Part 20 "Sama-sama Tegang"

172K 5.6K 199
                                    

Warning🚫 Konten Dewasa!

"Yah, saya mau lolipop punya Pak Bisma," godaku dengan nada mendesah seraya memasang wajah sensual.

Pftt, aku hampir tertawa melihat responnya yang sangat lucu. Lihatlah! Wajahnya seketika memerah dengan mata melotot dan mulut menganga lebar.

Kena kau! Aku menyeringai puas.

"Pak Bisma, kok diam? Saya sudah gak sabar loh, Pak. Penasaran pengin icip lolipopnya, aw ... gedhe pasti kan, ya?"

Dua jariku lantas kumasukkan ke dalam mulut dengan gerakan pelan. Lalu, kujilat dan kusedot sembari memaju mundurkan kepalaku.

Sesekali aku melenguh nikmat dengan mata sayu. Membuatnya terlihat menyakinkan seolah-olah sedang mengulum itu yang asli.

Paham kan yang kumaksud 'itu' adalah apa? Hihihii...

Sedangkan pria di sampingku ikut memejamkan mata, sembari mengerang lirih.

Nah, mupeng tuh orang? Aku bergedek ngeri.

Kemudian, pandanganku menurun dan seketika itu juga terkejut setengah mati.

What? Ohnana langsung di depan gue? Jancok!

Siapa yang tak geram? Di hadapan gadis perawan, dia yang merupakan seorang dosen dan seharusnya menjadi panutan, justru berbuat hal tak senonoh.

Ya, mataku tak sengaja melihat sesuatu yang tak seharusnya kulihat. Entah hilang kemana kewarasannya, sampai-sampai dengan terang-terangan ia mengurut lolipopnya yang sudah menegak dari balik celana. Sebetulnya, antara musibah dan berkah, sih.

Sial, dilihat dosa. Gak dilihat sayang. Barang bagus cuy.

Pikiranku sibuk berperang. Imajinasi nakal mulai berseliweran si otakku yang polos ini. Namun, sisi baikku mengingatkan,"Gak boleh gitu Aya, De-O-es-A! inget dosa."

Aku pun tersadar dan segera mengusir bayangan-bayangan laknat tersebut.

Awas lo setan! Udah tau iman Aya lemah. Eh malah di goda terus. Cari lawan yang menantang dikit kek, pak ustad atau bu kaji, gerundelku dalam hati.

Oh iya deng, dosa. Tapi, kalau ngintip dikit gapapa kali ya?

Aku masih berusaha mencari pembenaran dalam kesalahan. Baiklah, sudah kuputuskan. Nanti setelah bermaksiat, Aya bakalan tobat. Semoga berkah, amin.

Kubuang jauh-jauh rasa maluku yang tersisa. Dia saja yang berstatus dosen tidak tahu malu. Jadi, biar seimbang.

"Enak ya, Pak? Boleh saya coba?" tanyaku to the point sehingga membuyarkan imajinasinya, ia membuka mata dengan wajah kaget.

"Shit!" Umpatnya lirih, namun telingaku dapat mendengarnya dengan jelas.

"Sok atuh dilanjutin lagi. Mumpung live gratis, kan? Apalagi ... punya Pak dosen gedhe dan panjang. Mubazir dong kalau tidak saya tonton." Aku semakin meledeknya dan dia lagi-lagi mengumpat seraya memalingkan muka.

"Dih, sok-sokan malu. Padahal kan Anda yang---hmph...." Mulutku tiba-tiba dibungkamnya menggunakan tangan kiri. Sedangkan sebelah tangannya telah merambat naik dan meraba-raba payudaraku dari balik baju.

"Gadis nakal! Saya sudah bersabar sedari tadi, dan ini hukuman yang pantas kamu terima," bisiknya serak sembari menjilat ujung telingaku dengan gerakan memutar. Membuatku menggelinjang dengan mata setengah terpejam.

"Ah ... Ba-pak?" desahku tidak tahu diri saat merasakan jari-jarinya merogoh masuk ke dalam baju dan menarik putingku dari balik bra yang kukenakan. Ia menyeringai setelah mendengar suara desahanku.

Mulut setan! Bisa-bisanya mengeluarkan suara menjijikan seperti jalang, rutukku.

Aku pun menggigit bibir bawahku agar tidak mendesah lagi. Gawat! Aku tidak boleh terlihat menikmati.

"Bagaimana rasanya, hm? Enak, bukan?" ujarnya terkekeh sambil menaik turunkan alisnya.

Iya, enak lah, batinku menjawab jujur. Sedangkan mulutku berkata sebaliknya.

"Ti-dak!" Aku mencoba berkilah.

Dia tergelak, "Mulutmu boleh berdusta. Namun, tidak dengan tubuhmu. Lihatlah! Punyamu sudah mengeras."

Telapak tangannya yang besar lantas bergerak memainkan payudaraku. Lalu, putingku di slentiknya dengan kuat.

Ouh, aku hampir gila! Sentuhannya membuatku melayang.

Dengan susah payah aku mencoba menahan gairah dan semakin menggigit bibir bawahku agar suara-suara sialan itu tidak terlontar keluar.

Sialan! Demi apa aku dan dia melakukan hal mesum di siang bolong?

Sudah kukatakan, pak Bisma tak berhenti sampai disini untuk menyiksaku, sebelum keinginannya terpenuhi.

"Baiklah, saya akan membuatmu merasakan hukuman yang enak dan mendesah tiada henti." Seringainya semakin lebar. Aku menjadi waspada.

Apa maksudnya?

Tiba-tiba, ia mengangkat tubuhku agar duduk di pangkuannya. Seketika mataku melotot kaget saat merasakan sesuatu yang menonjol dan menusukku dari bawah. Aku bergerak-gerak gelisah di atasnya, membuat pria itu menggeram.

"Stop, Aya! Dia semakin bangun."

Aku meringis malu. Tanpa babibu lagi, dosen setan itu lantas menaikan bajuku hingga sebatas leher. Aku hendak menjerit, namun terlambat. Dia secepat kilat kembali membungkam mulutku.

"Diamlah! Cukup nikmati dan jangan berisik!" perintahnya tegas. Setelah tidak ada pemberontakan dariku, barulah ia melepaskan bungkamannya. Kepalanya lantas beralih mendekat menuju payudaraku. Tepat di depan puting, ia berhenti dengan sorot mata menggelap. Nafasnya yang hangat membuat putingku semakin mengeras.

"Pak?" cicitku lirih.

Ia mendongak, "Hm?"

"Saya malu. Jangan ditatap seperti itu," lirihku sembari menutup muka. Tawanya meledak seketika.

Asem!

Setelah tawanya mereda, ia pun berkata,"Tidak usah malu. Saya sudah hapal dengan bentuk susumu. Paham?"

Belum sempat protes, pak Bisma lebih dulu menyusu pada payudara kiriku seperti bayi kehausan. Mataku membola tak percaya.

Apa yang akan orang lain pikirkan jika melihat dosennya berbuat hal mesum pada mahasiswinya sendiri?

Aku bergidik ngeri membayangkan diriku jika suatu saat nanti terlibat skandal.

Lambat laun hisapan dan cecapannya berubah menjadi lumatan kasar. Tak jarang ia menggigit putingku dan menyedotnya tanpa ampun. Membuatku memekik kaget. Sedangkan jemari tangannya yang lain aktif mencubit dan memelintir putingku yang sebelah kanan.

Slurp ... slurp..

Sedotannya bertambah kuat. Aku hanya bisa mendesah dan merem melek mendapatkan rangsangan yang bertubi-tubi.

Disela-sela menyusu, ia menanyakan padaku bahwa air susuku tidak kunjung keluar. Aku menghela nafas mendengarnya.

Ia pun berhenti menyusu, lantas mendongak menatapku dengan wajah polosnya tanpa dosa.

"Dimana air susunya? Saya penasaran ingin merasakan langsung dari pabriknya. Padahal saya telah menyedot dengan sekuat tenaga."

Bodoh! Pertanyaan macam apa itu?

"Saya belum pernah hamil dan melahirkan, tentu payudara saya tidak akan bisa mengeluarkan asi, Pak," jelasku ketus.

"Kalau begitu, saya dengan senang hati akan membuatmu hamil. Bagaimana?" ujarnya santai.

Aku tersentak mendengar penuturannya yang sama sekali tak berotak.

"Anda gila!" desisku marah.

Tbc.

Votment yuk jgn lupa🤗 Maaf ya part ini ngeres bin mesum bin sembrono😭😭✌✌
Makasih yang udah sempetin baca😙



Aya dan Pak Dosen Galak!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora