Ara memandang kursi grandpa dan grandma nya gunakan saat mereka makan, dengan tatapan menerawang mengenang kepingan kenangan saat mereka makan bersama dengan hangat.
Kenangan dimana sepasang paruh baya itu berusaha membuatnya tertawa tapi malah hanya dibalas senyum tipis olehnya.
Menyesal?
Tentu saja. Dulu ia terlalu sibuk meratapi nasibnya, hingga lupa jika kedua paruh baya itu juga merupakan sumber kehidupannya.
Ia tak pernah sendiri, tapi selalu merasa sendiri. Kosong. Itulah yang ia rasakan hingga tak sadar membekukan hatinya pada orang yang salah. Dan lebih tak tahu dirinya lagi, ia baru menyesali, baru meraung meminta kehangatan kedua paruh baya itu, saat raga mereka sudah tak ada disisinya.
"Julukan otak jenius sepertinya tak pantas untukku grandma, grandpa. Karena sesungguhnya aku adalah orang paling bodoh dalam menghadapi hidup ini.
Aku tidak tahu bagaiamana perasaaan kalian saat berusaha menghiburku tapi tanggapanku malah tak sesuai yang kalian harapkan. Tapi yang pastinya, itu sangat menyesakkan hati kan, grandma, grandpa?
Ara tak tahu diri yah?
Iya. Memang Ara adalah manusia paling tak tahu diri. Entah sudah berapa banyak orang yang Ara sakiti dengan sikap dingin Ara saat itu.
Maafkan Ara, grandma, grandpa.
Ara gagal menjadi cucu yang baik untuk kalian. Ara terlalu banyak membebani kalian. Bahkan saat kalian sudah seharusnya hidup tenang di atas sana, Ara masih sering merepotkan kalian.
Maaf. I'm so sorry, grandma, grandpa.
Di atas sana, kalian pasti bisa melihat Ara kan? Ara sekarang ada di rumah kita. Rumah yang menjadi saksi tumbuh kembang Ara kan?
Di rumah ini, Ara memulai segalanya hingga berada di titik ini. Dan untuk itu, sekarang Ara ingin meminta izin, menjadikan rumah ini sebagai saksi dimana Ara berusaha berdamai dengan segalanya, dan mulai memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
Be--"
"ALLAHUAKBAR!!!"
Ara yang sibuk berbicara dalam hati sambil melamun, langsung tersentak kaget mendengar teriakan seorang wanita yang sangat dikenalinya dengan begitu keras. Itu suara Mommynya. Alliqa.
Kepala Ara dengan spontan menoleh ke sumber suara yang berasal dari belakangnya.
Ia menatap bingung mommynya yang memejamkan mata dengan kedua tangan yang berada di dadanya.
Ara kemudian bangkit dari duduknya. "Mom?" panggil Ara mulai berjalan mendekati mommynya.
Saat mendengar suara Ara, mata Alliqa langsung terbuka. "Ara?" panggilnya.
"Iya, ini Ara. Mommy kenapa?" wanita itu langsung menghela napas lega dan meraup oksigen dengan rakus.
"Kamu ngagetin mommy." balas Alliqa.
Wajah Ara nampak kebingungan tak mengerti maksud perkataan mommynya. Sejak kapan ia mengagetkan wanita itu? Justru malah ia dikagetkan oleh teriakannya.
"Mommy kira kamu hantu, hehe..." ucap Alliqa menjawab kebingungan putri semata wayangnya.
"Dih. Kok gitu sih?" delik Ara tak terima disamakan dengan hantu.
"Yah, ituloh penampilan kamu liat!" Ar langsung meneliti pakaian yang ia gunakan. Tak ada yang salah.
"Kamu pake piama putih, terus rambut kamu tergerai, apalagi kamu duduk disini juga pake gak nyalain lampu utama, mana duduknya ngebelakang, jelas mommy kaget lah. Ngapain sih?" jelas Alliqa berjalan ke arah meja makan dan menuangkan air ke dalan gela. Ara yang mendengar itu hanya terkekeh ringan.

YOU ARE READING
You Raise Me Up [END]
Teen FictionSequel SIDE EFFECT Ada baiknya membaca cerita SIDE EFFECT dulu!!! "Hadirmu baik untukku." "Hadirmu, membuatku bertahan untuk bangkit kembali." "Terima kasih. Karena hadirmu mampu mengubah duniaku." ⚠️Hanya fiksi belaka. Tidak maksud menyinggung p...