Buaya Darat(5)

70 19 3
                                    

Zaki mencoret-coret kertas dan meletakkannya diam-diam di meja Lian. Untuk sekarang dia duduk di belakang. Laki-laki itu menuliskan sesuatu pada secarik kertas yang dibaginya menjadi empat bagian.

Melihat tak ada respon berarti dari Lian. Zaki kembali meletakan kertas itu dia atas mejanya. Lian tak melirik ke arahnya, ekor matanya mengedar, dan menangkap ujung tangan dari laki-laki itu.

Lian tak berminat untuk membacanya, atau sekedar meliriknya sebentar. Sejak dia tahu tentang kebenaran yang dia yakini beberapa hari ini membuat sikapnya berubah pada Zaki, walaupun kemarin dia tak terlalu diam.

Zaki sedikit kesal karena gadis itu tak memberikan komentar apapun tentang tulisannya. Padahal dia bertanya tentang makanan besok. Apa yang gerangan disukai gadis itu. Biarkan dia memasaknya.

Zaki menyengol lengan Lian, berharap setelah itu dia berbalik ke belakang, kendatipun sekarang dia tahu jam pelajaran sedang dimulai.

Bukannya berbalik ke belakang, justru Lian pindah tempat duduk ke depan. Tentunya tempat yang tak bisa dijangkau olehnya lagi.

'Kenapa dia?"

****

Lian berjalan ke arah kelas, ketika dia hendak masuk, tatapan pertamanya jatuh ke Zaki. Laki-laki itu pun begitu. Dia melihat ke arah Lian. Namun, Lian langsung buang muka, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain seolah tak mau bertatapan dengannya. Dan dia juga tak mau berlama-lama di kelas kalau ada laki-laki itu.

Zaki sedikit bingung, dalam hitungan beberapa detik, perilaku Lian berubah. Dia berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Bukannya kemarin gadis itu masih mau menyapanya, walaupun terlihat segan. Tetapi kali ini, dia sangatlah berbeda. Bahkan bertatapan dengannya saja, dia tak mau.

Zaki curiga, apa jangan-jangan karena pertanyaan Lian kemarin. Sepertinya dia sedang mencari seseorang. Kemudian kecewa ketika dia tahu kalau dirinya bukan orang yang dicari-carinya. Apa benar begitu?

"Apa perasaan gue aja, ya?" Zaki memandang punggung Lian yang kian jauh.

"Apa?" tanya Gilang, perasaan obrolan mereka sedikit tak nyambung.

"Nggak papa."

Alis Gilang berkerut. Wajahnya memperhatikan Zaki yang keluar dari kelas.

Gilang mengangkat bahunya, pertanda dia juga tak tahu jawabannya.

****

Zaki mencekal tangan Lian ketika jarak mereka cukup dekat. Spontan gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakang. Dia mendapati laki-laki itu tengah memegang tangannya. Lian menepisnya, dia menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Zaki bertambah bingung, sepertinya bukan perasannya saja, Lian memang telah berubah padanya.

"Kenapa?" Zaki menyadari itu sejak tadi. Tetapi dia tak punya waktu untuk bertanya.

Lian tak bicara sedikitpun. Raut wajahnya sungguh dingin dan terlihat tak berminat untuk bicara dengannya.

"Ada apa?" tanya Zaki lagi. Dia merasa tak melakukan kesalahan apapun. Kenapa dia mendiami dirinya. Apa salahnya padanya?

Liam menarik langkahnya, dia bahkan tak mau bermenit-menit bersama laki-laki itu. Namun, tangannya kembali ditahan.

"Apa karena gue bukan seseorang yang lo cari-cari? Itu sebabnya lo ngejauh dari gue dan bersikap dingin. Iya bukan?"

Lian menilik matanya, bola matanya begitu tajam bagai elang yang sedang mengincar mangsanya.

"Sebelumnya kita memang tak saling mengenal bukan? Kita bukan siapa-siapa. Dan jangan berharap lebih," kata Lian pelan, tetapi begitu menusuk ke hati.

I Love You Mantan Ketiga BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang