Part 7 "Puaskan saya?"

305K 7.6K 126
                                    

Malamnya, aku tak bisa tidur. Berulang kali memejamkan mata, namun gagal.

Tetap saja tubuhku bergerak gelisah dengan mata yang masih awas menatap langit-langit kamar. Padahal jam dinding sudah menunjukan pukul 23.00 WIB.

Argh! Mata, kenapa sih gak bisa diajak kompromi? keluhku.

Kemudian tanganku menjulur mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas.

Setelah kuaktifkan, aku menerima puluhan notif dari teman-temanku di grub kelas yang baru. Mayoritas isinya sama, membahas tentang pak Bisma dan tugas-tugas sialannya.

Oh iya, aku yang mengusulkan agar membuat grub khusus mahasiswa. Jelaslah, tidak akan bebas jika melibatkan dosen. Contohnya seperti tadi, entah siapa yang diam-diam memasukkan nomor Pak Bisma ke dalam grub.

Kampret memang!

Dibalik notif yang menumpuk, terdapat satu yang menarik perhatianku.

~From : 08522542×××~

Hampir dua jam saya menunggu dan kamu malah mempermainkan saya!

Ingatanku langsung berputar pada kejadian tadi siang. Dimana seharusnya aku mempunyai janji bertemu dosen itu diruangannya.

Gawat! Aku sampai lupa.

Kemudian fokusku beralih pada benda pipih yang ada digenggamanku.

Mungkin hanya cara ini yang harus kutempuh, putusku lesu.

Tut...

Jantungku berdebar menunggu panggilan terjawab.

Duh, harga diriku dipertaruhkan, ringisku seraya menatap cemas pada layar ponsel.

Dalam hati berharap semoga dosen itu tidak mengangkatnya. Namun, takdir berkata lain. Panggilan tersambung, membuatku langsung panik di tempat.

Selama semenit tidak ada yang memulai obrolan. Aku hanya diam, tidak tahu harus berbicara apa. Antara takut, gengsi dan bingung. Hingga sebuah dengusan kasar terdengar, lantas dosen itu bersuara.

"Ada apa?" ujarnya serak, seperti baru bangun tidur.

Aku menggigit bibir bawahku. Setelah mendengar suaranya, semua ide yang muncul di otakku tiba-tiba hilang entah kemana. Blank.

"Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, lebih baik saya matikan," ketusnya.

Dan benar saja, ia mengakhiri panggilan telponnya. Disatu sisi membuatku bernafas lega. Sedangkan di sisi lain sedikit menyesal karena tidak berhasil mengajaknya negosiasi.

Sebelum benar-benar terlelap, aku menggeleng-gelengkan kepala dengan aksiku yang tak terduga. Bisa-bisanya aku yang menelfonnya duluan. Engh, bodoh!

☆☆☆

Pagi ini, aku sama sekali tak bersemangat pergi ke kampus.
Lebih tepatnya, aku malas bertemu dengan dia. Siapa lagi kalau bukan pak Bisma Antasena, dosen yang selalu membuatku kesal.

Huh,lupakan. Moodku jadi bertambah buruk jika mengingatnya.

Drtt.. drtt..

Ponselku bergetar, terdapat sebuah panggilan masuk dari seseorang.

"Halo!"
...

"Gue di depan gerbang."
...

"Lah kok bisa? "
...

"Iya gapapa. Cepat sembuh, nanti kabarin balik. Bye, gue tutup telfonnya."

Baru saja Cici menelpon. Katanya maghnya kambuh jadi dia izin tidak masuk.

Aya dan Pak Dosen Galak!Where stories live. Discover now