YRMU || Hilang

2.1K 207 13
                                    

Dua minggu berlalu...

Kini semuanya sudah kembali berjalan dengan normal. Bukan kembali normal sih, karena sebenarnya semuanya tetap cukup normal bahkan saat tanggal itu.

Trauma Ara sudah tidak menyiksa wanita itu lagi. Setelah 13 tahun berjuang melawan ketakutan-ketakutannya, akhirnya sekarang ia bisa terbebas juga dari semua itu.

Wajah cantik milik wanita itu tak henti-hentinya tersenyum menatap pemandangan jalan. Ini adalah hari spesial. Hari hmm bukan, tapi tanggal. Tanggal spesial yang menjadi hari membahagiakannya. Hari yang menjadi awal baru dalam hidupnya.

Pintu mobil terbuka begitu sampai di parkiran sekolah Zaza dan Ralen. Raut wajah Ara langsung berubah datar begitu keluar dari mobil. Ada perasaan gelisah yang tiba-tiba menghinggapi hatinya begitu tak mendapati kedua anaknya yang langsung berlari meneriakkan kata 'mommy' begitu ia melangkahkan kakinya mendekati kelas kedua bocah kembar itu.

Ia mengecek jam tangan yang berada di pergelangan tangannya memastikan ia tidak telat menjemput kedua buah hatinya. Dan benar, ia tak terlambat sama sekali.

Mencoba untuk tetap berpikir positif, Ara melanjutkan langkahnya mendekati kelas putra putrinya.

Rasa panik langsung menderanya begitu melihat kedua anaknya tidak ada di dalam kelas. "Nyonya Ara?" dengan cepat Ara menoleh menatap guru yang sedang berdiri di dekat papan tulis.

"Kemana kedua anak saya?" tanya Ara dingin membuat guru itu menegang.

"Mereka sudah pulang, n-nyonya."

"Apa maksudmu?!" bentak Ara tak sengaja. "Maaf. Ikut saya keluar!" ucapnya meminta maaf karena tiba-tiba membentak di depan teman-teman Zaza dan Ralen.

Saat keduanya sudah berada di luar kelas, Ara langsung menatap datar guru di hadapannya.

Mengapa wajahnya datar? Karena ia mencoba mengontrol emosinya dengan cara itu. Bahkan kedua tangannya sudah terkepal kuat disisi tubuhnya.

"R-Renazza dan Ralenzo sudah pulang, nyonya. Mereka di jemput oleh orang yang mengaku adik anda." ucap guru itu tenang. Walaupun sesungguhnya ia sangat takut.

Siapa yang tidak takut dengan seorang Aquinsha Arala Wilbert? Walaupun Ara dikenal berhati baik di balik wajah datarnya, tapi wanita itu bisa kapan saja menjadi menakutkan jika keluarganya terusik. Bahkan dalam waktu kurang dari 5 menit saja, ia bisa menghancurkan hidup orang lain.

"Seluruh dunia tahu, kalau--" Ara menghentikan ucapannya karena tiba-tiba teringat seseorang. "Seluruh dunia tahu, kalau saya anak tunggal! Bisa-bisanya kau menyerahkan kedua anakku kepada orang asing yang mengaku adik saya!!" jari lentik wanita itu bergerak memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening.

"Hah! Lihat saja apa yang akan terjadi padamu karena dengan seenaknya menyerahkan anakku, yang jelas-jelas kau tahu jika selama ini saya tidak pernah absen menjemput anak-anak saya!" murkanya kepada guru kedua anaknya yang menunduk takut. Wajahnya terlihat jelas berubah merah karena kulitnya yang putih. Wanita itu benar-benar emosi tak menemukan keberadaan anak-anaknya.

"Kalau sampai kedua anak saya kenapa-napa, saya tidak akan pernah membiarkanmu lolos! Ingat itu!" kedua kaki jenjang Ara langsung melangkah dengan tergesah setelah mengatakan itu kepada guru kedua anaknya.

"Cari tahu keberadaan kedua anakku sekarang juga! Lacak smartwatch, kalung, dan juga gelang mereka! Jangan lupa cari tahu keberadaan bodyguard yang bertugas menjaga mereka!" titah Ara kepada Ben yang berjalan mengikutinya.

"Baik, nyonya." ucap Ben sambil menunduk hormat saat mereka telah sampai di dekat mobil.

"Kembali ke kantor pusat!" titah Ara kepada bodyguard yang duduk di balik kemudi.

You Raise Me Up [END] Where stories live. Discover now