Ara membanting tubuhnya ke kasur dengan kasar. Matanya terpejam sebelum akhirnya kembali terbuka menatap langit-langit kamarnya.
Ara POV
"Arzen... Apa kabar?" Haha... Lihatlah kebodohanku bertanya pada orang yang jelas-jelas sudah tak ada lagi di dunia ini.
Aku sekarang seperti tak mengenal diriku sendiri. Semuanya terasa semakin membingungkan. Aku bingung dengan diriku sendiri.
Aku seperti bukanlah aku.
Siapa Aquinsha Arala Wilbert? Aku? Benarkah? Seorang Aquinsha adalah gadis jenius, sedangkan aku? Aku adalah orang bodoh yang bahkan tak tahu ada apa dengan diriku sendiri.
Aku ingin mati saja, tapi kenapa Tuhan tak pernah mengizinkan? Apakah ia menolakku hadir disisinya? Jika iya, mengapa ia menciptakanku?
Seandainya bisa memilih, aku tidak akan pernah mau lahir jika harus merasakan hidup seperti ini.
Aku hidup hanya menjadi beban orang lain. Lihatlah grandma dan grandpa harus pergi karena mengusahakan aku bisa berdamai dengan mommy dan daddy.
Mommy harus terus menangis dan menyalahkan dirinya karena melihat hidupku yang semakin tak jelas ini.
Daddy, Varo, dan Schafer Brother's harus bekerja keras untuk tetap menjaga kejayaan Queen Corp's yang hampir saja kubuat hancur.
Hidupku benar-benar menjadi beban untuk orang lain.
Tuhan? Mengapa aku? Mengapa Engkau membuatku seperti ini? Kesalahan apa yang pernah kubuat hingga siksaan dunia yang kudapatkan ini begitu kejam?
Author POV
Ara bangun dari tidurnya. Kemudian berjalan menuju walk in closenya untuk berganti baju.
Setelah mengganti bajunya, gadis itu pergi meninggalkan kamarnya.
"Ara, mau kemana, nak? Ini udah larut." tanya Dhino yang duduk di sofa sambil menonton tayangan sepak bola. Pria itu menoleh saat mendengar suara langkah yang tenyata adalah putrinya.
Ara menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Dhino. "Aku mau ke apartemen, dad." balasnya.
Dhino berjalan mendekati putrinya dengan alis berkerut bingung. "Kenapa? Kok tumben mau ke apartemen? Ada masalah, nak?" tanya Dhino lembut.
Kedua sudut bibir Ara terangkat membentuk senyum tipis di bibir gadis itu. "Hanya untuk menenangkan fikiran."
"Yakin?"
"Iya."
"Jangan berbuat macam-macam, yah?"
"Gak janji, dad, hehe..."
"Ara..."
"Ara pamit, dad. Kalau mommy nyariin, jawab jujur aja. Besok pagi aku langsung ke kantor. Maaf gak bisa sarapan bareng. Ara butuh sendiri dulu."
"Nak, kamu baru aja mab--"
"Aku gak papa. Trust me. Bye dad. Good night."
Setelah mengatakan itu, Ara langsung melenggang pergi meninggalkan Dhino yang menghela napas menatap punggung mungil putrinya yang kian menjauh.
📈📈📈
Mobil sport yang dikendarai Ara melaju kencang menyusuri jalanan kota London ditengah larutnya malam.
Dibelakang mobilnya, ada mobil Ben dan pengawal lainnya yang setia menjaganya.
Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya mobil Ara berhenti di lobby salah satu apartemen termewah di kota London, Queen's Apartemen.

YOU ARE READING
You Raise Me Up [END]
Teen FictionSequel SIDE EFFECT Ada baiknya membaca cerita SIDE EFFECT dulu!!! "Hadirmu baik untukku." "Hadirmu, membuatku bertahan untuk bangkit kembali." "Terima kasih. Karena hadirmu mampu mengubah duniaku." ⚠️Hanya fiksi belaka. Tidak maksud menyinggung p...