Being Stronger

390 28 7
                                    

Mohon maaf sekali atas keterlambatannya..🤧
Karena author lagi ngidap CTS jadi sangat - sangat kesulitan buat nulis...
But, janji adalah janji...
I did my best...
Author pub 2 part sekaligus buat end story ini ya...

Happy reading...

♔♔♔

Hari ini menjadi hari pertama Seokjin mengunjungi columbarium dimana nenek Jisoo disemayamkan. Sebuah rumah abu yang kecil di pinggiran kota Seoul yang tenang. Ia kesana bersama Jisoo.

Meski sudah tiada, Seokjin merasa wajib mengunjunginya sebelum ia mengikrarkan janji suci pernikahan dengan Jisoo, cucu kesayangan sang nenek.

Abu nyonya Song, nenek Jisoo berada dalam moonjar mungil dalam ruang yang tertutup kaca. Jisoo telah meletakkan foto ayah ibu serta foto dirinya, nyonya Song dan Jihwan didalamnya.

Seokjin tidak lupa membawakan sebuket kecil bunga krisan putih. Ia meletakkannya di tempat bunga yang menempel pada pintu kaca kotak itu. Dengan senyum yang begitu ramah ia membungkukkan badannya.

"Perkenalkan nama saya Kim Seokjin, saya minta maaf baru mengunjungi anda sekarang" ia memperkenalkan diri seolah nyonya Song benar - benar masih hidup didepannya.

Jisoo tersenyum pahit. Ia yakin neneknya sudah tahu bagaimana pria pilihannya itu. "Halmeoni.. Aku yakin kamu pasti khawatir. Aku akan baik - baik saja"

"Saya akan menjaga Jisoo seumur hidup saya. Saya juga akan membahagiakannya" tambah Seokjin.

Kedua mata Jisoo seketika berkaca - kaca. Seokjin dapat melihatnya melalui pantulan kaca didepannya. "Halmeoni... Aku.. Mencintai pria ini. Aku tidak bisa hidup jauh darinya jadi aku memilih jalan ini. Aku harap kau terus mendukungku dari atas sana"

Mendengar ucapan itu membuat Seokjin merasa bahagia. Memilih dirinya bukan hal yang mudah bagi Jisoo. Sebuah keberuntungan yang sangat berharga, seorang iblis sepertinya mendapatkan hati wanita seperti Jisoo. "Saya berjanji tidak akan membuatnya menderita" ucap Seokjin sembari menggandeng jemari Jisoo.

♔♔♔

Di petang hari itu juga Jisoo berdiri di halaman sebuah rumah bergaya mediterania klasik yang begitu mewah baginya. Kedua tungkai kakinya serasa lemas dan telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin. Jemari terus meremas satu sama lain karena gelisah.

Sudah satu menit berdiri disana memandang tepat ke dua pintu besar berwarna gading yang menjadi pintu masuk kedalam rumah. Ini terasa seratus kali lebih sulit dibandingkan memperkenalkan Seokjin kepada neneknya.

Sebuah tangan menceraikan kedua tangannya yang saling bergelud satu sama lain itu.

"Kalau kamu tidak siap kita bisa kembali, aku tidak butuh restu ayahku"

Jisoo menoleh. Ia hampir lupa Seokjin bersamanya. Dan kini kekasihnya memciba membuatnya nyaman.

"Bagaimanapun aku harus menemuinya" jawab Jisoo.

"Aku tahu kamu bisa melakukannya"

Ya. Mereka sekarang berada di kediaman Kim Jongin, ayah Seokjin. Rumah dimana Seokjin dibesarkan. Rumah menjadi saksi bagaimana Seokjin dididik dan juga menjadi saksi kepergian sang ibu.

Mereka tanpa ragu - ragu masuk. Rumah itu bak kastil bagi Jisoo. Segala interiornya tampak klasik dan penuh seni. Sungguh rumah yang indah hingga sang tuan rumah tidak pernah berniat meninggalkannya dengan membangun rumah baru yabg lebib futuristik. Tapi segaka keindahan itu percuma tanpa adanya keharmonisan didalamnya. Seokjin, si putra tunggal malah memilih tinggal di apartemen biasa.

CRAZY RICH MAN [ End ]Where stories live. Discover now