejadian kemarin yang membuatku sedikit trauma.

Air mataku terus mengalir dikedua mataku, Mataku sudah bengkak ntah kapan aku akan berhenti menangis sejak kejadian itu. Aku juga terus mengurung diriku dikamar setelah dinyatakan oleh dokter aku hanya butuh istirahat.
Rasanya aku seperti jalang ketika mengingat aku sempat mengoda Adrin, Walaupun aku tau aku dibawah alam sadarku.

"You're bitch, Aris." Kataku sambil menatap pantulan wajahku dicermin.

Tanganku meremas ujung westafel dengan kencang dan berteriak lalu kembali menangis. Tuhan... aku gak bisa menerima diriku lagi.

Seseorang langsung membuka pintu kamar mandi ketika mendengar teriakanku dan langsung memelukku dan berusaha menenangkanku.
Aku hanya bisa terus menangis didalam pelukannya yang terasa begitu nyaman.

"I'm here for you, baby. Please dont cry."  Cowok itu terus menenangkanku sambil mengusap ngusap pelan kepalaku.

"Aku takut... Adrin." Kataku disela sela tangisanku sambil mencengkram bajunya.

Adrin, Cowok itu hanya bisa mengeratkan pelukannya dan hati nya begitu terasa sakit melihat Aris yang sangat rapuh saat ini, "Mereka udah meninggal sayang, udah yah? jangan terlalu dipikirin lagi. Aku gabakal ninggalin kamu, aku bakal selalu ngejagain kamu."

Aku hanya mengangguk didalam pelukkan nya. Tuhan.. jangan jauhkan dia dariku.

"Kamu istirahat ya? Udah jam 12 malem, kamu pasti capek." Kata Adrin sambil tersenyum lembut lalu menggendongku menuju kamarku lalu menaruh tubuhku ditempat tidurku. Aku langsung menahan nya ketika ia ingin beranjak  pergi, "Jangan pergi..."

Adrin tersenyum lalu mencium keningku, "Iya sayang, Aku disini kok." lalu naik ketempat tidurku dan dan memelukku yang membuatku juga memeluk nya dengan nyaman sampai akhirnya tertidur.

----

"Gimana si Della?" Tanya Adrin sambil duduk disofa yang sudah ada Danilla, Rehan, Niko dan Dean yang sudah ngumpul menunggunya.

"Besok gue sama yang lain bakal bujuk orang tuanya Della,  Lo harus ikut,Drin." Kata Rehan sambil menyesap teh hangat yang dia bikin sendiri.

"Tapi Aris gabisa gue tinggal, Tadi aja gue harus nemenin dia tidur dulu baru  bisa tidur nyenyak." Kata Adrin sambil menghembuskan nafas dengan gusar.

"Gue coba bakal temenin dia deh selama lo pada pergi, lagian Aris mau mau aja kok ketemu gue." Kata Danilla dengan yakin.

Adrin mengangguk, "Yaudah, tapi kalau dia bener bener butuh gue lo tinggal Line gue aja." Danilla pun mengangguk setuju.

Dean menselonjorkan badan nya disofa dengan paha Niko yang menjadi bantalan dikepalanya, "Gue sedih liat Aris kayak gitu, Padahal gue selalu liat dia tegar banget."

"Aris emang cewek sok tegar sebenernya, Tapi dia berakting dengan baik." Kata Danilla sambil mangut mangut.

"Apa harus gue ajakin tauran dulu kali yak, Biar dia balik lagi kayak dulu." Pikir Rehan yang membuat Niko memukul kepal Rehan.

"Si dodol, Thinking atuh seyengg." Kata Niko membuat yang lain tertawa.

Rehan cemberut, "Galak banget sih, gasuka deh gue."

"Udah udah, mending lo pada tidur. Jangan sampe besok sampe gagal." Kata Adrin sambil berdiri lalu beranjak menuju kamar ruang tamu disebelah kamar Aris.

The Way [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang